Selasa, 30 April 2013

For Our Selves...



For Our Selves...
Mungkin, kehilangan seseorang yang begitu kita sayangi adalah hal sulit bagi kita untuk menerimanya. Betapapun orang yang kita sayangi adalah yang paling berarti buat hidup kita. Bahkan orang yang paling kita benci sekalipun, kita akan merasa kehilangan juga setelah dia pergi. Atau bahkan kita merasa lebih baik dia sering membuat kita benci padanya daripada dia pergi meninggalkan kita untuk selama-lamanya...
Dan sekarang, apakah kita masih sulit menerimanya atau membiarkan dia pergi begitu saja. Yang penting kita nggak mungkin berlalu and terus-terusan mikirin orang yang nggak mungkin ada lagi disini...
Bolehlah, kalo kita emang masih merasa kehilangan dia. Itupun selagi masih ada dalam batas kewajaran, n jangan sampe over ato melebihi bates maksimal...
Dan kita juga harus berpikir, Mungkin.. kalau memang dia harus pergi, itu adalah yang terbaik buat kita..Yang pasti kita kita harus lebih banyak positive thinking dibalik kepergian seseorang yang emang bener-bener kita sayangi...J
Kalaupun kita masih tetep aja merasa kehilangan dia dan kita masih pengen ngedapetin dia lagi atau bahkan kita masih mengharapkan dia.... Lebih baik....Lupakan sajalah dia...
Jadikanlah semua ini adalah lembaran pelajaran buat hidup kita. Kita akan mencoba mengintrospeksi diri dibalik kepergian seseorang yang kita sayangi...
Kita akan mengerti, apa penyebab dia pergi ninggalin kita. Mungkin di mata dia.., kita bukanlah seseorang yang gak sempurna.. Mungkin.., kita adalah seseorang yang bukan dia harapkan. Mungkin, masih ada kesalahan yang belum kita ketahui selama ini...
Terus, gimana kalo kita udah berbuat baik, kita udah berkorban demi dia..tapi tetep aja dia nggak peduliin kita..???
Ya Sudahlah....yang penting kita jangan sampe bosen jadi orang yang bae ... J
Kalaupun tetep aja dia kayak gitu and gak peduliin kita lagi....Kita hanya berharap, mudah-mudahan dia sadar akan kita selama ini.. bahwa kita emang bener-bener sayang banget ma dia..
So..Don’t be Sad...!!  Key..!!!... J

Selasa, 23 April 2013



PENDAHULUAN
Berbicara pimpinan bisa siapa saja untuk memimpin, namun yang harus kita kritisi adalah apakah memang dia pantas jadi Pimpinan atau apa benar ia memiliki jiwa Pemimpin ?. Sebenarnya yang harus kita cari adalah Pemimpin yakni orang-orang yang bertanggungjawab dengan segala kesadarannya untuk menjaga amanah yang diberikan kepadanya, yang berani ambil resiko untuk kepentingan umum meski dirinya sendiri harus menderita. Dan seorang Pemimpin juga seharusnya memiliki kesadaran bahwa masih ada yang lebih tinggi dari nya dan kekuasaan yang lebih luas darinya serta suatu ketika khelak akan dimintakan pertangungjawaban oleh Penguasa yang maha tinggi ini, yaitu Allah subhannahu wata’ala. Masalahnya masih banyak Pemimpin dari kalangan Muslim sendiri yang kurang atau bahkan tidak memahami kepemimpinan Islami atau paham namun tidak menerapkannya selama masa kepemimpinannya dan cenderung terbuai dengan otoritas dan kemudahan yang dimilikinya.














PEMBAHASAN
A.     Hadits tentang Berpikir dan Berjuang untuk Rakyat
a. Materi Hadits
- أن عبيدالله بن زياد عاد معقلبن يسار في مرضه فقال له معقل انيمحد ثكبحديث لولا اني فيالموتي لم احدثك به سمعترسول الله صلى الله عليه وسلميقول :{مَا مِنْ أَمِير يَلِي أَمْر الْمُسْلِمِينَ ثُمَّ لَا يَجْهَد لَهُمْ وَيَنْصَح إِلَّا لَمْ يَدْخُلمَعَهُمْ الْجَنَّة} .
(رواه مسلم فى الصحيح)
b. Terjemah Hadits
Sesungguhnya Ubaidillah bin Ziad menjenguk Ma’qil  bin Yasar dalam sakitnya kemudian Ma’qil berkata kepadanya: “aku akan membacakan hadits ku kepadamu, seandainya jika aku tidak akan meninggal maka aku akan tidak membacakan hadits ini kepadamu. Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: tidaklah seorang pemimpin yang memimpin perkara orang muslimin kemudian dia tidak bersungguh-sungguh dan tidak berbuat baik kepada mereka kecuali dia tidak akan masuk surga bersama mereka”(H.R. Imam Muslim)
c. Mufrodat:

