Minggu, 17 November 2013

READING REPORT SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM




READING REPORT
Disusun guna memenuhi tugas:
                                    Mata Kuliah                : Sejarah Pendidikan Islam
                                    Dosen Pengampu        : Moch. Slamet Untung, MA


Disusun oleh:
Mayda Ar Rahmah
2021 111 272

Kelas: G





TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2012


IDENTITAS BUKU
Judul  Buku                             : Sejarah Pendidikan  Islam,
Napaktilas Perubahan Konsep, Filsafat dan        Metodologi Pendidikan Islam dari Era Nabi   SAW sampai Ulama Nusantara
            Pengarang                               : Prof. DR. H. Ramayulis
            Penerbit                                   : Kalam Mulia,  2011: Jakarta
























PENDAHULUAN
Sejarah pendidikan merupakan bagian sejarah kebudayaan ummat manusia, karena mendidik itu berarti pula suatu usaha untuk menyerahkan atau mewariskan kebudayaan.  Proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya manusia di bumi. Proses pewarisan dan pengembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedoman pada ajaran Islam sebagaimana termaktub dalam Al Qur`an dan terjabar dalam Sunnah Rasul bermula sejak Nabi Muhmmad SAW menyampaikan ajaran tersebut pada umatnya.
Pembahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dibagi dalam lima periodisasi, yaitu periode pembinaan pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW, periode pertumbuhan pendidikan Islam yang berlangsung sejak Nabi Muhammad SAW wafat sampai masa akhir Bani Umayyah, periode kejayaan (puncak perkembangan) pendidikan Islam yang berlangsung sejak permulaan Daulah Abbasiyah sampai jatuhnya Baghdad, periode kemunduran pendidikan Islam, yaitu sejak jatuhnya Baghdad sampai jatuhnya Mesir ke tangan Napoleon yang ditandai dengan runtuhnya sendi-sendi kebudayaan Islam dan berpindahnya pusat-pusat pengembangan kebudayaan ke dunia Barat dan periode pembaharuan pendidikan Islam yang berlangsung sejak pendudukan Mesir oleh Napoleon sampai masa kini yang ditandai dengan gejala-gejala kebangkitan kembali umat dan kebudayaan Islam.








BAB I
PRINSIP-PRINSIP UMUM SEJARAH
PENDIDIKAN ISLAM
A.    PENGERTIAN DAN OBJEK SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
1.      Pengertian Sejarah Pendidikan Islam
Secara etimologi, sejarah dalam bahasa Arab disebut tarikh, yang bermakna ketentuan masa. Kata tarikh bermakna juga perhitungan tahun. Dalam al-Qur’an sejarah disebut dengan qisash, sebagaimana firman Allah SWT: “Maka bacalah kisah-kisah tersebut”. (Q.S. 6 : 130).
Sedangkan menurut terminologi, sejarah berarti keterangan yang telah terjadi di kalangan masyarakat pada masa lampau atau masa sekarang.
2.      Objek Sejarah Pendidikan Islam
Sejarah biasanya ditulis dan dikaji dari sudut pandang suatu fakta atau kejadian tentang peradaban bangsa. Maka objek sejarah pendidikan Islam mencakup fakta-fakta yang berhubungan dengan  pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam, baik formal maupun non formal. Dengan demikian, akan diperoleh apa yang disebut sejarah serba objek. Dan hal ini sejalan dengan peran agama Islam sebagai agama dakwah penyeru kebaikan pencegah kemungkaran, emnuju kehidupan yang sejahtera lahir bathin (material dan spiritual). Namun, sebagai cabang ilmu penegtahuan, objek sejarah pendidikan Islam umumnya tidak jauh berbeda dengan objek yang dilakukan dalam objek-objek sejarah pendidikan Islam.

B.     METODE SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
Metode Sejarah Pendidikan Islam dapat pula dikategorikan kepada :
1.      Teknik pengumpulan Data
a.       Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dalam bentu dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau peristiwa yang berupa catatan, transkrip, buku, notulen arsip dan sebagainya. Dokumen-dokumen tersebut dapat pula digunakan sebagai data bukti pendukung.
b.      Wawancara
Wawancara, yaitu pengumpulan data untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data dari tokoh/pelaku sejarah, atau orang yang mengetahuo secara mendalam tentang pelaku sejarah/tokoh.
2.      Teknik Analisis Data
a.       Content Analysis
Content analysis adalah analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi.
b.      Hermeneutik Analysis
Hermeunitik dapat dipahami sebagai cara untuk menafsirkan teks masa silam dan menerangkan perbuatan pelaku sejarah.
3.      Metode Penulisan Sejarah
a.       Metode deskriptif
Dengan metode ini ditunjukkan untuk menggambarkan apa adanya tentang Sejarah Pendidikan Islam, maksudnya ajaran Islam sebagai agama samawi yang dibawa Nabi Muhammad SAW dalam kitab suci al-Qur’an dan al-hadits terutama yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangannya melalui pendidikan harus dijelaskan sebagai mana adanya, dengan tujuan untuk memahami makna yang terkandung dalam sejarah tersebut.
b.      Metode Komparatif
Metode ini metode yang berusaha membandingkan sebuag perkembangan pendidikan Islam dengan lembaga-lembaga lainnya.
C.    ILMU-ILMU YANG BERKAITAN DENGAN SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
Diantara ilmu-ilmu yang berkaitan adalah seperti:
1.      Sejarah Kebudayaan
2.      Ilmu politik
3.      Ilmu Filsafat Sejarah

D.    MANFAAT SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
1.      Manfaat Umum
Sejarah Pendidikan Islam mempunyai manfaat untuk menjadi teladan bagi umat Islam. Dengan membaca sejarah, maka umat Islam dapat meneladani proses pendidikan Islam semenjak zaman kerasu;an Muhammad hingga para pemuka gerakan pembaruan pendidikan Islam.
2.      Manfaat Akademis
a.       Mengetahui dan memahami pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam.
b.      Mengambil manfaat dari hal-hal yang bersifat positif daripada masa lalu, untuk digunakan dalam memecahkan problematika pendidikan Islam masa kini.
c.       Memiliki sikap positif terhadap perubahan-perubahan dan pembaharuan-pembaharuan sistem pendidikan Islam.

BAB II
PENDIDIKAN ISLAM MASA RASULULLAH

A.    KONDISI SOSIAL BUDAYA, EKONOMI, POLITIK, KEBERAGAMAAN, DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT ARAB SEBELUM ISLAM
Kondisi sosial budaya dalam masyarakat di kalangan angsa Arab, terdapat beberapa kelas masyarakat, berbeda antara satu dengan yang lainnya. Kekuasaan yang berlaku saat itu adalah sistem diktator. Banyak hak yang hilang terabaikan. Para budak tidak melakukan perlawanan sedikit pun, banyak diantara mereka yang merasakan kelaparan, penderitaan, dan kesulitan yang tidak jarang merenggut nyawanya dengan sia-sia.
Dalam hal perekonomian,  mengikuti kondisi sosial, yang bisa dilihat dan jalan kehidupan bangsa Arab. Mereka tidak menguasai perindustrian dan kerajinan. Perikemanusiaan mengarah kepada sifat kebinatangan dan kebuasan, yang kuat menindas yang lemah, yang kaya memeras yang miskin, yang kuasa menginjak-injak yang dikuasainya, sehingga persaudaraan menjadi permusuhan.
Kondisi politik bangsa Arab sebelum Islam, belum mengenal sistem pemerintahan yang lengkap seperti pada masa sekarang; kalaupun ada belumlah sempurna organisasi politiknya.
Sedangkan dalam hal keberagaman, mayoritas bangsa Arab Jahiliyah sudah jauh dari keyakinan yang dibawa oleh Nabi Ibrahim yaitu meyakini adanya Allah SWT sebagai Rabb al-Alamin.
Dalam pendidikan, ilmu yang mereka kenal saat itu terbagi tiga bidang ilmu pengetahuan. Pertama, ilmu tentang Nasab (Keturunan), Sejarah, dan Perbandingan Agama. Kedua ilmu Ru’ya (mimpi). Ketiga, ilmu tentang bertenung.
B.     PELAKSANAAN PENDIDIKAN ISLAM MASA RASULULLAH SAW
Pendidikan masa Rasulullah SAW, sesuai dengan kondisi sosial politik pada masa itu, dapat dibagi kepada dua periode, yaitu: (1) periode Mekah, dan (2) periode Madinah.
1.      Periode Mekkah
Dengan melihat karakteristik perkembangan pendidikan Islam, maka periode Mekah dapat dibagi kepada tiga tahapan, sesuai dengan tahapan dakwah yang dilakukan Rasulullah di Mekah. (1) Tahapan sembunyi atau perorangan, pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW di rumah ini dianggap sebagai masa yang penting dalam sejarah pendidikan dan dakwah Islam di Mekkah. Pendidikan Islam ini tidak terbatas hanya diterima oleh mereka saja, tetapi disambut juga oleh kelompok lain dari kalangan para maula dan orang-orang fakir. Pendidikan pada fase ini dinamai dengan pendidikan individu (perorangan), dan mereka dikenal dengan “al-Sabiqun al-Awwalun”, yakni kelompok pertama yang masuk Islam.
(2) Tahapan terang-terangan, perintah dakwah secara terang-terangan dilakukan oleh Rasulullah, seiring dengan jumlah sahaat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauan seruan dakwah, karena diyakini dengan dakwah tersebut, banyak kaum Quraisy yang akan masuk Islam. (3) Tahapan seruan umum, Rosulullah mengubah strategi dakwahnya dari seruan yang berfokus kepada keluarga dekat beralih kepada seruan umum, umat manusia secara keseluruhan.
Lembaga Pendidikan pada periode Mekkah ini adalah rumah al-Arqam Ibn Abi Arqam. Rumah ini merupakan lembaga pendidikan pertama atau madrasah yang pertama sekali dalam Islam. Materi Pendidikan Islam pada periode ini adalah tentang Tauhid dan al-Qur’an.
2.      Periode Madinah
Rasulullah hijrah ke Madinah hari Senin pada tahun 622 M. Ada dua aktivitas yang penting yang beliau lakukan setiba di Madinah yaitu: (1) mendirikan masjid, dan (2) pembentukan negara Madinah.
Materi Pendidikan Islam pada masa periode ini adalah
(1)   Memperdalam dan memperluas materi yang pernah diajarkan di Mekah seperti : Hafalan dan Penulisan al-Qur’an, pemantapan ketauhidan umat, tulisan baca al-Qur’an dan sastra Arab.
(2)   Ketertiban, Sosial, Ekonomi, Politik, dan Kesejahteraan Umat
(3)   Seluruh Aspek Ajaran Islam
Lembaga pendidikan Islam setelah Nabi hijrah ke Madinah, disamping kuttab adalah Masjid dan Suffah.









