Rabu, 13 November 2013

SOSIOLOGI PENDIDIKAN



SOSIALISASI DAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas:
                                    Mata Kuliah                : Sosiologi Pendidikan
                                    Dosen Pengampu        : Dian Rif’iyati. M.Si







                                                                                                         

Oleh:
1.      Faidhotun Ni’mah             2021 111 267
2.      Mayda Ar Rahmah           2021 111 272
3.      Muhammad Yafi’             2021 111 275

Kelas: H


TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2013

BAB I
PENDAHULUAN
Sosialisasi merupakan cara untuk membimbing individu ke dalam dunia sosial. Proses ini dilakukan dengan mendidik individu tentang kebudayaan yang harus dimiliki dan harus diikiuti, dengan tujuan menjadi anggota yang baik dalam masyarakat dan dalam berbagai kelompok khusus. Proses sosialisasi ini bisa dikatakan pendidikan. Segala sesuatu yang dipelajari, dari orang tua, saudara-saudara, anggota keluaranya dan dari seorang guru, dengan tak sadar ia akan belajar dengan mendapatkan informasi secara isidenal dalam pelbagai situasi sambil mengamati kelakuan orang lain atupun medengarkan percakapan orang lain, seluruh proses ini berlangsung dalam interaksi individu dengan lingkungan.



BAB II
PEMBAHASAN
A.      Konsep Sosialisasi
Sosialisasi identik dengan makna penyesuaian diri (Adjustment). Konsep penyesuaian diri berasal dari biologi, dan merupakan konsep dasar dalam teori evolusi Darwin. Menurut teori tersebut hanya organisme yang paling berhasil menyesuaikan diri terhadap lingkungan fisiknya sajalah yang dapat bertahan hidup. Tingkah laku manusia itu dapat diterangkan sebagai reaksi-reaksi terhadap tuntutan atau tekanan dari lingkungannya. Manusia dalam hidup di masyarakat, tingkah lakunya tidak saja merupakan penyesuaian diri terhadap tuntutan fisik lingkungannya, melainkan juga penyesuaian diri terhadap tuntutan dan tekanan sosial orang lain. Proses penyesuaian itu merupakan reaksi terhadap sejumlah tuntutan terhadap dirinya. Tuntutan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tuntutan internal dan eksternal. Tuntutan internal adalah tuntutan yang berupa dorongan atau kebutuhan yang timbul dari dalam, baik yang bersifat fisik maupun sosial. Misalnya, kebutuhan akan makanan, minuman, seks, penghargaan, sosial persahabatan, kecintaan dan sebagainya.[1]

B.       Agen Sosialisasi
Kanak-kanak sejak kecil telah dikelilingi oleh agen-agen sosialisasi termasuk ibu, ayah, pengasuh dan juga dari keluarga yang terdekat.Apabila mereka di bangku sekolah, agen sosialisasi telah bertambah banyak seperti sekolah sendiri, rekan sebaya dan persatuan yang mereka ikuti. Keluarga memainkan peranan yang penting dalam pembentukan tingkah laku, sikap, nilai, motif, kepercayaan, personality dan kemahiran yang tertentu.
Perhubungan yang baik akan membentuk ikatan kekeluargaan dan kemasyarakatan yang kukuh. Jean Piaget ahli psikologi terkenal berpendapat bahawa pembentukan personality seseorang ialah berdasarkan empat perkembangan kognitif seseorang, iaitu 0-2 tahun, 2-6 tahun, 6-12 tahun dan 12-15 tahun. Sekiranya seseorang kanak-kanak dapat melalui perkembangan proses sosialisasi tersebut dengan teratur maka dapatlah ia menyesuaikandiri dengan masyarakat.[2]