Indonesia
Arab
Sesungguhnya Ubaidullah bin Ziyad
نَّ عُبَيْدَ اللَّهِ بْنَ زِيَادٍ
Mengunjungi Ma’qil bin Yasar
عَادَ مَعْقِلَ بْنَ يَسَارٍ
Di (pada saat)
فِي
Sakitnya
مَرَضِهِ
Dia berkata
فَقَالَ
Ma’qil kepadanya
لَهُ مَعْقِلٌ
'Sesungguhnya aku menceritakan kepadamu sebuah hadits
إِنِّي مُحَدِّثُكَ بِحَدِيثٍ
kalau bukan karena saya berada di ambang kematian
لَوْلَا أَنِّي فِي الْمَوْتِ
Rosulullah SAW
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Bersabda
يَقُولُ
Tidak seorang pemimpin
ما من ا ﻣﻴر
Mengurusi
يلي
Perkara kaum muslimin
أَمْرَ الْمُسْلِمِينَ
Bersungguh-sungguh
يجهد
Dan Menasehati 
وَيَنْصَحُ
kecuali pasti tidak akan masuk
إِلَّا لَمْ يَدْخُلْ
surga bersama mereka
الْجَنَّةَ  مَعَهُمْ

d. Biografi Rowi
RIWAYAT HIDUP IMAM MUSLIM
(812-865 MASEHI)
      Imam Muslim bin Hajjaj menurut Ibnu Shalah lahir tahun 202 Hijriah. Dia adalah dari suku Qusyairi (Bani Qusyair) yang merupakan golongan suku Arab di Nishapur (Iran), pada wilayah kota Khurasan. Abdul Muslim Husein yang terkenal sebagai ahli hadist ini akhirnya wafatnya pada hari Ahad di Nishapur (Nisabur) pada tahun 261 Hijriah, dengan berusia selama 55 tahun, yang meninggalnya diduga karena terlalu banyak berpikir, dan dimakamkan di Nashar Abad (Nishapur).
       Dia adalah penulis kitab Hadits Shahih (Al-Jami’us Shahih), juga tergolong seorang hafidz (penghafal hadits) terkenal, dan sebagai muhaddits (ahli hadits) yang menonjol. Hal itu terbukti setelah mengadakan penelitian-penelitian hadits Nabi baik di Hijaz, Irak, Syam (Siria), dan Mesir. Muslim telah mendengarkan hadits-hadits tersebut dari Imam Bukhari, Yahya bin Yahya al-Naisaburi, Ahmad bin Hanbal, Quthaibah bin Said, Ishaq bin Rahawaih Abdullah bin Maslamah al-Qa’nabi dan mereka yang lain. Didatanginay ahli-ahli hadits di Baghdad dengan berulang kali, sedangkan akhir kunjungannya yaitu pada tahun 259 Hijriah.
      Bukunya al-Jami’us Shahih atau al-Musnadus Shahih itu setelah mendengarkannya ribuan hadits dari beberapa orang, hingga sejumlah 300.000 hadits.
      Kata Hafiz Abu Ali an-Naisaburi bahwa tidak ada di bawah kolong langit ini kitab hadits yang lebih shahih dari Hadits Shahih Muslim. Pandangan ini ternyata berbeda dengan pendapat ulama hadits yang menempatkan Hadits Shahih Bukhari yang lebih shahih sesudah al-Qur’an. Ini dapat kita baca dalam Kasyfu Zhunun yang menyatakan bahwa Jamiu’s Shahih Muslim adalah kitab kedua sesudah hadits Bukhari. Dengan demikian sebagian ulama telah berbeda pendapat tentang kelebihan-kelebihan Imam Bukhari dan Imam Muslim. Selain Abu Ali an-Nisaburi yang sama-sama dari Nishapur dengan Muslim itu, ternyata Imam Nawawi dari Damaskus (wafat 667 Hijriah) juga menyatakan bahwa di bawah kolong langit ini tidak ada kitab yang lebih shahih dari kitab Shahih Muslim. Dan sebenarnya pandangan Nawawi ini telah diakui dalam hal yang sama oleh ulama Hadits dari Maghrib (Maroko). Dan ternyata Imam Nawawi menyatakan bahwa Hadits Shahih Muslim mempunyai susunan yang mudah, dan setiap hadits telah ditempatkan pada tempat yang layak dan tepat, sanad-sanadnya lengkap atau bersambung, yang hal itu tidak dimiliki pada hadits Bukhari.
      Ternyata kemudian hadits shahih Muslim telah diberi komentar oleh beberapa ulama hadits diantaranya, yaitu: yang ditulis oleh Imam Nawawi asy-Syafi’i, dengan judul “Al-Minhaj fi Syarhi Muslim bin Hujjaj;” Qadhi Iyadh bin Musa Maliki dengan judul “al-Ikmal Fi Syarhi Muslim”, juga karya Abdul Ghafir bin Ismail al-Farisi dengan judul “al-Mafhum fi Syarhi Gharib Muslim, dan lainnya. [1]

