Kamis, 01 Mei 2014

Authentic Assesment



MAKALAH
PENILAIAN OTENTIK DALAM EVALUASI
KURIKULUM 2013
Disusun guna memenuhi tugas:
                        Mata Kuliah              : Evaluasi Pendidikan
                        Dosen pengampu       : Rahmat Kamal, M. Pd. I







Oleh:
1.      Ida Sari Nurlaila             2021 111 008
2.      HeriRubiAntoni              2021 111 161
3.      Mayda Ar Rahmah         2021 111 272
4.      FanniAldianaRizki U      2021 111 376

Kelas: F

TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
           
Kurikulum,proses pembelajaran, dan penilaian merupakan tiga dimensi dari sekian banyak dimensi yang sangat penting dalam pendidikan. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum merupakan penjabaran tujuan pendidikan yang menjadi landasan program pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum. Penilaian merupakan salahsatu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian kurikulum dan berhasil tidaknya proses pembelajaran.
Implementasi kurikulum 2013 yang syarat dengan karakter dan kompetensi, hendaknya disertai dengan  penilaian secara utuh, terus-menerus dan bersinambungan, agar dapat  mengungkap bebagai aspek yang diperlukan dalam mengambil suatu keputusan. Sehubungan dengan itu, secara khusus menganalisis dan menyajikan tentang penataan penilaian dalam implementasi kurikulum. Oleh karena itu, materi yang dibahas yang dan disajikan dalam makalah ini lebih difokuskan pada berbagai permasalahan yang berkaitan dengan penataan penilaian kurikulum, penilaian proses, penilaian unjuk kerja, penilaian portofolio, penilaian ketuntasan belajar dalam implementasi kurikulum 2013.









BAB II
                                                    PEMBAHASAN      
AUTHENTIC ASSESSMENT
DALAM EVALUASI KURIKULUM 2013

A.    Hakikat Penilaian Otentik
Asesmen didefinisikan sebagai proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik yang diperoleh melalui pengukuran untuk menganalisis atau menjelaskan unjuk kerja/kinerja atau prestasi peserta didik dalam mengerjakan tugas-tugas terkait. Dengan demikian, berbeda dengan istilah evaluasi (evaluation) yang kita pahami selama ini yaitu proses pemberian penafsiran dan keputusan atas suatu informasi.
Proses asesmen mencakup sejumlah bukti-bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik. Asesmen ini dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran sehingga disebut sebagai Penilaian Berbasis Kelas (PBK). PBK dilakukan dengan berbagai cara seperti pengumpulan kerja peserta didik (portofolio), hasil karya (product), penugasan (project), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper and pencil). Guru menilai kompetensi dan hasil belajar peserta didik berdasarkan tingkat pencapaian prestasi peserta didik. Penilaian yang demikianlah yang disebut authentic assessment yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “asesmen autentik” atau “penilaian autentik”.[1]
Asesmen autentik adalah jenis asesmen yang memicu peserta didik aktif membangun pengetahuan dan yang dapat membentuk kompetensi seperti yang ditetapkan dalam SKL, SK, KD, maupun indikator. Oleh karena itu asesmen autentik lebih mengarah pada asesmen kelas berbasis kompetensi.[2]
Dengan demikian, suatu asesmen dikatakan “autentik” apabila:
(1)   Sasaran penilaiannya mengarah kepada kompetensi yang ingin dicapai (alih-alih disebut: tujuan pembelajaran);
(2)   Penilaian yang melibatkan peserta didik pada tugas-tugas atau kegiatan yang bermanfaat, penting, dan bermakna;
(3)   Penilaian yang mampu menantang peserta didik menerapkan informasi/keterampilan akademik baru pada situasi nyata dan untuk maksud yang jelas;
(4)   Penilaian yang mampu mengukur perbuatan atau penampilan yang sebenarnya atas kompetensi pada suatu mata pelajaran;
(5)   Penilaian yang mampu mengukur penguasaan peserta didik terhadap kompetensi mata pelajaran tertentu dengan cara yang akurat;
(6)   Penilaian yang menguji atau memeriksa kemampuan kolektif peserta didik dalam rangka mengevaluasi secara tepat apa yang telah dipelajarinya;
(7)   Penilaian yang menguji atau memeriksa secara langsung perbuatan/prestasi peserta didik berkaitan dengan tugas intelektual yang layak;
(8)   Penilaian yang melibatkan peserta didik untuk mendemostrasikan apa yang mereka ketahui dalam suatu konteks kehidupan nyata.[3]