BAB III
PENDIDIKAN PADA MASA KHULAFA’ AL-RASYIDIN
A.    KHALIFAH ABU BAKAR AL-SHIDDIQ (632-634)
Masa awal kekhalifahan Abu Bakar diguncang pemberontakan oleh orang-orang murtad, orang-orang yang mengaku sebagai nabi dan orang-orang yang enggan membayar zakat. Berdasarkan hal ini Abu Bakar memusatkan perhatiannya untuk memerangi para pemberontak yang dapat mengacaukan keamanan dan mempengaruhi orang-orang Islam yang  masih lemah imannya untuk menyimpang dari ajaran Islam.
Lembaga pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti lembaga pendidikan pada masa Nabi yaitu seperti; Kutab, Masjid, dan Materi Pendidikan. Namun, dari segi kuantitas maupun kualitas sudah banyak mengalami perkembangan.
B.     KHALIFAH UMAR IBN KHATTAB (634-644)
Pada masa khalifah Umar Ibn Khattab, kondisi politik dalam keadaan stabil, usaha perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah Islam pada masa Umar Ibn Khattab meliputi Semenanjung Arabia, Palestina, Syiria, Irak, Persia dan Mesir.
Lembaga pendidikan pada masa khalifah Umar Ibn Khattab, sama dengan masa Abu Bakar. Namun dari segi kemajuan lembaga pendidikan begitu pesat, sebab selama Umar Ibn Khattab memerintah negara berada dalam keadaan stabil dan aman.
Materi Pendidikan pada masa Umar adalah Kutab. Pada masa ini tuntutan belajar bahsa Arab juga mulai kelihatan. Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan duniawi dan ilmu filsafat belum dikenal pada masa itu. Yang menjadi pendidik pada masa Umar adalah beliau sendiri, serta guru-guru yang beliau angkat.
C.    KHALIFAH USMAN IBN AFFAN (644-656 M)
Kondisi masyarkat pada saat ini kondusif.  Pelaksanaan pendidikan pada masa ini diserahkan kepada masyarakat dan masyarakatlah yang lebih banyak inisiatif dalam melaksanakan pendidikan termasuk pengangkatan para pendidik.
D.    KHALIFAH ALI IBN ABI THALIB (656-661 M )
Pemerintahannya diguncang oleh peperangan dengan ‘Aisyah (istri Nabi) beserta Thalhah dan Abdullah ibn Zubair. Peperangan ini disebabkan karena kesalahpahaman dalam menyikapi pembunuhan terhadap Usman ibn ‘Affan.Pada masa ini tidak terlihat perkembangan pendidikan yang berarti karena pada masa ini telah terjadi kekacauan politik dan pemberontakan, sehingga dimasa ia berkuasa pemerintahan tidak stabil.
E.     PUSAT-PUSAT PENDIDIKAN DAN PARA ULAMA YANG TERKENAL PADA MASA KHULAFA’ AL RASYIDIN
Pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafa’ al-Rasyidin menurut Mahmud Yunus adalah; (1) Madrasah Makkah, (2) Madrasah Madinah, (3) Madrasah Barsah, (4) Madrasah Kuffah, (5) Madrasah Damsyik, (6) Madrasah Fistat (Mesir).

BAB IV
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA DAULAH UMAYYAH

Pada masa Daulah Umayyah terdapat berbagai kebijakan yang dilakukan oleh para khalifah, yang emnyebabkan berkembangnya sistem pemerintahan. Diantara kebijakan yang dilakukan adalah: Pemisahan Kekuasaan, Pembagian wilayah, Bidang administrasi Pemerintahan, Organisasi keuangan, Organisasi ketentaraan,Organisasi kehakiman, Bidang sosial budaya yang berkembang dengan pesat, Bidang seni dan sastra, Bidang seni rupa, dan Bidang arsitektur.
            Diantara khalifah yang memberikan dorongan dalam bidang pendidikan adalah: (1) Umayyah ibn Abu Sufyan, (2) Abdul Malik ibn Marwan, (3) histam ibn Abdul Malik, (4) Umar ibn Abdul Aziz.
            Pada masa Daulah Umayyah pola pendidikan bersifat desentralisasi, tidak memiliki tingkatan dan standar umur. Pendidikan tidak hanya terpusat di Madinah seperti pada masa Nabi dan Khulafaur Rasyidin, melainkan ilmu telah mengalami ekspansi seiring dengan ekspansi teritorial.
            Diantara lembaga pendidikan yang berkembang pada masa daulah Umayyah yaitu, Kutab, Istana, Badiah, Perpustakaan, dan Bamaristan (Rumah sakit). Pada masa ini ilmu pengetahuan juga berkembang, hal ini didukung oleh para khalifah dan meningkatnya oerekonomian negara. Diantara ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu adalah:
Ilmu Agama, Hadits, Ilmu Sejarah dan Geografi, Ilmu pengetahuan bidang bahasa, Bidang filsafat, Seni sastra Arab, dan Seni Kaligrafi.
Demikianlah berbagai perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan yang terjadi pada masa Daulah Umayyah. Namun kekuasaan bani Umayyah mengalami kehancuran pada masa kepemimpinan khalifah walid ibn Yazid karena masa itu terjadinya serangan yang dilakukan oleh Bani Abbas yang terjadi pada 132 hijriah atau 750 Masehi, yang menyebabkan kehancuran dan berakhirnya daulah Umayyah.

BAB V
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA DAULAH ABBASIYAH

Ada faktor-faktor yang paling menentukan  dalam perkembangan pendidikan Islam pada masa Daulah Abbasiyah. Diantaranya adalah:
·         Adanya kekayaan yang melimpah dari hasil kharaj, baik pertanian maupun perdagangan.
·         Perhatian beberapa khalifah yang besar kepada ilmu pengetahuan seperti; al-Mansyur, al-Mahdi, Harun al-Rasyid, al-Ma’mun, al- Wathiq dan al-Mutawakkil.
·         Kecenderungan umat Islam di dalam menggali dan mengembangkan imu pengetahuan besar sekali, maka banyaklah ulama di setiap kota Islam pada masa itu.
Kemajuan dalam bidang pendidikan melalui berbagai bentuk dan jenis lembaga pendidikan. Diantara lembaga pendidikan yang berkemangan pada masa ini adalah: (1)Kutab atau Maktab, (2) Masjid. Dalam perkembangan selanjutnya, disamping mata pelajaran agama, mata pelajaran umum juga diajarkan, seperti bahasa, ilmu hisab, kedokteran dan sebagainya. (3) Pendidikan rendah di istana (Qurhur), (4) Toko-toko Buku (al-Hawarit al-Waraqin), (5) Perpustakaan, (6) Salun Kesustraan, (7) Rumah para ilmuwan (Bait al-Ulama’), (8) Observatorium dan Rumah sakit (al-Bimaristan), (9) al-Ribath, (10) al-Zawiyah.
Walaupun secara fisik lembaga pendidikan belum dapat dikatakan sama dengan persekolahan yang datang kemudian, namun dari segi hasil, justru dapat melahirkan beberapa ilmuwa dan cendikiawan terkemuka yang sangat masyhur.