e. Keterangan Hadits:
Dari hadits di atas yang diriwayatkan oleh muslim, tentang berpikir dan berjuang untuk rakyatnya merupakan salah satu tanggung jawab yang besar bagi setiap pemimpin (penguasa).             Pimpinan memiliki pemahaman bahwa seseorang yang ditunjuk untuk memiliki tanggung jawab memimpin oleh karena Pengangkatan, dalam artian bahwa suka atau tidak suka dari bawahannya, ia akan tetap memimpin bawahan-bawahannya tersebut.
Dalam hadits tersebut juga dijelaskan bahwa seorang pemimpin yang tidak bersungguh-sungguh menjaga amanatnya dan tidak memelihara rakyatnya maka ia tidak akan mencium bau surga bersama orang-orang yang beruntung.
Pemimpin itu harus menjadi pendengar setia dan penjaga keadilan untuk kesejahtraan rakyatnya sehingga rakyat menjadi merasa tentram dan akan melakukan yang terbaik karena memang mereka Ikhlas untuk dipimpin.
            f. Aspek Tarbawi:
1.      Seorang pemimipin selayaknya harus melaksanakan semua kewajibannya agar ia tidak tergolong orang yang mendholimi rakyatnya, yang kelak akan mandapatkan siksa neraka.
2.      Seorang pemimpin harus berani menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar, serta bertanggung jawab yang senantiasa mau menerima keritik dan mendengarkan pengaduan rakyatnya.
3.      Kejujuran dan rendah hati adalah kunci kesuksesan seorang pemimpin untuk memperoleh kepercayaan dan dukungan dari orang-orang yang dia pimpin.

                                                                                                                                    

B.     Hadits tentang Penyelewengan Tugas Merusak Tatanan
a. Materi Hadits
- عاد عـبـيـد الله بن زياد معـقـل بن يـسار المزني في مرضه الـذي مات فـيه قال معـقـل اني محـدثـك حد يـثا سـمعـته من رسول الله صلى الله عـليه وسلم : { لوعـلمت أن لي حياة ما حدثـتـك إني سمعـت رسول الله صلى الله عـليه وسلم : يـقول مامن عـبـد يـسـتـرعـيه الله رعـية يـموت يـوم يـموت وهـو غاش لرعـيـته إلا حرم الله عـليه الجنة } . ( رواه مسلم فى الصحـيـح, كتاب الإيمان, باب استحقاق الوال العاش لرعـيـة الناس )
b. Artinya:
 Ubaidullah bin Ziyad menjenguk Ma’qil bin Yasar Al-Muzani. Di dalam sakitnya Ma’qil yang menyebabkan kematiannya. Ma’qil berkata sesungguhnya aku akan menceritakan kepadamu sebuah hadis yang aku dengar dari Rasulullah SAW. Seumpama saya tahu bahwa saya akan hidup maka saya tidak akan menceritakan kepadamu, sesungguhnya aku mendengar  Rasulullah SAW bersabda “tidak ada seorang hamba pun yang diberi oleh Allah kepercayaan mengurus rakyat yang mati di hari matinya dia menipu rakyatnya kecuali Allah mengharamkannya masuk surga”.(H.R. Imam Muslim)