B.     Penilaian Autentik dalam Tuntutan Kurikulum 2013
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan pesertadidik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembelajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.
Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda,  benar-salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik. Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerjasama dengan pesertadidik. Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, pesertadidik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.
Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi. Pada penilaian autentik guru menerapkankriteria yang berkaitandengankonstruksipengetahuan, kajiankeilmuan, danpengalaman yang diperoleh dari luar sekolah. Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan pesertadidik, serta keterampilan belajar. Dalam beberapa kasus, pesertadidik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek. Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remedial harus dilakukan. Karena penilaian itumerupakan bagiandari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja.[4]

C.    Sifat Asesmen Autentik
Secara garis besar, asesmen autentik memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1.      Asesmen autentik bersifat berbasis kompetensi, yaitu asesmen yang mampu memantau kompetensi peserta didik.
2.      Asesmen autentik pada dasarnya adalah asesmen kinerja, yaitu suatu unjuk kerja yang ditunjukkan sebagai akibat dari suatu proses belajar yang komprehensif.
3.      Asesmen autentik berpusat pada peserta didik, karena direncanakan, dilakukan, dan dinilai oleh guru dengan melibatkan secara optimal peserta didik sendiri.
4.      Kompetensi adalah atribut individu peserta didik. Oleh karena itu, asesmen berbasis kompetensi bersifatindividual. Kompetensi tidak dapat disamaratakan pada semua peserta didik, tetapi bersifat personal. Karena itu, asesmen harus dapat mengungkapkan seoptimal mungkin kelebihan setiap individu, dan juga kekurangannya (untuk bisa dilakukan perbaikan).
5.      Asesmen autentik bersifat tak terstruktur dan open-ended, dalam arti percepatan penyelesaian tugas-tugas autentik tidak bersifat uniformed dan klasikal, juga kinerja yang dihasilkan tidak harus sama antarindividu disuatu kelompok.
6.      Untuk memastikan bahwa yang diakses benar-benar kompetensi real individu (peserta didik), maka asesmen harus dilakukan secara autentik (nyata, real seperti kehidupan sehari-hari) dan menyatu dengan proses pembelajaran yang dilakukan.
7.      Sebagai konsekuensi keautentikan tersebut, asesmen autentik hendaknya berlangsung secara terintegrasi dalam proses pembelajaran.
8.      Asesmen autentik bersifat langsung dan berkelanjutan. Ini berarti, asesmen harus dilakukan secara langsung pada saat proses belajar mengajar berlangsung yang dapat terpantau proses dan produk belajarnya.[5]

