Sabtu, 21 September 2013

Makalah SBM



PRINSIP MENGAJAR DAN PENDEKATAN
DALAM PEMBELAJARAN
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas:
                        Mata Kuliah                : Strategi Belajar Mengajar
                        Dosen Pengampu        : Chusna Maulida, M.Pd.I



Oleh:
MAYDA AR RAHMAH
2021 111 272

Kelas: C







TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2013


 
BAB I
PENDAHULUAN
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievalusi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Tugas bidang pendidikan tidak hanya terbatas pada mengalihkan hasil-hasil ilmu teknologi. Selain itu, bidang pendidikan bertugas pula menanamkan nilai-nilai baru yang dituntut oleh perkembangan ilmu dan teknologi pada diri anak didik dalam kerangka nilai-nilai dasar yang telah disepakati oleh bangsa Indonesia.
Dalam makalah ini kami mengemukakan beberapa prinsip pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai kajian dan pertimbangan bagi guru ataupun calon guru dalam memilih dan menentukan teknik-teknik pemotivasian siswa serta mengenal lebih mendalam masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam upaya mewujudkan proses pembelajaran yang efektif.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Prinsip Mengajar dalam Pembelajaran
Prinsip belajar dapat diartikan sebagai pandangan-pandangan mendasar yang dianggap penting yang dijadikan sebagai pegangan di dalam melaksanakan kegiatan belajar.
Prinsip belajar menunjuk kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru agar terjadi proses belajar siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Prinsip-prinsip belajar juga memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar para siswa dapat berperan aktif di dalam proses pembelajaran. Bagi guru, kemampuan menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam pembelajaran akan dapat membantu terwujudnya tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam perencanaan pembelajaran. Sementara bagi siswa prinsip-prinsip pembelajaran akan membantu tercapainya hasil belajar yang diharapkan.
Berikut ini diuraikan beberapa prinsip-prinsip belajar yang dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran:
1.      Prinsip Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Di dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian kepada pelajaran yang diberikan oleh guru. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
Disamping perhatian,  motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivation is the concept we use when describe the force action on or within an organism to intiate and direct behavior (Petri, Herbert L).[1]
  Motivasi merupakan tenaga pendorong bagi seseorang agar memiliki energi atau kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh semangat. Motivasi sebagai suatu kekuatan yang mampu mengubah energi dalam diri seseorang dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.[2]
Dalam kegiatan belajar mengajar, peran guru sangat penting di dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. Guru hendaknya berperan sebagai pendorong, motivator, agar motif-motif yang positif dibangkitkan atau ditingkatkan dalam diri siswa.
Ada dua jenis motivasi, yaitu motivasi internal atau motivasi intrinsik, adalah dorongan dari dalam individu untuk melakukan suatu aktivitas. Motivasi dari dalam dapat dilakukan dengan menggairahkan perasaan ingin tahu siswa, keinginan untuk mencoba, dan hasrat untuk maju dalam belajar. Motivasi eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu. Motivasi dari luar dapat dilakukan dengan memberikan ganjaran berupa pujian, hukuman misalnya dengan penugasan untuk memperbaiki pekerjaan rumahnya.[3]
2.      Prinsip Tranfer dan Retensi
Dalam pembelajaran menekankan pada kemampuan siswa untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki pada situasi lain. Dengan kata lain pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki bukan sekedar untuk dihafal tetapi dapat digunakan atau dialihkan pada situasi dan kondisi lain.[4]
Berkenaan dengan proses transfer dan retensi terdapat beberapa prinsip, yaitu:
a.       Tujuan belajar dan daya ingat dapat menguat retensi
b.      Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi psikis dan fisik dimana proses belajar itu terjadi.
c.       Penelaahan bahan-bahan faktual, keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi
d.      Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama dipelajari mengikuti bahan yang lalu.[5]
3.      Prinsip Keaktifan
Keaktifan anak dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, disadari, dikembangkan oleh setiap guru di dalam proses pembelajaran. Demikian pula berarti harus dapat diterapkan oleh siswa dalam setiap bentuk kegiatan belajar. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional, dan fisik jika dibutuhkan.
Bahwa selain dapat digunakan untuk mengingat hal-hal yang sudah pernah dialami, kemampuan berpikir juga dapat dimanfaatkan untuk merencanakan masa depan siswa. Siswa dapat menduga bagaimana orang lain akan bereaksi terhadapnya, dapat menentukan tujuan, dan merencanakan tindakan-tindakan yang harus diambil untuk mencapai tujuan tersebut. Karena biasanya pikiran mengawali tindakan mereka.[6]
4.      Prinsip Keterlibatan Langsung