BAB VI
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
PADA MASA DAULAH ABBASIYAH
           
Kemajuan yang dicapai oleh Daulah Abbasiyah, khususnya dalam bidang ilmu merupakan puncak kejayaan Islam sepanjang sejarah. Pada masa ini juga melahirkan banyak ulama-ulama besar. Ilmu-ilmu yang tumbuh dan berkembang pada masa Daulah Abbasiyah adalah Ilmu Agama dan Ilmu Umum. Ilmu-ilmu agama meliputi; Ilmu Tafsir, ilmu Hadits, Ilmu Qiraat, Ilmu kalam, Fiqh, Tasawwuf, Tarikh, Nahwu. Sedangkan ilmu-ilmu umum meliputi; ilmu Filsafat, Ilmu Falak, ilmu kedokteran, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, dan Fisika.
Demikianlah perkembangan  dan kemajuan ilmu pengetahuan pada masa daulah Abbasiyah yang telah mencapai puncaknya, namun menurut Badri Yatim, kemjaun yang dicapai Abbasiyah tidak terlepas dari usaha Bani Umayyah sebagai perintis kemajuan, namu  usaha tersebut tidak terfokus, karena pada masa ini pusat perhatian terfokus kepada penegmabangan wilayah Islam. Walaupun kemajuan Islam menuju puncak keemasannya pada Daulah Abbasiyah, namun kemunduran juga terjadi pada masa khalifah terakhir.

BAB VII
PENDIDIKAN ISLAM MASA DAULAH UMAYYAH
DI ANDALUSIA (SPANYOL)

Kedatangan Islam di Andalus (Spanyol) telah membawa perubahan yang sangat besar, terutama di bidang sosial dan ilmu pengetahuan serta kebudayaan. Perkembangan pendidikan Islam terbentuk bukan hanya karena sentuhan dari tradisi Arab-Islam, akan tetapi lebih dari itu karena akibat persentuhan peradaban yang dibawa oleh Arab.
Ada beberapa faktor yang mendorong perkembangan Pendidikan Islam di Andalus:
a)      Adanya dukungan dari penguasa
b)      Adanya beberapa sekolah dan Universitas di beberapa kota di Spanyol yang sangat terkenal
c)      Adanya persaingan anatara Abbasiyah di Baghdad dan Umayah di Spanyol dalam bidang olmu pengetahuan dan peradaban.
d)     Akses untuk pendidikan bagi semua rakyat dibuka selebar-lebarnya tanpa membedakan suku, ras, dan agama, dan golongan.
Diantara lembaga pendidikan Islam yang berkembang di Andalusia adalah: Kutab, Madrasah, Perguruan Tinggi, Perpustakaan sebagai sarana pendukung. Sedangkan ilmu yang berkembang pada masa ini adalah seperti Ilmu Naqli, Bahasa dan Sastra, Musik dan Seni, Filsafat, dan Sains.

BAB VIII
KONTRIBUSI PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP
KEMAJUAN ILMU PENGETAHUAN DI EROPA

A.    KONTRIBUSI PENDIDIKAN ISLAM
Bangsa Arab dan Islam telah memberikan saham bagi kebangkitan Eropa. Sistem pembelajaran pada sekolah dan Perguruan Tinggi, para ulama, dan buku-buku menjadi penggerak kebangkitan Barat. Perkenalan bangsa Barat dengan dunia Islam telah membuka mata mereka akan kemajuan peradaban Islam yang telah ditorehkan oleh cendekiawan-cedekiawan muslim sebagai hasil dan pengalaman mereka terhadap ajaran agama Islam.
Pada abad XII dimulailah penterjemahan besar-besaran ilmu pengetahuan Islam. Minat untuk menterjemahkan karya-karya tersebut meluas dan dilakukan semua golongan masyarakat. Mulai dari ilmuwan, pendeta, maupun para bangsawan dan raja-raja. Dengan adanya usaha penterjemahan tersebut, maka ilmu pengetahuan Islam memberikan kontribusi yang besar terhadap kemajuan Eropa.
Bidang ilmu yang memberikan kontribusi adalah: Bidang Sastra, bidang Asronomi, bidang Matematika, bidang Kedokteran, dan bidang Filsafat. Selanjutnya, menurut Nakosteen kotribusi kreatif para cendekiawan muslim di dunia Barat, bukan saja dalam aspek pendidikan dan sains akan tetapi hampir pada semua aspek kehidupan dan bidang keilmuan. Melalui jalur-jalur inilah akhirnya ilmu pengetahuan berkembang pesat dan kemudian ilmu pengetahuan tersebut memberikan kontribusi sangat besar bagi kemajuan Eropa pada era sesudahnya.





BAB IX
PENDIDIKAN ISLAM MASA DINASTI FATIMIYAH
Ketika  kekuasaan Daulah Abbasiyah di Baghdad mulai melemah, maka timbullah masa disintegrasi. Pada masa disintergrasi ini muncul beberapa dinasti kecil yang berdiri sendiri dan memisahkan diri dari kekuasaan Daulah Abbasiyah di Baghdad.  Diantara dinasti kecil yang memisahkan itu adalah dinasti Fathimiyah.
Diantara lembaga pendidikan pada masa ini adalah: Masjid, Istana, Perpustakaan, Dar al-Ilm, al-Azhar. Menurut Jamaluddin Surur, bahwa al-Azhar telah menduduki posisi untuk membangkitkan kehidupan peradaban Mesir terutama hal-hal yang berkaitan dengan dakwah Fathimiyah sejak masa khalifah al-Aziz Billah. Sistem halaqah-halaqah yang ada saat itu merupakan dasar studi al-Azhar.
ILMU PENGETAHUAN DAN PARA ULAMA PADA MASA DINASTI FATIMIYAH
Diantara ilmu dan para ulama yang terkenal di masa itu adalah: (1) Filsafat, salah satunya adalah Abu Hatim al-Razi (322 H), ia menjadi tokoh pada masa khalifah Ubaidillah al-Mahdi dan merupakan orang yang mendalami bidang sastra dan filsafat. (2) Kedokteran, dokter yang terkenal adalah Musa ibn al-Azhar. (3) Bahasa dan Sastra, salah satu ulama yang terkenal pada masa ini adalah Abu Thahir al-Nahwi. (4) Syair, diantara penhair yang terkenal adalah Ibn Hani’.

BAB X
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA DINASTI BUWAIHI

Dalam perjalanan sejarahnya, dinasti Buwaihi mengalami masa kemajuan dan kemunduran. Masa kemajuan mereka ditandai dengan dikembangkannya ilmu pengetahuan dan filsafat serta didirikannya bangunan-bangunan baru, dalam rangka memakmurtkan dan mensejahterahkan rakyatnya.
Ketika dinasti Buwaihi menguasai al-Kharaj di Ibu Kota Baghdad terjadi kemelut antara khalifah Muttaqi Billah dengan Amir al-Umara’ Tuzun. Dalam peristiwa khalifah mengalami kekalahan , oleh sebab itu, ia meminta bantuan kepada dinasti Buwaihi untuk memasuki kota Baghdad.
Adapun hasil kemajuan yang telah dinasti Buwaihi adalah sebagai berikut:
1.      Sebagai sumber keuangan negara, bidang pertanian, perdagangan dan industri, mendapat perhatian dari pemerintah.
2.      Dalam rangka memperlancar dunia usaha dan perdagangan, pembangunan sarana jalan dan jembatan mendapat prioritas dari negara.
3.      Untuk menampung anak-anak terlantar, dibangun beberapa rumah yatim piatu.
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PADA MASA DINASTI BUWAIHI
Lahirnya Organisasi Rahasia Ikhwan al Syafa’
Tumbuhnya organisasi ini adalah dari kaum filosof. Mereka menamakannya dengan Ikhwan al-Syafa’. Pemimpin dari anggota ini tidak diketahui benar, sebab mereka tidak menampakkan diri.
Kemajuan dalam bidang pendidikan ilmu pengetahuan pada masa dinasti Buwaihi dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1.      Pada masa itu arah pembangunan diprioritaskan kepada masalah agama, ilmu, kebudayaan, ekonomi, dan keamanan.
2.      Para Amir memberikan motivasi terhadap perkembangan agama, ilmu pengetahuan dan filsafat.
3.      Mereka menganut aliran Mu’tazilah sabagai alternatif untuk pembaruan pemikiran dan kemajuan bangsa dan negara.




BAB XI
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA
DINASTI SALAJIQAH (SALJUQ)
Diantara dinasti-dinasti baru yang sempat berkuasa pada waktu itu adalah Dinasti Salajiqah (Saljuq) yang menggantikan kedudukan Dinasti Buwaihi di dalam istana para khlaifah Abbasiyah.
PEMBENTUK DINASTI SALAJIQAH
Kata Salajiqah (bentuk jamak dari Saljuq) adalah gabungan dari kabilah-kabilah Turki yang dikenal dengan nama Al-Guz, yang berasal dari Turkestan. Nama Salajiqah berasal dari nama seorang pemimpin mereka yang bernama Saljuq Ibn Duqaq (dalam buku lain Saljuq ibn Tuqaq); yang mengumpulkan dan mempersatukan mereka, dan kemudian memimpinnya; sebelum itu mereka tidak mempunyai nama tersendiri.
Keberhasilan Dinasti Salajiqah mempertahankan kekuasaannya selama lebih kurang dua abad tak terlepas dari peran para pejabat/wazir/menteri yang ada di lingkungan pemerintahannya.
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN MASA DINASTI SALAJIQAH
Pada masa dinasti Salajiqah, terutama pada masa pemerintahan Sultan Malik Syah berkembang. Pada masa ini, wazir Nizam al-Mulk yang berperen besar dalam memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Lembaga pendidikan Islam yang terkenal pada masa itu adalah Madrasah Nizamiyah. Madrasah ini didirikan oleh Nizam al-Mulk pada masa pemerintahan Sultan Alp Arselan (1064-1067 M). Madrasah ini dapat disamakan dengan Perguruan Tinggi masa sekarang.
Apa yang dilakukan Nizham al-Mulk dengan membangun madrasah itu mendapat respon dari masyarakat, khususnya kalangan penguasa, bangsawan, dan hartawan. Madrasah Nizamiyah Baghdad mengalami pasang surut dalam perkembangannya, tapi bertahan cukup lama. Dari catatan guru yang mengajar disana diketahui bahwa sampai dengan awal abad ke-9 H Madrasah ini masih beroperasi.