D.    Fungsi Penilaian Otentik
Fungsi-fungsi asesmen autentik atau penilaian autentik dalam pendidikan paling tidak dapat diklasifikasikan ke dalam tiga golongan, yakni fungsi pembelajaran, fungsi administratif, dan fungsi bimbingan. Ketiga fungsi dijelaskan sebagai berikut:
1.      Fungsi Pembelajaran
      Penilaian sangat penting peranannya dalam peningkatan mutu proses pembelajaran. Pelaksanaan penilaian yang teratur memaksa guru untuk selalu merumuskan secara jelas kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam pembelajaran yang dikembangkan dalam bentuk indikator-indikator. Berdasarkan rumusan indikator dari kompetensi itulah dapat menyusun alat ukur dalam penilaiannya.
      Dari proses penilaian dapat diperoleh informasi tentang seberapa besar para peserta didik berhasil mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan oleh guru. Dengan demikian, hasil penilaian memberikan umpan balik bagi guru tentang seberapa besar ia berhasil melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan kepada peserta didik untuk mencapai kompetensi dasar. Selain itu, dari hasil penelitian tersebut guru dapat melokalisasi hal-hal apa saja yang belum dikuasai peserta didik. Atau, dengan kata lain guru dapat menetapkan kemampuan-kemampuan apa yang telah dikuasai peserta didik dan kemampuan-kemampuan apa saja yang belum dikuasai peserta didik.
2.      Fungsi Administrasi
Penilaian sangat diperlukan untuk  keputusan yang bersifat administratif. Ketika penentuan kualifikasi sekolah oleh Depdiknas, pengelompokan peserta didik ke dalam kelas-kelas atau ke kelompok-kelompok belajar oleh sekolah sering berdasarkan hasil penilaian prestasi belajar. Begitu juga, ketika seleksi peserta didik baru oleh panitia PSB, laporan prestasi belajar peserta didik oleh wali kelas kepada orang tua, dan penentuan kenaikan kelas serta kelulusan oleh sekolah selalu berdasarkan hasil penilaian prestasi belajar.
3.      Fungsi Pembimbingan
Disamping sekolah-sekolah membekali serangkaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap tertentu kepada peserta didik, sekolah pun perlu memperoleh informasi tentang bakat-bakat khusus yang dimiliki setiap peserta didik. Informasi bakat ini diperlukan agar sekolah dapat memberikan saran kepada para orang tua peserta didik tentang bidang pelajaran atau bidang minat pekerjaan yang lebih sesuai dengan bakat peserta didik. Keserasian antara bakat dan jenis pekerjaan merupakan salah satu unsur penting dari keberhasilan seseorang dalam kehidupannya.
Berdasarkan informasi tentang peserta didik tersebut, sekolah dapat memerikan bimbingan dan pengarahan agar peserta didik dapat mengembangkan bakatnya secara maksimal, sebagaimana diharapkan oleh lembaga-lembaga pendidikan.[6]

E.     Jenis Asesmen Autentik
1.      Penilaian Unjuk kerja (Performance Assesment)
Performance Assesment merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan pengaplikasian pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks.[7]
Jadi boleh dikatakan bahwa performance assesment adalah suatu penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek sholat, praktek olahraga, presentasi, diskusi, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi, atau deklamasi, dan lain-lain. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis, karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.[8]
Pemantauan didasarkan pada kinerja (performance) yang ditunjukkan dalam menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang diberikan. Hasil yang diperoleh merupakan suatu hasil dari unjuk kerja tersebut. Asesmen kinerja adalah penelusuran produk dalam proses. Artinya, hasil-hasil kerja yang ditunjukkan dalam proses pelaksanaan program itu digunakan sebagai basis untuk dilakukan suatu pemantauan mengenai perkembangan dari satu pencapaian program tersebut.[9]
Dalam implementasi kurikulum 2013, sangat dianjurkan agar guru lebih mengutamakan penilaian unjuk kerja. Peserta didik diamati dan dinilai bagaimana mereka dapat bergaul; bagaimana mereka bersosialisasi di masyarakat; dan bagaimana mereka menerapkan pembelajaran di kelas dalam kehidupan sehari hari.
Dalam hubungannya dengan penilaian unjuk kerja, Leighbody mengemukakan elemen-elemen kerja yang dapat diukur: (1) kualitas penyelesaian pekerjaan, (2) keterampilan menggunakan alat, (3) kemampuan menganalisis dan merencanakan prosedur kerja sampai selesai, (4) kemampuan mengambil keputusan berdasarkan aplikasi informasi yang diberikan, dan (5) kemampuan membaca, menggunakan diagram, gambar-gambar, dan simbol-simbol. Pengembangan elemen-elemen tersebut dapat dikemas dalam format sebagai berikut.[10]
FORMAT PENILAIAN UNJUK KERJA
NO.
KINERJA YANG DINILAI
TANGGAPAN GURU
TANGGAPAN ORANG TUA
SIMPULAN
1.
Kualitas penyelesaian pekerjaan