Keterlibatan langsung siswa di dalam proses pembelajaran memiliki intensitas keaktifan yang lebih tinggi. Dalam keadaan ini siswa tidak hanya sekedar aktif mendengar, mengamati, dan mengikuti, akan tetapi terlibat langsung di dalam melaksanakan suatu percobaan, peragaan atau mendemonstrasikan sesuatu. Dengan keterlibatan langsung ini berarti siswa aktif mengalami dan melakukan proses belajar sendiri. Apa yang diperoleh siswa melalui kegiatan bekerja, mencari dan menemukan sendiri tak akan mudah dilupakan.
5.      Prinsip Pengulangan
Mengajar pada hakikatnya adalah membentuk suatu kebiasaan, sehingga melalui pengulangan-pengulangan siswa akan terbiasa melakukan sesuatu dengan baik sesuai perilaku yang diharapkan. Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan yang dikemukakan oleh teori psikolog daya adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya pengamat, menanggap, meningat, menghayal, merasakan, berpikir dan sebagainya.[7]
Implikasi prinsip-prinsip pengulangan bagi guru adalah:
a.       Memilah pembelajaran yang  berisi pesan yang membutuhkan pengulangan
b.      Merancang kegiatan pengulangan;
c.       Mengembangkan soal-soal latihan;
d.      Mengimplementasikan kegiatan-kegiatan pengulangan yang bervariasi
Penugasan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti (Davies, 1987:32). Dari pernyataan inilah pengulangan masih diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
Pengulangan suatu informasi akan memperkuat kemampuan siswa untuk mengingatnya. Pengajar dapat melakukan sendiri, tetapi bisa juga menyuruh siswa melakukannya.[8] Sedangkan pada siswa sangat dituntut untuk memiliki kesadaran yang mendalam agar bersedia melakukan pengulangan latihan-latihan baik yang ditugaskan oleh guru maupun atas inisatif dan dorongan diri sendiri.
                        Jika penyampaian pembelajaran berulang-ulang, maka hasil belajar akan lebih baik. Perulangan dilakukan dengan mengulangi dengan cara yang berbeda-beda. Pengulangan dapat pula dilakukan dengan memberikan tinjauan selintas awal pada saat memulai pelajaran dan ringkasan atau kesimpulan pada akhir pelajaran.[9]
6.      Prinsip Tantangan
Kurt Lewin dalam sebuah teori yang dinamakannya “Teori Medan” (Field Theory), mengemukakan bahwa siswa di dalam suatu situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Di dalam situasi belajar, siswa berhadapan dengan cita-cita yang ingin dicapainya, akan tetapi ia selalu dihadapkan pada hambatan yaitu mempelajari bahan belajar. Dalam kaitan dengan prinsip-prinsip tantangan ini diharapkan guru secara cermat dapat memilih dan menentukan pendekatan-pendekatan dan metode pembelajaran yang dapat memerikan tatangan bagi siswa untuk belajar.
Berikut beberapa kegiatan yang dapat dijadikan acuan bagi guru untuk menciptakan tantangan dalam kegiatan belajar, yaitu:
1)      Merancang dan mengelola kegiatan inquiry dan eksperimen
2)      Memberikan tugas-tugas pemecahan masalah kepada siswa
3)      Mendorong siswa untuk membuat kesimpulan pada setiap sesi pembelajaran
4)      Mengembangkan bahan-bahan pembelajaran yang menarik
5)      Membimbing siswa menemukan fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi
6)      Merancang dan mengelola kegiatan diskusi
7.      Prinsip Balikan dan Penguatan
Prinsip balikan dan penguatan pada dasarnya merupakan implementasi dari teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner melalui Teori Operant Conditioning dan salah satu hukum belajar dari Thorndike yaitu “low of effect”. Menurut hukum belajar ini, siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil belajar, apalagi hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh positif bagi upaya-upaya belajar berikutnya. Memberi penguatan (reinforcement) merupakan tindakan atau respon terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong munculnya peningkatan kualitas tingkah laku pada kualitas yang lain.[10]
Prinsip ini bisa disebut juga dengan prinsip latihan. Pada dasarnya mempelajari sesuatu itu perlu berulang-ulang atau diulang-ulang, baik mengetahui pengetahuan maupun keterampilan. Makin sering diulang makin baiklah hasil belajarnya.[11]
Implikasi prinsip-prinsip balikan dan penguatan bagi guru antara lain:
·         Memberikan balikan dan penguatan secara tepat, baik teknik maupun bentuknya
·         Memberikan kepada siswa jawaban yang benar
·         Mengoreksi dan membahas pekerjaan siswa
·         Memberikan catatan pada hasil pekerjaan siswa baik berupa angka maupun komentar-komentar tertentu
·         Memberikan lembar jawaban atau kerja siswa
·         Mengumumkan atau menginformasikan peringkat secara terbuka
Pengajar perlu mengetahui sejauh mana bahan yang telah dijelaskan dapat dimengerti oleh murid. Umpan balik tidak sama dengan penilaian. Umpan balik hanya dimaksudkan untuk mencari informasi sampai dimana siswa mengerti bahan yang telah dibahas. Selain itu siswa juga diberi kesempatan untuk memeriksa diri sampai dimana mereka mengertian bahan pelajaran tersebut.[12]
8.      Prinsip Perbedaan Individual
Peserta didik adalah individual yang memiliki keunikan, berbeda satu sama lain dan tidak satupun yang memiliki kesamaan. Setiap individu pasti memiliki karakteristik yang berbeda dengan individu lainnya. Perbedaan individual ini merupakan kodrat manusia yang bersifat alami. Berbagai faktor dalam diri individu berkembang melalui cara-cara yang bervariasi dan oleh karena itu menghasilkan dinamika karakteristik individual yang bervariasi pula.



