MAKALAH
PENILAIAN
OTENTIK DALAM EVALUASI
KURIKULUM 2013
Disusun guna
memenuhi tugas:
Mata
Kuliah : Evaluasi Pendidikan
Dosen
pengampu : Rahmat Kamal, M. Pd. I
Oleh:
1. Ida Sari
Nurlaila 2021 111 008
2. HeriRubiAntoni 2021 111 161
3. Mayda Ar Rahmah 2021 111
272
4. FanniAldianaRizki U 2021 111 376
Kelas:
F
TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Kurikulum,proses
pembelajaran, dan penilaian merupakan tiga dimensi dari sekian banyak dimensi
yang sangat penting dalam pendidikan. Ketiga
dimensi tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum merupakan
penjabaran tujuan pendidikan yang menjadi landasan program pembelajaran. Proses
pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan yang
dirumuskan dalam kurikulum. Penilaian merupakan salahsatu kegiatan yang
dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian kurikulum dan berhasil tidaknya
proses pembelajaran.
Implementasi
kurikulum 2013 yang syarat dengan karakter dan kompetensi, hendaknya disertai
dengan penilaian secara utuh,
terus-menerus dan bersinambungan, agar dapat
mengungkap bebagai aspek yang diperlukan dalam mengambil suatu
keputusan. Sehubungan dengan itu, secara khusus menganalisis dan menyajikan
tentang penataan penilaian dalam implementasi kurikulum. Oleh karena itu,
materi yang dibahas yang dan disajikan dalam makalah ini lebih difokuskan pada
berbagai permasalahan yang berkaitan dengan penataan penilaian kurikulum,
penilaian proses, penilaian unjuk kerja, penilaian portofolio, penilaian
ketuntasan belajar dalam implementasi kurikulum 2013.
BAB II
PEMBAHASAN
AUTHENTIC ASSESSMENT
DALAM EVALUASI
KURIKULUM 2013
A.
Hakikat
Penilaian Otentik
Asesmen
didefinisikan sebagai proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi
tentang hasil belajar peserta didik yang diperoleh melalui pengukuran untuk menganalisis
atau menjelaskan unjuk kerja/kinerja atau prestasi peserta didik dalam
mengerjakan tugas-tugas terkait. Dengan demikian, berbeda dengan istilah
evaluasi (evaluation) yang kita pahami selama ini yaitu proses pemberian
penafsiran dan keputusan atas suatu informasi.
Proses
asesmen mencakup sejumlah bukti-bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar
peserta didik. Asesmen ini dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan
pembelajaran sehingga disebut sebagai Penilaian Berbasis Kelas (PBK). PBK dilakukan
dengan berbagai cara seperti pengumpulan kerja peserta didik (portofolio),
hasil karya (product), penugasan (project), kinerja (performance),
dan tes tertulis (paper and pencil). Guru menilai kompetensi dan hasil
belajar peserta didik berdasarkan tingkat pencapaian prestasi peserta didik.
Penilaian yang demikianlah yang disebut authentic assessment yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “asesmen autentik” atau
“penilaian autentik”.[1]
Asesmen autentik adalah jenis asesmen yang memicu
peserta didik aktif membangun pengetahuan dan yang dapat membentuk kompetensi
seperti yang ditetapkan dalam SKL, SK, KD, maupun indikator. Oleh karena itu
asesmen autentik lebih mengarah pada asesmen kelas berbasis kompetensi.[2]
Dengan
demikian, suatu asesmen dikatakan “autentik” apabila:
(1) Sasaran
penilaiannya mengarah kepada kompetensi yang ingin dicapai (alih-alih disebut:
tujuan pembelajaran);
(2) Penilaian
yang melibatkan peserta didik pada tugas-tugas atau kegiatan yang bermanfaat,
penting, dan bermakna;
(3) Penilaian
yang mampu menantang peserta didik menerapkan informasi/keterampilan akademik
baru pada situasi nyata dan untuk maksud yang jelas;
(4) Penilaian
yang mampu mengukur perbuatan atau penampilan yang sebenarnya atas kompetensi
pada suatu mata pelajaran;
(5) Penilaian
yang mampu mengukur penguasaan peserta didik terhadap kompetensi mata pelajaran
tertentu dengan cara yang akurat;
(6) Penilaian
yang menguji atau memeriksa kemampuan kolektif peserta didik dalam rangka
mengevaluasi secara tepat apa yang telah dipelajarinya;
(7) Penilaian
yang menguji atau memeriksa secara langsung perbuatan/prestasi peserta didik
berkaitan dengan tugas intelektual yang layak;
(8) Penilaian
yang melibatkan peserta didik untuk mendemostrasikan apa yang mereka ketahui
dalam suatu konteks kehidupan nyata.[3]
B.
Penilaian
Autentik dalam Tuntutan Kurikulum 2013
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan
ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Penilaian tersebut
mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi,
menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian autentik cenderung
fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan pesertadidik untuk
menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Penilaian autentik
sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembelajaran, khususnya jenjang
sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.
Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian
yang menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, atau membuat jawaban
singkat. Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses
pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik.
Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru
bekerjasama dengan pesertadidik. Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan
siswa sangat penting. Asumsinya, pesertadidik dapat melakukan aktivitas belajar
lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.
Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan
mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang
lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang
lebih tinggi. Pada penilaian autentik guru menerapkankriteria yang
berkaitandengankonstruksipengetahuan, kajiankeilmuan, danpengalaman yang
diperoleh dari luar sekolah. Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan
guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan pesertadidik,
serta keterampilan belajar. Dalam beberapa kasus, pesertadidik bahkan berkontribusi
untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian
atas perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang
untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek. Penilaian autentik harus mampu
menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum
dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam
hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan
sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak
dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remedial harus dilakukan. Karena
penilaian itumerupakan bagiandari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi
pemahaman tentang kriteria kinerja.[4]
C.