c. Mufrodat:
مرضه  : sakit
يسترعيه:      diberi amanat  
رعيّة    :memimpin rakyat
يموت   :mati
غاش    :menipu
لرعيّته  :rakyatnya
حرم     :haram
جنّة      :surga

            d. Keterangan:
SAMI’TUN NABIYA YAQULU : MA MIN ‘ABDIN ISTAR’AHULLAHU RA’IYYATAN FALAM YAHUTHHA BINASHIHATIN ILLA LAM YAJID RAIHATAL JANNATI = sesungguhnya aku mendengar  Rasulullah SAW bersabda “tidak ada seorang hamba pun yang diberi oleh Allah kepercayaan mengurus rakyat yang mati di hari matinya dia menipu rakyatnya kecuali Allah mengharamkannya masuk surga.
                         Ya’ni: Nabi menerangkan bahwa orang yang dipilih menjadi kepala rakyat tetapi tidak memelihara rakyatnya dan tidak melayani kebutuhan-kebutuhan mereka dengan jujur dan ikhlas, tiada akan mencium bau syurga (tiada masuk ke dalam syurga).
          Para ulama berkata: “Sabda Nabi, tiadalah dia dapat mencium bau syurga”, ditakwilkan dengan dua takwil.
                         Pertama, dengan mengartilkan bahwa penguasa yang tidak dapat mencium bau syurga itu adalah penguasa yang memandang bahwa dia tidak berdosa karena tidak memelihara dan tidak melayani rakyatnya. Kalau dia memandang bahwa dengan perbuatannya itu, tidaklah diharamkan dari masuk syurga.
                        Kedua, dengan mengartikan bahwa penguasa itu, tidak dimasukkan kedalam syurga bersama-sama orang yanh dapat prioritas pertama. bukanlah ma’nanya bahwa penguasa yang demikian itu dikekalkan dalam neraka.
                        Al Qadli ‘Iyadl berkata : “Hadits ini jelas mempertakutkan para kepala (para penguasa) dari menipu rakyat yang mereka urusi, yaitu dengan jalan tidak memperhatikan kepentingan ra’yat, tidak menuntun ra’yat beragama dengan agama Allah yang benar (Islam) dan tidak memelihara syari’at, serta tidak membelanya, atau tidak berlaku terhadap rakyat. Sesungguhnya Nabi SAW memperingatkan dengan hadits ini bahwa berlaku tidak jujur terhadap rakyat, adalah perbuatan dosa besar yang membinasakan lagi menjauhkan dari syurga”.[2]
                        Hadits ini memberi pengertian, bahwa seseorang yang diserahkan segalanya urusan rakyat, lalu dia tidak memelihara rakyatnya dengan baik dan tidak memperhatikan urusan-urusan rakyat yang membawa mereka kepada kebaikan dan kejayaan, tidak akan masuk syurga.
          e. Aspek Tarbawi:
1.      Pemimpin adalah mereka yang diberi amanah untuk menjaga rakyatnya dengan baik.
2.      Seorang hamba yang diminta oleh Allah untuk menjaga rakyat, dan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, maka(dia mati dalam keadaan menipu mereka) maka Allah mengaharamkan baginya syurga.
3.      Seorang pemimpin harus memberikan suri tauladan yang baik kepada pihak-pihak yang dipimpinnya.





PENUTUP
Hadits ini jelas mempertakutkan para kepala (para penguasa) dari menipu rakyat yang mereka urusi, yaitu dengan jalan tidak memperhatikan kepentingan ra’yat, tidak menuntun ra’yat beragama dengan agama Allah yang benar (Islam) dan tidak memelihara syari’at, serta tidak membelanya, atau tidak berlaku terhadap rakyat. Sesungguhnya Nabi SAW memperingatkan dengan hadits ini bahwa berlaku tidak jujur terhadap rakyat, adalah perbuatan dosa besar yang membinasakan lagi menjauhkan dari syurga.






















DAFTAR PUSTAKA
An-Nawawi, Imam Abi Zakaria Yahya bin Syarif. 1995. Shahih muslim. Bairut libanon: Darul fikri.
Ash-Shiddieqy, T.M Hasbi. 2002 Mutiara Hadits jilid I. Jakarta. Bulan Bintang





[1] An-Nawawi, Imam Abi Zakaria Yahya bin Syarif. 1995. Shahih muslim. Bairut libanon: Darul fikri.

[2] Ash-Shiddieqy, T.M Hasbi. 2002 Mutiara Hadits jilid I. Jakarta. Bulan Bintang