2.
Keterampilan menggunakan alat



3.
Kemampuan menganalisis dan merencanakan prosedur kerja



4.
Kemampuan mengambil keputusan



5.
Kemampuan membaca, menggunakan diagram, gambar, dan simbol




Simpulan




Keterangan:
·         Tanggapan guru adalah tanggapan dan penilaian guru terhadap kompetensi peserta didik berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang diukur.
·         Tanggapan orangtua adalah tanggapan dan penilaian orangtua atau wali terhadap kompetensi peserta didik berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang diukur.
·         Simpulan adalah penilaian guru dengan memperhatikan pendapat orang tua terhadap setiap aspek keterampilan yang diukur, bisa secara kualitatif (baik, cukup, kurang); bisa juga secara kuantitatif, atau dikuantifikasi (9,8,7).
·         Simpulan akhir adalah hasil kumulatif peserta didik dalam pembelajaran yang dilakukan atau kompetensi yang dikuasai. Simpulan akhir ini merupakan akumulasi dari setiap aspek keterampilan yang diukur.
                        Metode yang dapat digunakan dalam penilaian unjuk kerja adalah daftar cek (check-list), dan rating scale.[11]
Berikut contoh check-list: Format Penilaian Khutbah:[12]
Nama siswa:
Tema Khutbah:
Petunjuk:
Tuliskan centang di belakang huruf dimana kemampuan siswa teramati pada waktu khutbah
No.
Ekspresi
1
2
3
4
1.
Fisik (Physical Exprsesion)
·         Berdiri tegak melihat pada jamaah
·         Mengubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan yang disajikan.




2.
Suara (Vocal Expresion)
·         Berbicara dengan kata-kata yang jelas
·         Nada suaranya berubah-uah sesuai dengan pernyataan yang disajikan
·         Berbicara cukup keras untuk didengar oleh jamaah




3.
Verbal (Verbal Expresion)
·         Memilih kata-kata yang tepat untuk menegaskan arti
·         Tidak mengulang-ngulang pernyataan
·         Menggunakan kalimat yang lengkap untuk mengutarakan suatu pikiran
·         Menyimpulkan pokok-pokok pikiran yang penting




4.
·         Hubungan dalil dengan materi
·         Kefasihan membaca dalil
·         Penguasaan dalil







2.      Penugasan (Proyek/Project)
      Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan menyelidikan dan kemampuan mengnformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Penilaian ini melatih seseorang untuk kreatif dalam memilih, merancang, dan memanipulasi alat serta bahan hingga terjadi produk yang berkaitan dengan topik atau konsep yang dibahas.[13]
Contoh penilaian proyek mata pelajaran Sejarah:
Mata Pelajaran            : Sejarah
Nama Proyek               : Perkembangan Islam di Nusantara
Alokasi Waktu              : Satu Semester
Nama Siswa : ...................................................  Kelas:  XI/1
No.
Aspek*
Skor (1-5) **
1.
Perencanaan:
a.       Persiapan
b.       Rumusan judul

2.
Pelaksanaan:
a.       Sistematika Penulisan
b.       Keakuratan Sumber Data/ Informasi
c.        Kuantitas Sumber Data
d.       Analisis Data
e.       Penarikan Kesimpulan

3.
Laporan Proyek
a.       Performans
b.       Presentasi/ Penguasaan


Total Skor

*Aspek yang dinilai disesuaikan dengan proyek dan kondisi siswa/sekolah
**Skor diberikan kepada peserta didik tergantung dari ketepatan dan kelengkapan jawaban yang diberikan. Semakin lengkap dan tepat jawaban, semakin tinggi peroleh skor.[14]

3.      Hasil Kerja (Produk/Product)
      Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-batang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Sebagai contoh tujuan penilaian produk seni lukis adalah untuk melihat kompetensi peserta didik dalam membuat karya cipta seni lukis. Pendidik memfokuskan perhatiannya pada hasil karya lukis yang diciptakan oleh peserta didik yang tentunya tidak terlepas dari proses penciptaannya.
      Penilaian pengembangan produk  meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian, yaitu:
·         Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
·         Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
·         Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
                        Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
a)      Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
b)      Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal.[15]
Contoh Penilaian Produk:[16]
Mata Pelajaran          : PAI
Nama Produk            : Nasi Goreng Malaikat
Alokasi Waktu           : 1 Minggu
Aspek                         : Pemahaman Materi dan Aplikasinya
Nama siswa/kelompok: Siti Markona/Tokek Belang
No.
Aspek
Skor (1-4)
1
Perencanaan dan pemilihan bahan