BAB XII
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA
DINASTI GHAZNAWIYAH
Secara historis dinasti Ghaznawiyah diawali oleh tokohnya yang bernama Alptigin. Adapun di bidang keuangan masa itu sudah tersusun melalui beragai bentuk pengadministrasian negara. Perluasan daerah Ghaznawiyah yang dibawah pemerintahan Mahmud ini meluas ke India Utara di bagian timurnya dan di bagian baratnya meliputi Irak-Persia termasuk seluruh khurasan, Turkharistan dengan Balkh sebagai pusatnya sedangkan bagian Transxiana merupakan batas bagian utara, serta Sijistan batas bagian selatan kekuasaannya.
Dalam bidang ilmu pengetahuan terdapat beberapa kemajuan yang hingga sekarang masih mempunyai makana dan pengaruhnya diantaranya adalah di masa Sultan Mas’ud lahirnya penemuan teori-teori dan karya ilmiah oleh ilmuan bernama Abu al-Rayhan Muhammad al-Biruni (973-1050 M). Ia adalah seorang ilmuan Arab keturunan Persia yang menguasai beberapa bahasa diantaranya: bahasa Turki, Persia, Sanskerta dan bahasa Syiria. Karyanya yang terkenal yaitu di bidang astronomi, astrologi, geografi, geometri, dan ilmu hitung.
BAB XIII
PENDIDIKAN ISLAM MASA KEMUNDURAN
A.    SEBAB-SEBAB TERJADINYA KEMUNDURAN PENDIDIKAN ISLAM
1.      Kejatuhan Baghdad di Timur, dan Cordova di Barat
a.       Kejatuhan Baghdad (1258 M)
Masa daulah Abbasiyah dikenal sebagai keemasan. Namun, dengan kejatuhan Baghdad di Timur (1258 M) sebagai awal periode kemunduran intelektual. Menurut para sejarawan diantara faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan daulah Abbasiyah dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: (1) faktor internal dan (2) faktor eksternal.
Diantara faktor internal yang menyebabkan runtuhnya Daulah Abbasiyah diantaranya adalah: perpecahan, gaya hidup yang berlebih-lebihan, kelemahan sebagian dari para khalifah, pada masa tertentu khalifah hanya sebagai lambang, persaingan dan pertentangan antar unsur Arab, Persia dan Turki, perpecahan yang disebabkan perbedaan madzhab.
Faktor-faktor eksternal penyebab runtuhnya Daulah Abbasiyah adalah seperti: Berkembangnya ajaran Teologi Asy’aridan tasawuf al-Ghazali, yang mengajarkan tawakkal dan fatalisme, Dominannya pengaruh Turki di dunia Islam, Serangan Mongol ke Baghdad, Perang Salib.
b.      Kejatuhan Cordova (1236 M)
Faktor kemunduran Islam di Andalusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: faktor internal dan eksternal.
Diantara faktor internal adalah:
a)      Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan yang menyebabkan munculnya perebutan kekuasaan di antara ahli waris kerajaan.
b)      Lemahnya figur dan kharismatik yang dimiliki khalifah
c)      Terjadinya perselisihan di kalangan umat Islam itu sendiri yang disebabkan oleh perbedaan kepentingan
d)     Tatkala umat Islam menguasai Andalusia, kebijakan para penguasa Muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna.
e)      Munculnya Muluk al-thawaif (kerajaan-kerajaan kecil) yang masing-masing saling berebut kekuasaan.
Sedangkan faktor eksternal yang menyebabkan runtuhnya daulah Umayyah tersebut diantaranya karena munculnya serangan dari kristen yang sudah menyatu. Akibatnya cordova jatuh di bawah kekuasaan kristen. Dengan jatuhnya Cordova, maka daerah kekuasaan daulah Umayyah yang lainnya dapat pula dikuasai oleh orang Kristen dengan mudah.
Pada masa kemunduran ini kehidupan di lembaga pendidikan dan di tengah-tengah masyarakat adalah kehidupan zuhd. Akibat kehancuran yang dialami oleh umat Islam, terutama dalam bidang kehidupan intelektual dan material, adalah beralihnya secara drastis pusat-pusat kebudayaan dari dunia Islam ke Eropa.

BAB XIV
PENGERTIAN DAN LATAR BELAKANG
LAHIRNYA PEMBARUAN ISLAM
Secara etimologis, pembaruan terjemahan moderisation yang dalam bahasa Indonesia berarti proses menjadi baru. Modernisasi atau pembaruan bisa diartikan apa saja yang belum dipahami, diterima, atau dilaksanakan oleh penerima pembaruan, meskipun bukan hal baru bagi orang lain. Apabila pembaruan dikaitkan dengan pendidikan Islam, maka pembaruan pendidikan Islam adalah suatu proses perubahan dalam sistem pendidikan Islam dari sistem pendidikan tradisional ke arah pendidikan modern sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi.
LATAR BELAKANG LAHIRNYA PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM
            Perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa secara berangsur-angsur membangkitkan kekuatan di Eropa.  Kemajuan kebudayaan, modern di Barat memuncak dengan timbulnya revolusi industri dan lebih jauh lagi dalam bentuk diterimanya ekspansi mereka dalam bidang kebudayaan oleh Negara-negara yang ada di dunia, dan tidak terkecuali dalam hal ini Negara-negara Islam.
            Dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan modern dari Barat, untuk pertama kali dalam dunia Islam dibuka suatu percetaka di Istanbul pada tahun 1727 M, guna mencetak berbagai buku ilmu pengetahuan yang diterjemahkan dari buku-buku ilmu pengetahuan Barat.

BAB XV
PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI SAUDI ARABIA
Pembaruan di Saudi Arabia dipelopori oleh beberapa orang tokoh diantaranya: (1) Ibn Taimiyah, dan (2) Muhammad ibn Abd al-Wahab.
PEMBARUAN PENDIDIKAN IBN TAIMIYAH
Nama lengkapnya adalah Tagiyuddin Ahmad ibn Abd al-halim ibn Taimiyah. Namanya dikenal luas dan mendapat tempat dan sambutan yang lebih banyak dari ulama semasanya. Diantara pembaruan Ibnu Taimiyah dalam pendidikan Islam adalah seperti ilmu Tafsir, Fiqh dan Ushul Fiqh, ilmu Kalam, begitu juga dalam bidang sosial, dan politik pemerintahan.
PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM MUHAMMAD IBN ABD AL-WAHAB
            Gerakan yang dilakukan oleh Muhammad Ibn Abd al-Wahab dikenal dengan nama “Wahabiyah”. Wahabiyah ini dikenal sebagai gerakan sosial keagamaan dan poltik. Nama Wahabiyah diberikan oleh lawan-lawan gerakan ini pada masa hidup pendirinya dan kemudian dipakai oleh orang-orang Eropa.
            Ajaran Muhammad Ibn Abd al-Wahab merupakan ajaran pemurnian yang ingin mengembalikan Islam sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad; Islam mengalami penyimpangan yang membahayakan, terutama keimanan terhadap tauhid atau keesaan Tuhan. Pembaruan pendidikan Muhammad Ibn Abd al-Wahab ini dilanjutkan oleh Abd al-Aziz setelah ia kembali memasuki Saiyad, yang sebelumnya dikuasai oleh Muhammad Ali yang pada waktu itu dikuasai oleh Mesir.







BAB XVI
PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI MESIR

EKSPEDISI NAPOLEON DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBARUAN MESIR
Ekspedisi Napoleon di Aleksandria rupanya tidak lama karena situasi politik di Perancis menyebabkan ia harus kembali pulang. Tahun 1801, semua team ekspedisi meninggalkan Mesir. Namun demikian, ide-ide yang dibawa Napoleon tetap tinggal di Mesir.
Ekspedisi Napoleon terhadap Mesir memberikan pengaruh bahwa kedatangan Napoleon telah membuka mata orang Mesir bahwa mereka terbelakang. Islam tidak lagi tinggi sebagaimana mereka lihat selama ini.
Ada beberapa tokoh yang ikut berperan dalam pembaruan pendidikan Islam di Mesir, seperti: Muhammad Ali, Al-Tahtawi, Jamaluddin al-Afghani, dan Muhammad Abduh.