B.     Pendekatan dalam Pembelajaran
Ada beberapa pendapat mengenai pendekatan mengajar. Richard Anderson mengajukan dua pendekatan, yakni pendekatan yang berorientasi pada guru atau disebut teacher centered dan pendekatan yang berorientasi kepada siswa atau disebut student centered. Pendapat lainnya dikemukakan oleh Massialas, yang mengajukan dua pendekatan, yakni pendekatan ekpositori dan pendekatan inquiry.
a.      Pendekatan Ekspositori atau Model Informasi
Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru/pengajar. Hakikat mengajar menurut pandangan ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Siswa dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan guru.
b.      Pendekatan Inquiry/Discovery
Pendekatan ini menganggap bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Pendekatan “inquiry” merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir alamiah. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri mengembangkan kreatifitas dalam pemecahan masalah. Peranan guru dalam pendekatan ini adalah sebagai pembimbing belajar dan fasilitator belajar
c.       Pendekatan Interaksi Sosial
Pendekatan interaksi sosial hampir memiliki persamaan dengan pendekatan inquiry terutama social inquiry. Pendekatan ini menekankan terbentuknya hubungan antara individu/siswa  yang satu dengan yang lainnya sehingga dalam konteks yang lebih luas terjadi hubungan sosial individu dengan masyarakat. Pendekatan ini pada hakikatnya bertolak dari pemikiran pentingnya hubungan pribadi (interpersonal relationship) dan hubungan sosial atau hubungan individu dengan lingkungan sosialnya.
Langkah yang ditempuh guru dalam pendekatan ini adalah:
a)      Guru melemparkan masalah dalam bentuk situasi sosial kepada siswa
b)      Siswa dengan bimbingan guru menelusuri berbagai jawaban masalah yang terdapat dalam situasi tersebut
c)      Siswa diberi tugas atau permasalahan untuk dipecahkan dianalisis, dikerjakan yang sesuai dengan situasi dan kondisi
d)     Dalam memecahkan masalah tersebut siswa diminta untuk mendiskusikannya
e)      Siswa membuat kesimpulan dari hasil diskusinya
f)       Pembahasan kembali hasil-hasil kegiatannya
Sosiodrama atau role playing merupakan contoh pendekatan ini. Keterlibatan siswa dalam elakukan kegiatan belajar cukup tinggi terutama dalam bentuk partisipasi dalam kelompoknya.
d.      Pendekatan Tingkah Laku (Behavioral Models)
Pendekatan ini menekankan kepada teori tingkah laku individu pada dasarnya dikontrol oleh stimulus dan respon yang diberikan individu.
            Dalam pendekatan ini langkah guru mengajar adalah sebagai berikut:
·         Guru menyajikan stimulus belajar kepada siswa
·         Menyediakan atau memberikan latihan-latihan kepada siswa dalam memberikan respon terhadap stimulus
·         Memperkuat respon siswa yang dipandang paling tepat sebagai jawaban terhadap stimulus
Aspek penting dari pendekatan ini ialah melatih siswa dan memperkuat respon siswa yang paling tepat terhadap stimulus.[13]