2
Proses pembuatan
-          Persiapan alat dan bahan
-          Teknik pembuatan dan penyajian

3
Hasil produk
-          Bentuk fisik
-          Inovasi
-          Rasa


Total Skor


4.      Penilaian Tertulis (Paper and Pen)
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan cara tertulis. Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal, peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi juga dapat dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, mengagambar, dan lain sebagainya.
Terdapat dua bentuk soal tes tertulis, yaitu soal dengan memilih jawaban dan soal dengan menyupali jawaban. Masing-masing bentuk soal tertulis tersebut dapat dikembangkan ke dalam alat atau instrumen penilaian berikut ini:
1.      Soal dengan memilih jawaban
a.       Soal pilihan ganda
b.      Soal menjodohkan
2.      Soal dengan menyuplai jawaban
a.       Soal isian singkat atau melengkapi
b.      Soal uraian terbatas
c.       Soal uraian objektif/nonobjektif[17]
Contoh penilaian tertulis:
Salah satu dari keindahan ajaran Islam adalah bahwa Islam mengajarkan kepada setiap pemeluknya untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan atas muslim yang kita yang kita jumpai. Untuk itu, apa yang kita ucapkan jika kita bertemu dengan guru kita ?
A.    Takbir
B.     Salam
C.     Tahlil
D.    Tahmid[18]
5.      Penilaian Portofolio
Portofolio adalah kumpulan tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa penilaian portofolio adalah penilaian terhadap seluruh tugas yang dikerjakan peserta didik dalam mata pelajaran tertentu. Penilaian portofolio dapat dilakukan bersama-sama oleh guru dan peserta didik, kemudian menentukan hasil penilaian atau skor.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penilaian portofolio adalah sebagai berikut.
1.      Karya yang dikumpulkan asli karya yang bersangkutan.
2.      Menentukan contoh pekerjaan yang harus dikerjakan.
3.      Megumpulkan dan menyimpan sampel karya.
4.      Menentukan kriteria penilaian portofolio
5.      Meminta peserta didik untuk menilai secara terus-menerus hasil portofolionya.
6.      Merencanakan pertemuan dengan peserta didik untuk membicarakan hasil portofolio.
7.      Melibatkan orangtua dan masyarakat untuk meningkatkan efektivitas penilaian portofolio.
Penilaian portofolio dalam Kurikulum 2013 harus dilakukan secara utuh dan berkesinambungan, serta mencakup seluruh kompetensi inti yang dikembangkan. Adapun format penilaiannya dapat dikembangkan sebagai berikut:[19]
FORMAT PENILAIAN PORTOFOLIO
                                Mata Pelajaran:
                                Kelas: 7
Kompetensi:
Nama: ....................................
Tanggal: .................................

Prosedur Kegiatan
PENILAIAN
Jelek / Cukup / Baik / Sangat Baik

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.



Dicapai melalui:
1.        Diri sendiri
2.        Bantuan guru
3.        Seluruh kelas
4.        Kelompok besar
5.        Kelompok kecil
Komentar Guru
Komentar Orang Tua

Tanggapan Siswa



            Contohpenilaianportofolio PAI Kelas 1 SD[20]
KompetensiDasar
Hafalsurat al-Fatihah, Al-Ikhlas, dan al-Kautsar
Namapesertadidik: Harna
Tanggal: 26 Maret 2004
Indikator

·   Melafalkansurat al-Fatihah, Al-Ikhlas, dan al-Kautsar
·   Menunjukkanhafalsurat al-Fatihah, Al-Ikhlas, dan al-Kautsar
·   Mendemonstrasikansurat al-Fatihah, Al-Ikhlas, dan al-Kautsar
PENILAIAN
Kurangbaik
Baik
Baiksekali



Dicapaimelalui:
·      Pertolongan guru
·      Seluruhkelas
·      Kelompokkecil
·      Sendiri
Komentar guru:
Harnasudahsangatbaikmenghafalsurat al-Fatihah, Al-Ikhlas, dan al-Kautsar. PertahankanprestasimuHarna!
KomentarOrangtua:
                           