C.      Proses Sosialisasi
Proses sosial merupakan cara-cara interaksi (aksi dan reaksi) yang dapat kita amati apabila individu-individu dan kelompok-kelompok bertemu dan mengadalan sisten perhubungan mengenai cara-cara hidup yang telah ada. Dengan kata lain: apabila dua orang atau lebih saling berhubungan (mengadakan interaksi), maka akan terjadi apa yang kita namakan proses sosial. Proses ini dapat terjadi antara orang dengan orang, orang dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Yang satu memberi dorongan kepada yang lain, yang dibalas dengan reaksi secara timbal balik.[3]
Proses sosialisasi juga merupakan proses belajar individu dalam berperilaku sesuai dengan standar dalam kebudayaan masyarakat. Proses sosialisasi juga dipandang sebagai proses akomodasi, dengan nama individu menghambat atau mengubah impuls-impuls sesuai dengan tekanan lingkungan dan mengembangkan pola-pola nilai tingkah laku yang baru sesuai dengan kebudayaan masyarakat. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa: 1). Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu suatu proses akomodasi dimana individu menahan, mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil alih cara hidup atau kebudayaan masyarakat. 2). Dalam proses sosialisasi, individu mempelajari kebiasaaan, sikap, ide-ide, pola-pola nilai dan tingkah laku, dan standar tingkah laku dalam masyarakat dimana ia hidup. 3). Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan sistem dalam diri pribadi.
D.      Proses Sosialisasi di Lingkungan Keluarga
Terdapat beberapa definisi mengenai pengertian keluarga, yaitu:
1.         Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas ibu, ayah dan anak.
2.         Hubungan antar anggota keluarga dijiwai oleh suasana afeksi dan rasa tanggung jawab.
3.         Hubungan sosial diantara anggota relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan atau adopsi.
4.         Fungsi keluarga ialah memelihara, merawat dan melindungi anak dalam rangka sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial.
Keluarga merupakan institusi sosial yang bersifat universal dan multi fungsional. Fungsi pengawasan, sosial pendidikan keagamaan, perlindungan dan rekreasi dilakukan oleh keluarga terhadap anggota-anggotanya.[4]
Sebuah pepatah mengatakan bahwa perjalanan dimulai dari langkah pertama dan tradisi yang ditumbuhkan dalam keluarga merupakan langkah awal yang sangat penting. Pepatah ini memberi gambaran bahwa keluarga merupakan media pertama dalam menanamkan nilai-nilai.
Jadi, Keluarga adalah orang pertama yang mengajarkan hal-hal yang berguna bagi perkembangan dan kemajuan hidup manusia. Oleh karena itu, keluarga dikatakan tempat pertama dan utama dalam sosialisasi.
Adanya interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain menyebabkan seorang anak menyadari dirinya sebagai individu dan sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, dalam keluarga anak akan menyesuaikan diri dengan kehidupan bersama, yaitu saling tolong menolong dan mempelajari adat istiadat yang berlaku dalam lingkungan dan masyarakat. Hal tersebut akan diperkenalkan oleh orang tua yang akhirnya dimiliki oleh anak. Perkembangan seorang anak di dalam keluarga sangat ditentukan oleh kondisi situasi keluarga dan pengalaman-pengalaman yang dimiliki orangtuanya.
Dalam keluarga, melalui interaksi dengan orang tuanya maka anak dapat mempelajari berbagai hal, utamanya nilai-nilai sosialisasi yaitu:
1.      Nilai-nilai Keagamaan
2.      Budi Pekerti Luhur
3.      Gotong royong
4.      Sikap Merendah, Tidak Sombong, Tidak Pamer
5.      Tata krama[5]
Dalam proses sosialisasi terjadi hubungan timbal balik antara kedua orang tua dengan anaknya. Hubungan timbal balik ini kita sebut interaksi sosial. Dalam interaksi ini ada beberapa metode yang memberikan pengaruh terhadap hasil interaksi sosial yaitu:
1.      Imitasi (meniru)
Kecenderungan meniru merupakan naluri yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial. Dampak positif dari imitasi ialah mendorong seseorang untuk mengetahui norma dan nilai yang berlaku. Misalnya, Seorang ayah yang memberikan contoh bagaimana cara makan yang baik dalam keluarga hal itu akan ditiru oleh anggota keluarga lainnya.
2.      Sugesti
 Faktor sugesti berlangsung bila seseorang memberi pandangan atau sikap yang berasal dari dirinya kemudian sikap itu diterima pihak lain. Misalnya, orangtua yang menceritakan keberhasilannya dalam studi dengan menggunakan metode belajar tertentu akan memberikan motivasi langsung pada anaknya.
3.      Identifikasi
Identifikasi merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Misalnya, seseorang yang ingin menjadi seperti tokoh idolanya yang dihormati dan dikaguminya karena kedudukannya yang lebih tinggi atau mungkin tipe-tipe ideal yang mempunyai kelebihan yang dapat dijadikan panutan dan teladan untuk dirinya.
4.      Simpati
Simpati ialah kesenangan seseorang untuk langsung merasakan sesuatu dengan orang lain. Perasaan simpati ini banyak timbul dari hubungan antar manusia dan manusia lain. Misalnya, kerja sama atau tolong-menolong.
5.      Ganjaran dan hukuman
Tingkah laku anak yang salah, tidak baik dan kurang pantas harus mendapat hukuman, sedangkan tingkah laku yang sebaliknya mendapatkan ganjaran. Dengan hukuman anak menjadi sadar bahwa tingkah lakunya salah, tidak baik bahkan tidak pantas di masyarakat. Sebaliknya, dengan ganjaran anak menjadi sadar bahwa tingkah lakunya baik, terpuji dan diterima oang lain. Melalui proses hukuman dan ganjaran ini secara perlahan-lahan dalam diri anak berkembang kesadaran akan norma-norma sosial.