BAB III
KESIMPULAN
Prinsip belajar dapat diartikan sebagai pandangan-pandangan mendasar yang dianggap penting yang dijadikan sebagai pegangan di dalam melaksanakan kegiatan belajar. Prinsip-prinsip belajar bermanfaat untuk memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar para siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Beberapa prinsip belajar yang dapat dijadikan pegangan guru di dalam pelaksanaan proses pembelajaran dan diyakini memberikan pengaruh bagi pencapaian hasil belajar diantaranya adalah: (1) prinsip perhatian dan motivasi, (2) prinsip transfer dan retensi, (3) prinsip keaktifan, (4) prinsip keterlibatan langsung, (5) prinsip pengulangan, (6) prinsip tantangan, (7) prinsip balikan dan penguatan, (8) prinsip perbedaan individual.
Dalam uraian mengenai tahapan intruksional telah dijelaskan bahwa dalam proses pengajaran, intinya adalah kegiatan belajar para siswa. Tinggi rendahnya kadar kegiatan belajar banyak dipengaruhi oleh pendekatan mengajar yang digunakan guru.
Pendekatan mengajar mana yang akan dipilih guru diserahkan sepenuhnya kepada guru dengan mempertimbangkan kondisi dan suasana belajar mengajar.









DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran.2009. Bandung: Alfabeta
Komalasari, Kokom. Pembelajaran Kontekstual, Konsep dan Aplikasi. 2011.
Bandung: Refika Aditama
Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran. 2009. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Prawiradilaga, Dewi Salma. Eveline Siregar. Mozaik Teknologi Pendidikan. 2005.
 Jakarta: Prenada Media
Rooijakkers. Ad. Mengajar dengan Sukses: Petunjuk untuk Merencanakan dan
Menyampaikan Pengajaran. 1991. Jakarta: PT. Grasindo
Sabri, Ahmad. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching.2005. Ciputat:
Quantum Teaching
Semiawan, Conny, dkk. Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. 1992. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia
Winataputra, Udin S. Teori Belajar dan Pembelajaran. 2007. Jakarta: Universitas
Terbuka


[1] Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 72-73
[2] Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran,(Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 114
[3] Conny Semiawan, Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), hlm.10
[4] Dewi Salma Prawiradilaga, Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm.18
[5] Ibid, hlm. 118-119
[6] Udin S. Winataputra. Teori Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hlm. 4.9
[7] Riyanto, Yatim. Op.cit., hlm. 76
[8] Ad Rooijakkers. Mengajar dengan Sukses: Petunjuk untuk Merencanakan dan Menyampaikan Pengajaran. (Jakarta: PT. Grasindo, 1991), hlm. 19
[9] Dewi Salma Prawiradilaga, Op.Cit., hlm. 20
[10]  Aunurrahman, Op.Cit., hlm. 127-128
[11] Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual, Konsep dan Aplikasi, (Bandung: Refika Aditama, 2011), hlm.3
[12]  Ad Rooijakers. Op.Cit., hlm. 10-11
[13] Ahmad Sabri, Srategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), hlm.10-16