6.      Penilaian Sikap
      Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: kognitif, afektif, dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap suatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
      Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, sikap merupakan keadaan internal seseorang, berupa kecenderungan atau kesiapan memberikan respon melalui kognitif, afeksi, dan konatif terhadap suatu stimulus dan lingkungan sekitarnya.[21]
      Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, laporan pribadi, dan skala sikap.
Contohnya skala sikap terhadap kegiatan Ramadhan di sekolah.[22]
No.
Pernyataan
Pilihan Sikap
SS
S
N
TS
STS
1.
Kegiatan sekolah pada bulan ramadhan perlu dilakukan





2.
Usaha pengaktifan kegiatan Ramadhan merupakan usaha yang kurang menyenangkan





3.
Kegiatan Ramadhan perlu didukung oleh guru dan orangtua murid





4.
Kegiatan Ramadhan diselenggarakan untuk mengisi waktu luang





5,
dst.






7.      Penilaian Diri (Self Assesment)
Penilaian diri di tingkat kelas (PDK) atau Classroom Self Assesment (CSA) adalah penilaian yang dilakukan sendiri oleh guru atau siswa yang bersangkutan untuk kepentingan pengelolaan kegiatan belajar mengajar (KBM) di tingkat kelas. Penerapan konsep PDK adalah sejalan dengan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang menerapkan penilaian berbasis kelas atau Classroom Self Assesment. Hasil PDK merupakan masukan bagi guru di kelas dan bagi pimpinan sekolah untuk meningkatkan kinerja semua staf dan guru-guru di sekolah di masa datang.
v  Ciri Penilaian Diri
·         Termotivasi sendiri, sekolah melihat PDK sebagai upaya untuk mengenal kekuatan dan kekurangan diri. Karena guru dan siswa mengenal kekuatan dan kelemahannya, diperlukan usaha perencanaan untuk melakukan perbaikan kegiatan pengajaran dan pembelajaran di masa yang akan datang.
·         Adanya komitmen kepala sekolah. Bila PDK dipersepsi sebagai bagian dari perencanaan sekolah, maka pimpinan sekolah, staf dan guru-guru serta siswa akan sungguh-sungguh melaksanakan PDK. Sebaliknya, bila pimpinan sekolah tidak menyakini manfaat PDK, mustahil kegiatan PDK akan berjalan dengan baik.
·         Tersosialisasi dengan baik. Pentingnya penyelenggaraan PDK harus diyakini oleh semua pengelola sekolah karena PDK menyangkut kinerja sekolah.
·         Berlangsung berkesinambungan. PDK disadari sebagai bagian dari manajemen sekolah yang berlangsung secara berkesinambungan dalam kerangka pengelolaan kegiatan PBM yang bermutu oleh peningkatan mutu sekolah.
·         Transparansi. Pengungkapan hasil PDK dimungkinkan terjadi mekanisme cross-check bagi data yang dikumpulkan. Transparansi dapat dicapai jika semua pihak perlu mengenali diri sendiri sebelum merencanakan kegiatan di masa datang.
v  Kriteria Penilaian Diri
Kriteria penilaian diri meliputi:
1)      Isi materi yang diajarkan
2)      Presentasi apa yang telah diajarkan
3)      Kerjasama diantara pimpinan sekolah, guru, dan siswa.[23]

v  Contoh Penilaian Diri
Berikut contoh penilaian terhadap diri guru dan siswa.
Formasi Penilaian Diri Guru PAI

Nama Guru: ...........................................
1.        Tujuan saya menjadi guru PAI awalnya...............................
2.        Pada satu semester ini, saya merasakan suasana yang berbeda tentang..................................................................................
3.        Keinginan saya adalah membuat bidang studi PAI yang saya ajarkan menjadi pelajaran yang.............................................
4.        Hal-hal menakjubkan yang berpengaruh besar pada saya di sekolah adalah......................................................................
5.        Pada tahun ini sikap para siswa...........................................
6.        Saya belajar dari anak-anak tentang.....................................
7.        Menurut saya, kurikulum mata pelajaran PAI yang saya sajikan mengalami............karena....................
8.      Dalam kurikulum yang sekarang, pengaruhnya pada kegiatan saya mengajar...................