BAB XVII
PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI TURKI UTSMANI
Pembaruan di Turki Usmani ada dua periode yaitu: (1) sebelum Periode Modern dan (2) periode Modern.
PEMBARUAN SEBELUM PERIODE MODERN
Kemajuan-kemajuan yang dicapai kerajaan Turki Usmani yang dicapainya terutama dalam lapangan militer, politik, dan arsitektur.  Wilayah kekuasaan Turki Usmani mencakup sebelah Timur sampai keperbatasan Iran dan Uni Soviet, sebelah Barat sampai ke Jabar Tariq (Selat Gebraltar) dan sebelah utara mulai dari Budapest terus ke selatan sampai ke Mesir dan negeri-negeri Islam lainnya, semua itu termasuk daerah kerajaan Turki Usmani. Langkah-langkah Pembaruan yang pertama dilakukan adalah bidang militer.


PEMBARUAN PERIODE MODERN
Pembaruan pada periode modern di Turki Usmani dipelopori oleh beberapa orang tokoh diantaranya yang terkenal yaitu:
1.      Sultan Mahmud II
Usaha keras yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II ia telah berhasil mencanangkan tonggak pembaruan dinegerinya. Walaupun pada masa itu belum terlihat hasilnya secara nyata namun inilah awal dari kebangkitan rakyat Turki, dan sudah dapat menyadari akan kekurangan dan kelemahannya dari segi ilmu pengetahuan.
Sesudah Sultan Mahmud II muncul pula beberapa pembaruan yang dilakukan oleh Tanzimat, Usmani Muda, dan Turki muda. Pembaruan yang dilakukan tokoh ini lebih banyak dalam bidang diluar pendidikan seperti pemerintahan, ekonomi, hukum, dan lain-lainnya.
2.      Mustafa Kemal Attartuk
Dalam bidang pendidikan beliau melakukan pembaruan dengan mengganti madrasah dengan Sekolah ala Barat. Metode Barat tentang pendidikan agama direflesikan dalam sajak-sajak dan cerita-cerita. Beliau juga berpendapat bahwa Barat maju karena adanya sekularisasi. Sekularisasi yang dijalankan Mustafa Kemal adalah tidak sampai meninggalkan agama akan tetapi sekularisasinya berpusat pada menghilangkan campur tangan golongan ulama dalam soal Negara dan politik.
Politik pendidikan Kemal Attartuk mengakibatkan generasi muda Turki menjauhi dan memandang rendah agama Islam. Jiwa Islam dicabut dari rakyat Turki. Rukun Islam yang lima yang banyak dipegangi dan dikerjakan adalah syahadat dan zakat, shalat, puasa, dan haji sudah banyak ditinggalkan. Turki menjadi negara sekuler akibat pendidikan sekuler yang dilaksanakan Kemal Attartuk.



BAB XVIII
PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDIA
PEMBARUAN PENDIDIKAN SYAH WALIYULLAH
Nama aslinya adalah Kutb al-Din, dan karena kedalaman ilmu beliau dalam bidang keagamaan, beliau diberi gelar Syah Waliyullah. Usaha dan pemikiran Syah Waliyullah adalah beliau berusaha mengkompromikan ajaran-ajaran yang bersifat mistik. Dan konsepsi waliyullah tentang Ketuhanan pada dasarnya merupakan Sintesa antara pandangan al-farabi dengan Ibnu Sina. Tuhan merupakan realitas, sifat Tuhan tidak lain hanyalah merupakan modus dirinya.
PEMBARUAN PENDIDIKAN SAYYID AHMAD KHAN
Sayyid Ahmad Khan lahir di Delhi pada tahun 1889. Beliau terkenal dengan loyalitasnya kepada penguasa Inggris di masa itu. Salah satu usaha dan pemikiran Sayyid Ahmad Khan tidak terbatas pada pendidikan di Sekolah Aligarh saja. Bersama kawan-kawannya, ia melembagakan Komperensi Pendidikan Islam, Komperensi ini mengadakan sidangnya diberbagai tempat di anak benua India dan terbukti merupakan inspirasi yang efektif untuk menangani pendidikan dengan sungguh-sungguh.
Ide-ide dan usahanya dalam pembaruan pendidikan dilanjutkan oleh para tokoh sesudahnya, yaitu sayyid Amir Ali, Muhammad Iqbal, dan Muhammad Ali Jinnah. Dan masa Muhammad Ali Jinnah terlihat kemajuan umat Islam dan terutama dalam bidang poltik dan pemerintahan, sehingga terwujudlah Negara Pakistan, terlepas dari negara India.







BAB XIX
PENDIDIKAN ISLAM MASA AWAL MASUKNYA
ISLAM KE INDONESIA

Penyebaran Islam di Indonesia dilakukan secara damai dan Islam yang dikembangkan adalah bermadzhab Syafi’i. Dalam hal tempat pertama kali Islam masuk ke Indonesia masih terdapat perbedaan pendapat. Ada yang mengatakan di Jawa, dan ada yang mengatakan di Barus, namun demikian ahli sejarah umumnya sependapat bahwa Islam yang masuk ke Nusantara langsung dari tanah Arab melalui Pesisir Sumatera Utara.
Mengenai cara masuknya agama islam ke Indonesia adalah dengan dibawa para saudagar yang beragama Islam, baik mereka yang berkebangsaan Arab, Persia, India, maupun Indonesia, karena bangsa Indonesia juga adalah bangsa pelaut dan perdagang terkenal sejak dahulu kala di Asia Tenggara.
Dibandingkan dengan perkembangan agama lain, perkembangan agama Islam benar-benar mengagumkan karena pengembangan dan penyiaran agama Islam termasuk paling dinamis dan cepat dibandingkan dengan agama-agama yang lainnya.  Ada banyak faktor yang mempengaruhi cepatnya penyebaran Islam, seperti: faktor dalam ajaran Islam itu sendiri bahwa Islam merupakan agama yang bersifat Rahmatan li al-alamin, agama yang tidak mengenal adanya perbedaan status dalam masyarakat. Baik dalam bidang akidah, syari’ah, dan akhlaqnya, agama Islam mudah dipahami dan dimengrti oleh semua lapisan masyarakat, dapat diamalkan secara luas dan ringan, selalu memberikan jalan keluar dari kesulitan.  Begitu juga dengan faktor tempat lahirnya, bersamaan dengan perjalanan dagang yang dilakukan oleh orang Arab itulah agama islam ikut tersiar  keluar dari daerah Makkah.


Pengembangan masyarakat Islam yang pertama di Indonesia dilakukan dengan cara: kontak jual beli, kontak perkawinan, kontak kepribadian, kontak Dakwah bi al-Hal, dan kontak kekuasaan.
Sejak awal berkembangnya ajaran Islam, pendidikan mendapat prioritas utama masyarakat muslim Indonesia. Kebudayaan terhadap pendidikan mendorong masyarakat Islam diIndonesia mengadopsi dan mentransfer lembaga keagamaan dan sosial yang sudah ada (indegenous religius and social institition) ke dalam lembaga pendidikan Islam di Indonesia.
Hal ini dapat dilihat pada beberapa daerah di Nusantara yang telah mengembangkan pendidikan Islam. Misalnya: kerajaan Perlak, kerajaan Pasai, Aceh, Kerajaan Siak (Riau), Minangkabau (Sumatera Barat), Sriwiya, Jawa dan Madura.

BAB XX
PENDIDIKAN ISLAM MASA KOLONIAL BELANDA
Sebagai penjajah, pemerintah kolonial Belanda, bagaimanapun harus berupaya menanamkan kekuasaan kekuasaan politik yang dapat mencerminkan dirinya sebagai penguasa di wilayah jajahannya. Untuk mencapai tujuan yang dimaksud mereka menggunakan berbagai jalur yang memungkinkan. Dan diduga, jalur pendidikan mereka nilai sebagai jalur yang paling efektif.
Hubungan antara sistem pendidikan dan kepentingan politik itu, diperkirakan tetap dipedomani oleh para penguasa kolonial di Hindia Belanda selama penjajahan mereka.
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah pemerintah di Hindia Belanda, pada dasarnya merupakan cerminan dari sistem pendidikan kolonial Belanda. Tujuan, ciri-ciri umum dan bentuk kelembagaan yang diterapkan di sekolah-sekolah tersebut, adalah merupakan realisasi dari sistem pendidikan yang diprogramkan.

Adanya kaitan antara politik dan pendidikan, agaknya ikut menjadikan sistem pendidikan kolonial Belanda menjadi rumit. Keinginan untuk menerapkan prinsip deskriminasi, menyebabkan penjenisan sekolah menjadi banyak. Penjenisan sekolah tersebut menunjukkan kenyataan akan adanya sikap deskriminatif dalam sistem pendidikan kolonial Belanda.
Lebih jauh tindakan deskriminatif dalam bidang pendidikan juga diterapkan dengan membedakan sekolah-sekolah menjadi sekolah untuk orang Eropa, Cina dan Bumiputera. Dengan demikian, dari berbegai segi, kesempatan untuk belajar bagi penduduk pribumi si sekolah-sekolah pemerintah senantiasa mendapat hambatan.
Pada  masa kolonial Belanda pendidikan Islam disebut juga dengan pendidikan Bumiputera, karena yang memasuki pendidikan Islam diseluruhnya orang pribumi Indonesia.
Pendidikan Islam pada masa penjajahan Belanda ada tiga macam, yaitu: (1) Sistem pendidikan peralihan Hindu Islam, (2) Sistem pendidikan surau (Langgar), dan (3) Sistem pendidikan Pesantren.