E.       Peran Sekolah sebagai Aktor dan Agen Sosialisasi
Sekolah dapat diartikan sebagai gedung tempat belajar, waktu berlangsungnya pelajaran, dan usaha menuntut pelajaran kegiatan belajar mengajar. Terlepas dari pengertian ini, sekolah merupakan lembaga pendidikan formal sebagai tempat belajar siswa. Sekolah mempunyai dua aspek penting, yaitu aspek individu dan aspek sosial. Di satu pihak, pendidikan sekolah bertugas mempengaruhi dan menciptakan kondisi yang memungkinkan perkembangan pribadi secara optimal. Di pihak lain, pendidikan sekolah bertugas mendidik anak agar mengabdikan dirinya kepada masyarakat. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk dapat merekam segaka fenomena yang terjadi di masyarakat. Selanjutnya, sekolah memberi informasi dan penjelasan kepada peserta didik terhadap ontologis suatu peristiwa. Hal ini dapat dilakukan, disamping sekolah memang berfungsi sebagai perekam berbagai event dalam masyarakat, juga berperan sebagai instrumen dalam menjelaskan segala sesuatu yang terjadi dalam masyarakat tersebut, diharapkan peserta didik dapat menentukan arah dan sikap yang tepat dalam menyikapi suatu peristiwa.[6]
Sebagai sebuah sistem interaksi, sekolah mempunyai keterkaitan dengan sistem lainnya di luar sekolah. Sistem luar meliputi orang tua siswa, masyarakat di sekitar sekolah, dinas-dinas, kepolisian, lembaga keagamaan, dan lain-lain.
Kehadiran sekolah, baik secara fisik maupun sistem, memiliki dampak (umpan balik) terhadap lingkungan. Begitu juga, kehadiran masyarakat di sekitar sekolah memiliki dampak bagi sekolah. Umpan balik yang menimbulkan perubahan disebut umpan balik morfogenis, sedangkan umpan balik yang mempertahankan corak struktur atau iteraksi yang telah ada disebut impan balik morfostatis.
Proses umpan balik ini mendorong sekolah untuk mampu memnuhi kebutuhan masyarakat. Akan tetapi, mekanisme yang ada tidak menunjang kelangsungan proses yang ada. Sebab, sekolah lebih berorientasi pada program baku, bukan berdasarkan tuntutan masyarakat.
Sementara itu, interaksi dalam sekolah berlangsung antara empat kategori manusia dan antara orang-orang dalam setiap kategori. Keempat kategori meliputi pimpinan sekolah, guru, pelajar, dan karyawan guru.[7]






BAB III
PENUTUP
Sosialisasi identik dengan makna penyesuaian diri (Adjustment). Konsep penyesuaian diri berasal dari biologi, dan merupakan konsep dasar dalam teori evolusi Darwin. Menurut teori tersebut hanya organisme yang paling berhasil menyesuaikan diri terhadap lingkungan fisiknya sajalah yang dapat bertahan hidup. Tingkah laku manusia itu dapat diterangkan sebagai reaksi-reaksi terhadap tuntutan atau tekanan dari lingkungannya.
Proses sosial merupakan cara-cara interaksi (aksi dan reaksi) yang dapat kita amati apabila individu-individu dan kelompok-kelompok bertemu dan mengadalan sisten perhubungan mengenai cara-cara hidup yang telah ada.
Keluarga merupakan institusi sosial yang bersifat universal dan multi fungsional. Fungsi pengawasan, sosial pendidikan keagamaan, perlindungan dan rekreasi dilakukan oleh keluarga terhadap anggota-anggotanya.[8]















DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, 1991. Sosiologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
Idi, Abdullah & Safarina HD. 2011, Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat dan Pendidikan,  Jakarta: PT Raja Grasindo Persada, 2011
Mahmud. 2012. Sosiologi Pndidikan.Bandung: CV. Pustaka Setia
Padil, Moh & Triyo Supriyatno. 2007. Sosiologi Pendidikan. Malang: UIN Malang Press
Suhendi, Hendi dan Ramdani Wahyu. 2001, Pengantar Sosiologi Keluarga, Bandung, Pustaka Setia




[1] Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M. Ed. & Hj. Safarina HD, M. Pd., M. Si., Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat dan Pendidikan, ( Jakarta: PT Raja Grasindo Persada, 2011), Hal. 101-102
[2] http://norazimaabkadir.blogspot.com/2012/04/peranan.html, diakses pada tanggal 27 Oktober 2013, pukul 12:16 WIB
[3]Drs. H. Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), Hal. 99
[4] Ibid, Hal. 167
[5] Suhendi, Hendi dan Ramdani Wahyu, , Pengantar Sosiologi Keluarga, (Bandung, Pustaka Setia, 2001)
[6] Moh. Padil & Triyo Supriyatno, Sosiologi Pendidikan , (Malang: UIN Malang Press, 2007), hal.145
[7] Prof. Dr.Mahmud, M.Si, Sosiologi Pndidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012), hal. 168
[8] Ibid, Hal. 167

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

g
o
l
B
y
m
n
i
n
a
l
h
a
S
a
w
n
a
l
h
A