Formasi Penilaian Diri Siswa
dalam Mata Pelajaran PAI
Nama Siswa: ...........................................
Hari/Tanggal:...........................................
1.        Yang membuat seseorang menjadi muslim yang mukmin yaitu..........
2.        Terhadap pelajaran PAI, saya........................
3.        Tujuan mempelajari atau memahami PAI adalah.......
4.        Menurut saya, PAI merupakan mata pelajaran yang....
5.        Semester ini, pokok bahasan yang paling saya sukai dari PAI adalah...............
6.        Terakhir saya melakukan kegiatan ibadah praktek pada pelajaran PAI...............
7.       Cara-cara yang telah saya lakukan untuk mempelajari PAI adalah........................


BAB III
KESIMPULAN
Asesmen didefinisikan sebagai proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik yang diperoleh melalui pengukuran untuk menganalisis atau menjelaskan unjuk kerja/kinerja atau prestasi peserta didik dalam mengerjakan tugas-tugas terkait. Dengan demikian, berbeda dengan istilah evaluasi (evaluation) yang kita pahami selama ini yaitu proses pemberian penafsiran dan keputusan atas suatu informasi.
Sifat Asesmen Autentik
1.      berbasis kompetensi
2.      asesmen kinerja
3.      individual
4.      berpusat pada peserta didik
5.      tak terstruktur dan open-ended,
6.      autentik (nyata, real seperti kehidupan sehari-hari)
7.      terintegrasi dalam proses pembelajaran.
8.       langsung dan berkelanjutan
Fungsi penilaian otentik:
1.      Fungsi pembelajaran
2.      Fungsi administrasi
3.      Fungsi pembimbingan
Jenis penilaian otentik:
1.      Unjuk kerja (performance)
2.      Penugasan (Proyek/Project)
3.      Hasil kerja (Produk/Product)
4.      Tertulis (Paper & Pen)
5.      Portofolio
6.      Sikap
7.      Diri (self assesment)

DAFTAR PUSTAKA

Komalasari, Kokom. 2011. PembelajaranKontekstual: KonsepdanAplikasi. Bandung: PT. RefikaAditama
Mulyasa, E. 2013.PengembangandanImplementasiKurikulum 2013. Bandung: PT. RemajaRosdakarya

Muslich, Masnur. 2010. Authentic Assesment PenilaianBerbasisKelasdanKompetensi. Bandung: PT. RefikaAditama
Sudaryono. 2012.  Dasar-dasarEvaluasiPendidikan. Yogyakarta: GrahaIlmu
Surapranata, Sumarna& Muhammad Hatta. 2004. PenilaianPortofolio: ImplementasiKurikulum 2004. Bandung: PT. RemajaRosdakarya
Widoyoko, S. EkoPutro. 2011. Evaluasi Program Pembelajaran.Yogyakarta :PustakaPelajar



[1]  Masnur Muslich, Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010), h. 2
[2]Ibid., h. 69
[3]Ibid., h. 2-3
                [5] Masnur Muslich, Op. Cit., h. 69-70
                [6]Ibid., h. 8-11
                [7]Ibid.,h. 69
                [8]Sudaryono, Dasar-dasarEvaluasiPendidikan, (Yogyakarta: GrahaIlmu, 2012), h. 74
                [9]Masnur Muslich, Op. Cit., h. 70
[10]E. Mulyasa, PengembangandanImplementasiKurikulum 2013, (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2013), h. 144-145
                [11]Sudaryono, Op. Cit., h. 76-77
                [12]Abdul Majid, PerencanaanPembelajaran: MengembangkanStandarKpmpetensi Guru (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2005), h. 201
                [13]Sudaryono, Op. Cit., h. 88-89
[14]Ibid., h. 90
                [15]Ibid., h. 91-92
[16]http://masoviq.blogspot.com/2012/12/penilaian-produk.html, akses pada 26-03-2014 pukul 12: 51 WIB
[17] Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2011), h. 162
                [19] E. Mulyasa, Op. Cit.,h. 148-149
[20]SumarnaSurapranata& Muhammad Hatta, PenilaianPortofolio:ImplementasiKurikulum 2004, (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2004), h. 133
                [21]Sudaryono, Op. Cit., h. 78-79
                [22]Abdul Majid, Op. Cit., h. 216
                [23]Ibid.,h. 216-218