BAB XXI
PENGARUH KEBIJAKAN KOLONIAL BELANDA
TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM
Pengadaan Departemen Pendidikan, Agama, dan Pemerintahan di Hindia Belanda memberi gambaran secara resmi akan tugas dan tanggung jawab moral pemerintahan (kolonial) bagi pembinaan pendidikan rakyat di wilayah kekuasaannya.
Secara konsep, poltik Etis sangat baik karena adanya keberpihakan kepada kaum pribumi. Namun dalam pelaksanaannya kolonial Belanda bekerja sama dengan kaum Liberal (pemegang saham), tetap mengeksplotir daerah jajahannya untuk kepentingan ekonominya.
Sehubungan dengan berdirinya madrasah dan sekolah agama yang diselenggarakan oleh kalangan Islam pembaharu, agaknya kekhawatiran pemerintah tersebut cukup beralasan. Semula memang pemerintah membiarkan kehidupan Islam pada batas-batas tertentu, sepanjang tidak mengganggu kehadiran Belanda.
Pada lahirnya, ordonansi itu diperuntukkan bagi seluruh sekolah swasta tetapi dalam prakteknya sasaran yang dituju adalah madrasah dan sekolah-sekolah Islam. Arah sasaran ordonansi itu semakin bertambah jelas terlihat pada kasus pungutan pajak bagi guru (loan blasting).
Di sisi lain, dalam prakteknya, ordinansi yang dirasa oleh sekolah-sekolah swasta cukup berat. Terutama sekolah-sekolah Islam yang memiliki keterbatasan dalam berbagai bidang, boleh dikatakan sangat terpukul oleh adanya ordonansi itu. Apalagi ordonansi tersebut digunakan untuk tujuan menekankan agama Islam, karena dikaitkan dengan ketertiban dan keamanan.

BAB XXII
PENDIDIKAN ISLAM MASA PEMBARUAN
Awal abad XX pendidikan Islam di Indonesia mulai memasuki pembaruan. Gerakan pembaruan ini di latar belakangi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.
1.      Faktor Internal
a.       Dorongan untuk meningkatkan perlawanan terhadap kolonial Belanda
b.      Rasa tidak puas terhadap sistem pendidikan kolonial Belanda
c.       Rasa tidak puas terhadap pengamalan Islam dan Penerapan adat di tengah-tengah masyarakat.
d.      Keinginan kalangan kaum muda untuk memurnikan ajaran Islam.
Dalam hal ini usaha pembaruan dimaksudkan untuk melakukan pemurnian ajaran Islam dengan mengembalikan praktek-praktek keagamaan itu kepada sumber utamanya dan memisahkannya dari adat dan kebiasaan lokal.




2.      Faktor Eksternal
Gerakan pembaruan di Indonesia agaknya dipengaruhi secara kuat oleh pemikiran dan usaha tokoh-tokoh pembaruan Timur Tengah pada akhir abad 19 khususnya Jamal al-Din al-Afghani dan Muhammad Abduh.
Gerakan pembaruan yang datang dari Timur Tengah ini masuk ke Indonesia melalui dua jalur yaitu: (1) jalur publikasi, dan (2) jalur pendidikan.
GERAKAN PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM
1.      Pembaruan Pendidikan Islam Kaum Muda di Minangkabau (Sumatera Barat)
Tokoh-tokoh pembaharu pendidikan Islam tersebut pada awalnya didiknya di lingkungan surau, kemudian melalui penggambaran intelektualnya baik belajar di lembaga formal maupun autodidak menawarkan ide-ide segarnya demi kemajuan pendidikan Islam yang bisa bersaing dengan lembaga sekuler sekaligus mampu menjawab kebutuhan masyarakat.
2.      Pembaruan Pendidikan Islam Jami’at Khair di Jakarta
Pada awalnya organisasi ini dimaksudkan sebagai wadah kerjasama dan perlindungan terhadap anggota mereka, tetapi mencerminkan pula sentimen keagamaan yang kuat dari pendirinya yang selalu siap memberikan bantuan kepada setiap organisasi yang condong kepada Islam.
Berdasarkan pengelolaan dan sistem yang digunakan dalam menyelenggarakan pendidikan, nampaknya jami’at Khair telah berupaya untuk sekolah-sekolahnya dengan sekolah pemerintah yang ada ketika itu. Ataupun paling tidak, sistem pembelajaran klasikal yang merupakan ciri komponen dari sistem pendidikan modern yang dikembangkan sekolah-sekolah Belanda di Indonesia telah mempengaruhi Jami’at Khair.


3.      Pembaruan Pendidikan Islam Al-Irsyad
Pembaruan pendidikannya berkaitan erat dengan tujuan organisasi yang dirumuskannya. Al-Irsyad mempunyai dua tujuan utama yaitu: (1), mengubah tradisi kebiasaan orang-orang Arab tentang kitab suci, bahasa Arab, bahasa Belanda, dan bahasa lainnya, dan (2) membangun dan memelihara gedung-gedung pertemuan, sekolah dan unit pencetakan.
Salah satu pembaruan yang dilakukan oleh Al-Arsyad adalah bahwa beliau mendirikan sekolah guru untuk melatih dan mendidik calon-calon guru bagi kebutuhan sekolah Al-Arsyad sendiri di Jakarta dan Surabaya.
4.      Pembaruan Pendidikan Islam Muhammadiyah di Yogyakarta
Salah satu faktor yang memotivasi Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah adalah adanya munculnya tantangan dari kegiatan Missie dan Zending yang dinilai dapat mengancam masa depan kehidupan agama Islam.
Adanya pemikiran Muhammad Abduh juga ikut mendorong Dahlan untuk mengadakan pembaruan. Sebagaimana diketahui pengaruh pemikiran Muhammad Abduh di dunia Islam ketika itu cukup besar. Gagasan dan pemikirannya tentang pembaruan dalam Islam tersiar melalui majalah al-Manar. Majalah itu menjadi bacaan para tokoh pembaharu, di dunia Islam termasuk di Indonesia.
5.      Pembaruan Pendidikan Islam Persatuan Islam di Bandung
Pada awalnya PERSIS mendirikan madrasah, untuk anak-anak yang dari anggota PERSIS tetapi kemudian, madrasah ini terbuka bagi anak-anak lainnya, sehingga banyak anggota masyarakat yang memasukkan anak mereka madrasah tersebut.
Di dalam lembaga pendidikan PENDIS Muhammad Natsir melaksanakan ide pembaruan pendidikannya yang disebut dengan pendidikan yang Integralistik, yaitu suatu sistem pendidikan yang terpadu yang tidak memisahkan pengetahuan agama dan umum.

6.      Pembaruan Pendidikan Persyarikatan Ulama di Jawa Barat
Salah satu gerakan pembaruan pendidikan yang lahir di Jawa Barat adalah “Persyarikatan Ulama” pada tahun 1911, atas inisiatif K.H Abdul Halim. Walaupun pada awalnya ia mendirikan madrasah dan sekolah agama, di lingkungan Persyarikatan Ulama, tampaknya cita-cita pembaruan pendidikannya belum sepenuhnya dapat dilaksanakan.
K.H Abdul Halim melihat kenyataan di kalangan umat Islam ketika itu hanya memfungsikan ajaran agama bagi kepentingan akhirat saja. Padahal menurutnya Islam justru menyerukan umatnya untuk tidak melupakan kehidupan mereka di dunia di samping kehidupan mereka di akhirat. Sehubungan dengan hal tersebut, tujuan pendidikan sudah sepantasnya di ubah.
7.      Konsep Santi Asromo
Konsep Asromo merupakan kelanjutan dari pemikiran K.H Abdul Halim tentang perbaikan pendidikan (Ishlah al-Tarbiyah), seperti yang termuat dalam rumusan konsep al-Salam. Dilihat dari sudut pandang pendidikan, tampaknya Santi Asromo mencakup bagian yang termasuk milieu (lingkungan) pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, sekolah,dan masyarakat.
8.      Konsep Santri Lucu
Santri Lucu (Santri Terampil) menurut K.H Abdul Halim adalah seorang santri yang memiliki keterampilan dan ilmu pengetahuan, serta dapat bekerja dalam lapangan kehidupan secara mandiri dan mampu membantu .orang lain yang memerlukan.
Tujuan pendidikan harus diarahkan kepada usaha mendidik anak-anak agar dapat mandiri di masyarakat, dapat memberikan kemampuan kepada mereka untuk mencari rezeki yang halal serta mampu memberikan kepada orang lain yang membutuhkannya.



9.      Pembaharuan Pendidikan Nahdatul Ulama di Surabaya
Di antara organisasi Islam lain yang mementingkan masalah pendidikan dan pengajaran adalah Nahdatul Ulama. Nahdatul Ulama (NU) didirikan di Surabaya tahun 1926.
Paling sedikit ada dua faktor yang menyebabkan lahirnya organisasi  Nahdatul Ulama, yaitu: (1) situasi internal dalam negeri, dan (2) masalah khilafah dan perkembangan situasi Hijaz.
Organisasi Nahdatul Ulama ini bertujuan memperkuat ikatan salah satu dari empat madzhab serta untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat untuk anggota, sesuai dalam Islam. Nahdatul ulama memberikan perhatian yang besar bagi pendidikan, khususnya pendidikan tradisional yang harus dipertahankan keberadaannya.

BAB XXIII
PENDIDIKAN ISLAM MASA PENJAJAHAN JEPANG
            KONDISI PENDIDIKAN MASA PENJAJAHAN JEPANG
Sistem Pendidikan Belanda yang selama ini berkembang di Indonesia, semuanya diganti oleh Bangsa Jepang sesuai dengan sistem pendidikan yang berorientasi kepada kepentingan perang.
Karakteristik sistem pendidikan Jepang adalah sebagai berikut:
1.      Dihapusnya “Dualisme Pendidikan”
2.      Berubahnya tujuan pendidikan
3.      Proses pembelajaran di sekolah diganti dengan kegiatan yang tak ada kaitannya  dengan pendidikan.
4.      Pendidik dilatih agar mempunyai semangat perang
5.      Pendidikan pada masa Jepang sangat memprihatinkan
6.      Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
KEBIJAKAN JEPANG TERHADAP AGAMA ISLAM
Walaupun kondisi pendidikan pada masa Jepang sedemikan parahnya, namun bagi pendidikan Islam ada sedikit nilai positifnya. Dari pihak Jepang sendiri pun tidak kalah kepentingannya terhadap umat Islam di Indonesia, sebab jumlah kekuatan umat Islam yang mayoritas di Indonesia dapat dijadikan modal dasar kekuatan umat Islam yang mayoritas di Indonesia dapat dijadikan modal dasar kekuatan untuk menghadapi perang Pasifik, perang Asia Timur Raya. Karena itu Jepang selalu mengulang-ulang menyampaikan maksudnya menghormati dan menghargai Islam.
 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM MASA PENJAJAHAN JEPANG
Sikap penjajah Jepang terhadap pendidikan Islam ternyata lebih lunak, sehingga ruang gerak pendidikan Islam lebih bebas daripada masa pemerintahan kolonial Belanda. Hal ini memberikan kesempatan bagi pendidikan Islam untuk berkembang.

BAB XXIV
PERKEMBANGAN MADRASAH DAN
PERGURUAN TINGGI ISLAM

Perkembangan Madrasah Masa Awal Kemerdekaan sampai Orde Baru
Perkembangan madrasah terkait erat dengan peran Kementrian agama RI sebagai andalan politis yang dapat mengangkat posisi Madrasah sehingga memperoleh perhatian yang terus menerus di kalangan pengambil kebijakan.
Perkembangan madrasah yang cukup penting pada masa Orde Lama adalah berdirinya Pendidikan Guru Agama (PGA) dan Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN). Tujuan pendirian lembaga ini adalah untuk mencetak tenaga profesional yang siap mengembangkan madrasah sekaligus ahli dalam bidang keagamaan.




PERKEMBANGAN PERGURURUAN TINGGI ISLAM
Pendidikan Tinggi (PT) merupakan jenjang pendidikan yang dilaksanakan setelah Sekolah Menengah Atas. Dalam merespon perkembangan zaman IPTEK dan masyarakat sekarang ini banyak IAIN dan STAIN telah berubah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Perubahan tersebut dilakukan karena beberapa hal.

BAB XXV
PERKEMBANGAN PESANTREN
Sesuai dengan kemajuan dan perkembangan zaman, terutama setelah Indonesia merdeka, telah timbul perubahan-perubahan dalam dunia Pesantren. Telah banyak di antara Pesantren yang menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman tersebut, kendatipun disana sini masih ditemukan juga pesantren yang masih bersifat konservatif.
Pondok pesantren selain mengembangkan aspek pokok yaitu pendidikan Islam dan dakwah, juga mengembangkan hampir semua aspek kemasyarakatan, terutama yang baerkaitan dengan ekonomi dan kebudayaan.
BAB XXVI
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SEKOLAH DAN PERGURUAN TINGGI ISLAM
           
PERKEMBANGAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
Upaya-upaya untuk melaksanakan pendidikan agama di sekolah umum, telah dimulai sejak adanya rapat Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP), di antara usul Badan tersebut kepada Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, adalah termasuk masalah pengajaran agama, madrasah dan pesantren.
Pendidikan agama diberikan di sekolah di sekolah rendah dan sekolah lanjutan. Di sekolah rendah pendidikan agama di mulai di kelas 4 sebanyak 2 jam dalam 2 Minggu. Sedangkan di lingkungan istimewa pendidikan agama dapat dimulai dari kelas satu dan lama belajarnya tidak boleh lebih dari 4 jam seminggu.
Selama berlangsung pendidikan agama, murid yaang beragama lain boleh meninggalkan kelas. Guru-guru agama di angkat oleh Menteri Agama dan begitu juga pembiayaan menjadi tanggungjawab Kementerian Agama. Bahan pelajaran ditetapkan oleh Kementerian Agama setelah mendapat persetujuan dari Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan.
PERKEMBANGAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PERGURUAN TINGGI UMUM
1.      Status Mata Kuliah PAI
Pendidikan Agama Islam (PAI) di Perguruan Tinggi Umum (PTU) adalah merupakan kelanjutan dari pengajaran yang diterima oleh peserta didik mulai dari tingkat SD sampai SMA.  PAI merupakan salah satu dari komponen Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK).
PAI mempunyai peranan strategis untuk mengembangkan potensi peserta pendidik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak dan berilmu seperti yang tercantum dalam butir Tujuan Pendidikan Nasional dan menjadikan ajaran Islam sebagai landasan berpikir, bersikap dan berperilaku dalam pengembangan ilmu dan profesinya.
Pendidikan Agama Islam mengandung arti yang luas karena tidak hanya menyangkut pendidikan dalam arti pengetahuan, namun juga pendidikan dalam arti pembentukan karakter. Pendidikan dalam arti pengetahuan tidak akan ada artinya kalau tidak melibatkan pendidikan karakter, karena pendidikan agama tidak cukup di ukur dengan ranah kognitif semata, namun juga melibatkan psikomotor karakter dibentuk melalui ranah afiktif.
2.      Pengembangan Mata Pelajaran PAI di PTU
Dalam pembelajaran digunakan pendekatan student centered, dimana tenaga pengajar akan mengubah perannya dari seorang “Instructor” (pemberi pemerintah) manjadi “Fasilitator”.  Pengajar hanya akan memfasilitasi proses belajar mengajar sedemikian rupa sehingga setiap mahasiswa dapat menjalankan peran aktifnya dalam membangun pengetahuan.
BAB XXVII
PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM
PENDIDIKAN ISLAM
A.    Perempuan Masa Jahiliyah
Berita kelahiran anak perempuan pada masa jahiliyah memberi kesan tentang sikap suami yang enggan menerimanya.  Ada dua pilihan yang timbul dalam pikirannya menghadapi anak perempuan itu, yaitu dibiarkan hidup-hidup.
B.     Perempuan dalam Pandangan Islam
Setelah Islam datang, maka ajaran Islam berupaya meningkatkan derajat perempuan. Al-Qur’an menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai kedudukan yang sama. Mengingat tugas pokok baik laki-laki maupun perempuan di muka bumi ini sama, yaitu sebagai khalifah Allah, maka keduanya dibekali pengetahuan yang sama, dan dalam pelaksanaan tugas keduanya diberi hak dan kewajiban yang saling melegkapi dan tidak bisa hidup sendiri-sendiri. Keduanya memiliki peran dan tugas yang sejajar sebagai mitra sejajar dala kehidupan sosial.
Oleh karena itu, manusian dalam pandangan Islam baik laki-laki maupun perempuan memiliki kedudukan yang sama. Maka Islam juga tidak membedakan antara amal perbuatan yang dilakukan oleh laki-laki dengan perempuan.
C.    PENDIDIKAN PEREMPUAN PADA MASA KLASIK
Pada hakikatnya, penanaman ajaran Islam yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dalam rangka mengembangkan dan menyebarkan ajaran Islam di permukaan bumi melalui dakwah, pada hakikatnya adalah sebuah kegiatan atau proses pendidikan, dan hal ini dilakuakn tidak hanya terbatas bagi kau laki-laki saja, tetapi juga pada kaum perempuan. Rasulullah telah memberikan kesempatan dan meluangkan waktunya untuk mengajar para perempuan.
Pendidikan bagi perempuan dalam ajaran Islam termasuk kewajiban agama karena pengetahuan tidak terbatas pada pendidikan agama saja, tetapi meliputi juga pendidikan rumah tangga, (cara mendidik dan membesarkan anak), pendidikan sosial kemasyarakatan dan pendidikan intelektual.
D.    PENDIDIKAN PEREMPUAN PADA MASA KEMUNDURAN
Pada masa kemunduran ini para perempuan tidak hanya dibatasi dalam mengikuti pendidikan bahkan juga dipingit. Perempuan dianggap sebagai pembawa fitnah yang selalu membawa kekacauan dalam masyarakat.
E.     PENDIDIKAN PEREMPUAN PADA MASA PEMBARUAN
Secara khusus al-Qur’an memerintahkan laki-laki dan perempuan untuk melaksanakan ibadah, membayar zakat, mengerjakan yang baik dan meningglkan perbuatan buruk dalam semua kegiatan. Untuk melakukan semua perintah tersebut, maka mereka mempunyai akses yang sama dala kesempatan memperoleh pendidikan. Oleh karena itu pendidikan perempuan sangat vital dalam masyarakat, karena perempuan sebagai orang yang melahirkan dan guru pertama bagi anak-anaknya. Perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki untuk dapat membaca, menulis, dan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
F.     PENDIDIKAN PEREMPUAN DI INDONESIA
1.      Pendidikan Perempuan Masa Sebelum Kemerdekaan
Pada masa awal kolonial Belanda bahwa keadaan dan kedudukan perempuan Indonesia waktu itu sangat terbelakang, karena adat istiadat yang mengukung, kurangnya pendidikan dan pengajaran, kesewenanga-wenangan dala perkawinan dan sebagainya.
2.      Pendidikan Perempuan masa Masa Kemerdekaan
Dalam kaitannya dengan pendidikan, perempuan mempunyai arti penting terutama dalam peranannya sebagai ibu rumah tangga. Peranan perempuan sangat nyata dalam pembentukan pribadi seseorang  karena sebagai ibu rumah tangga mereka merupakan pendidik pertama bagi anak-anak sebelum mendapatkan pendidikan formal di luar rumah.

BAB XXVIII
DIKOTOMI PENDIDIKAN DI DUNIA ISLAM
DAN DI INDONESIA
A.    DIKOTOMI PENDIDIKAN DI DUNIA ISLAM
1.      Pendidikan Islam Integralistik dan Tidak Dikotomik
Penyatuan ilmu pengetahuan dan agama serta penyatuan antara kedua sistem pendidikan adalah tuntutan aqidah Islam itu sendiri. Allah dalam doktrin ajaran Islam adalah pencipta alam semesta termasuk manusia. Dia pula yang menurunkan hukum-hukum untuk mengelola dan melestarikannya. Hukum-hukum mengenai alam fisik termasuk fisik manusia dinamakan sunnatullah (sunnah Allah). Sedangkan pedoman hidup dan hukum-hukum untuk kehidupan manusia telah ditentukan pula dalam ajaran agama yang dinamakan dinullah (din Allah) yang mencakup aqidah dan syariah.
Dengan demikian, penyatuan kedua sistem pendidikan tersebut merupakan tuntutan akidah Islam, tuntutan sejarah klasik, dan tugas manusia sebagai khalifah Allah di bumi ini.
2.      Pelaksanaan Pendidikan Islam yang Integralistik Dalam Rentang Sejarah
Lembaga pendidikan yang ada baru lembaga pendidikan lembaga keluarga. Pada mulanya pendidikan Islam dilaksanakan oleh Nabi secara sembunyi dan disampaikan melalui individu ke individu. Tetapi setelah pemeluk Islam bertambah banyak, arulah pendidikan Islam dilaksanakan secara terang-terangan.
Dengan hijrahnya Nabi Muhammad ke Madinah, merupakan pertanda bagi terbukanya lembaga pendidikan yang baru dalam sejarah pendidikan Islam, disamping keluarga. Lembaga pendidikan yang baru adalah masjid.
3.      Sebab-sebab timbulnya Dikotomi Pendidikan
Menurunnya kebudayaan Islam pada periode ini karena sikap umat Islam terhadap pendidikan semakin berkurang. Al-Qur’an dan Hadits sudah mulai ditinggalkan sebagai sumber pemikiran dan sikap hidup, pintu ijtihad dianggap tertutup, pemikiran membeku, pandangan sempit, orientasi buat ke akhirat dan dunia dianggap tidak perlu, ilmu dan agama terpisah, umat bersikap tradsisonal, taqlid dan fatalistik.
Keadaan lembaga pendidikan pada masa ini mundur dan bahkan mengalami kehancuran. Di lain pihak sistem pendidikan Barat sekuler mendidik manusia menjadi liberal, rasional, pragmatis dan berorientasi kepada kenyataan obyektif dalam kehidupan sehari-hari. Namun menjauhkan peserta didik dari visi agamanya, karena bersifat sekuler. Pendidikan Barat ini dijadikan model di Negeri-negeri Islam, karena dipandang sebagai lambang kemajuan. Sedangkan sistem pendidikan tradisional menaruh curiga terhadap segala apa yang datang dari Barat dan tetap mempertahankan pendidikan agama dengan sistem tradisionalnya.
B.     DIKOTOMI PEDNDIDIKAN DI INDONESIA
1.      Penyebab Timbulnya Dikotomi Pendidikan di Indonesia
Di penghujung abad yang lalu (1901) pemerintah Belanda melalui Eithische Politik mulai memperkenalkan sekolah-sekolah kepada kelompok Bumi Putra. Belanda berusaha melaksanakan dikotomi pendidikan dengan menggunakan outhouding politiek untuk memisahka ilmu agama dari kurikulum sekolah hingga dalam sistem pendidikan pada masa itu pendidikan agama tidak diajarkan sama sekali di sekolah-sekolah karena dianggap tanggung jawab orangtua.



2.      Munculnya Dikotomi Pendidikan di Indonesia
Sistem Pendidikan Agama Islam lebih memberikan penekanan pengembangan sikap dan amaliah, sedangkan pengembangan intelektual kurang diperhatikan, Sistem Persekolahan lebih mengutamakan pengembangan intelektual sedangkan pengembangan sikap dan amaliah hampir tidak terjangkau.
Di awal lahirnya, pesantren berfungsi sebagai lembaga pengembangan keagamaan, pendidikan dan kemasyarakatan. Oleh karena itu sifat pesantren sesuai dengan fungsinya di atas adalah elastis, individual dan populis, sedangkan tujuan “belajar agama di pesantren adalah untuk ibadah.”
Berdasarkan Peraturan pemerintah tersebut madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah menjadi bagian dari program pendidikan dasar sembilan tahun.
Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan agama di sekolah umum maka pemerintah berusahan pula untuk melakukan peningkatan dalam bidang kurikulum, yaitu dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Agama No. 68 tanggal 31 Oktober 1974, yang menetapkan; kurikulum pendidikan Agama Islam untuk SD, SMP, dan SMA dengan nama Kurikulum 1975. Suatu keistimewaan dari kurikulum ini adalah bahwa seluruh perencanaan program pengajaran disusun dengan berorientasi kepada tujuan pendidikan.
3.      Usaha yang dilakukan untuk menghilangkan Dikotomi Pendidikan
Dari perkembangan kebijaksanaan pemerintah terhadap pendidikan agama Islam baik yang terdapat pada lembaga pendidikan agama maupun pada lembaga pendidikan umum terlihat dari trennya bahwa proyeksinya adalah ke arah penyatuan dan penyeragaman secara lengkap dan menyeluruh.



ANALISIS
Sebagaimana yang diungkapkan oleh penulis, beliau menyebutkan bahwa sejarah tidak  terlepas dari sifat science conjecturale (pengetahuan dugaan), bahwa sejarah itu merekam fakta-fakta dalam perubahan. Jika dikaitkan fenomena pendidikan Islam era klasik dengan era kontemporer di Indonesia terkesan adanya perubahan yang sangat fundamental di Indonesia, salah satu di antaranya menyangkut eksistensi Pendidikan Agama Islam (PAI) di lembaga umum.
Beliau juga mengisahkan, bahwa beberapa dekade sejak revolusi fisik sampai era Orde Baru, perjuangan umat Islam sering mengalami kegagalan dalam memperjuangkan pendidikan Islam. Kenyataannya bahwa Negara Islam itu sendiri hanya mengurus dunia, bukan mengurus Islam. Selanjutnya, beliau menyebutkan bahwa Negara Islam hanya ditemukan dalam realitas sejarah Umat Islam dan bukan perintah al-Qur’an maupun hadits.
Fenomena tentang strategi Harun Nasution dalam melakukan perubahan IAIN, yang sebelumnya terfokus pada Fiqh Centris, menjadi Islam Komprehensif  lewat pendidikan ternyata berhasil. Melalui fenomena ini beliau berpendapat bahwa, orang yang berjiwa evolusi melakukan perjuangan memajukan Islam, melalui pendidikan, dan bukan  ke politik yang tergesa hendak berubah, sering mengalami kegagalan.
Menurutnya, Indonesia juga harus berjuang dalam mengemban visi-misi dan komitmen Islam yang kuat, yang mempunyai kekuasaan dan memberi peluang dalam pembuatan kebijakan pendidikan Islam.







SIMPULAN
Berdasarkan isi buku tersebut, nampak jelaslah bahwa Sejarah Pendidikan Islam dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di dunia Islam baik dari segi ide dan konsepsi maupun segi institusi dan operasional sejak masa Rasulullah hingga sekarang.
Dengan membaca sejarah, maka umat Islam dapat meneladani proses pendidikan Islam semenjak zaman kerasulan Muhammad., zaman Khulafaur Rasyidin, zaman ulama-ulama besar dan para pemuka gerakan pembaruan pendidikan Islam. Karena secara global, proses pendidikan Islam pada hakikatnya merupakan pengejawantahan (manifestasi) dari pemikiran mereka tentang konsep Islam di bidang pendidikan baik dalam tataran teoritis maupun dalam tataran praktis (semenjak nabi Muhammad SAW sampai masa sekarang).





























.