Sifat
Asesmen Autentik
Secara
garis besar, asesmen autentik memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Asesmen
autentik bersifat berbasis kompetensi, yaitu asesmen yang mampu memantau
kompetensi peserta didik.
2. Asesmen
autentik pada dasarnya adalah asesmen kinerja, yaitu suatu unjuk kerja
yang ditunjukkan sebagai akibat dari suatu proses belajar yang komprehensif.
3. Asesmen
autentik berpusat pada peserta didik, karena direncanakan, dilakukan,
dan dinilai oleh guru dengan melibatkan secara optimal peserta didik sendiri.
4. Kompetensi
adalah atribut individu peserta didik. Oleh karena itu, asesmen berbasis
kompetensi bersifatindividual. Kompetensi tidak dapat disamaratakan pada
semua peserta didik, tetapi bersifat personal. Karena itu, asesmen harus dapat
mengungkapkan seoptimal mungkin kelebihan setiap individu, dan juga
kekurangannya (untuk bisa dilakukan perbaikan).
5. Asesmen
autentik bersifat tak terstruktur dan open-ended, dalam arti
percepatan penyelesaian tugas-tugas autentik tidak bersifat uniformed dan
klasikal, juga kinerja yang dihasilkan tidak harus sama antarindividu disuatu
kelompok.
6. Untuk
memastikan bahwa yang diakses benar-benar kompetensi real individu (peserta
didik), maka asesmen harus dilakukan secara autentik (nyata, real
seperti kehidupan sehari-hari) dan menyatu dengan proses pembelajaran yang
dilakukan.
7. Sebagai
konsekuensi keautentikan tersebut, asesmen autentik hendaknya berlangsung
secara terintegrasi dalam proses pembelajaran.
8. Asesmen
autentik bersifat langsung dan berkelanjutan. Ini berarti, asesmen harus
dilakukan secara langsung pada saat proses belajar mengajar berlangsung yang
dapat terpantau proses dan produk belajarnya.[5]
D.
Fungsi
Penilaian Otentik
Fungsi-fungsi
asesmen autentik atau penilaian autentik dalam pendidikan paling tidak dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga golongan, yakni fungsi pembelajaran, fungsi
administratif, dan fungsi bimbingan. Ketiga fungsi dijelaskan sebagai berikut:
1. Fungsi Pembelajaran
Penilaian
sangat penting peranannya dalam peningkatan mutu proses pembelajaran.
Pelaksanaan penilaian yang teratur memaksa guru untuk selalu merumuskan secara
jelas kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam pembelajaran yang dikembangkan
dalam bentuk indikator-indikator. Berdasarkan rumusan indikator dari kompetensi
itulah dapat menyusun alat ukur dalam penilaiannya.
Dari
proses penilaian dapat diperoleh informasi tentang seberapa besar para peserta
didik berhasil mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan oleh guru.
Dengan demikian, hasil penilaian memberikan umpan balik bagi guru tentang
seberapa besar ia berhasil melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan kepada
peserta didik untuk mencapai kompetensi dasar. Selain itu, dari hasil
penelitian tersebut guru dapat melokalisasi hal-hal apa saja yang belum
dikuasai peserta didik. Atau, dengan kata lain guru dapat menetapkan
kemampuan-kemampuan apa yang telah dikuasai peserta didik dan
kemampuan-kemampuan apa saja yang belum dikuasai peserta didik.
2. Fungsi Administrasi
Penilaian sangat diperlukan
untuk keputusan yang bersifat
administratif. Ketika penentuan kualifikasi sekolah oleh Depdiknas,
pengelompokan peserta didik ke dalam kelas-kelas atau ke kelompok-kelompok
belajar oleh sekolah sering berdasarkan hasil penilaian prestasi belajar.
Begitu juga, ketika seleksi peserta didik baru oleh panitia PSB, laporan
prestasi belajar peserta didik oleh wali kelas kepada orang tua, dan penentuan
kenaikan kelas serta kelulusan oleh sekolah selalu berdasarkan hasil penilaian
prestasi belajar.
3. Fungsi Pembimbingan
Disamping sekolah-sekolah membekali
serangkaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap tertentu kepada peserta didik,
sekolah pun perlu memperoleh informasi tentang bakat-bakat khusus yang dimiliki
setiap peserta didik. Informasi bakat ini diperlukan agar sekolah dapat
memberikan saran kepada para orang tua peserta didik tentang bidang pelajaran
atau bidang minat pekerjaan yang lebih sesuai dengan bakat peserta didik.
Keserasian antara bakat dan jenis pekerjaan merupakan salah satu unsur penting
dari keberhasilan seseorang dalam kehidupannya.
Berdasarkan informasi tentang
peserta didik tersebut, sekolah dapat memerikan bimbingan dan pengarahan agar
peserta didik dapat mengembangkan bakatnya secara maksimal, sebagaimana
diharapkan oleh lembaga-lembaga pendidikan.[6]
E.
Jenis
Asesmen Autentik
1. Penilaian Unjuk kerja (Performance Assesment)
Performance
Assesment merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan
situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan
pengaplikasian pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai
macam konteks.[7]
Jadi boleh
dikatakan bahwa performance assesment adalah suatu penilaian yang dilakukan
dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini
cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta
didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek
sholat, praktek olahraga, presentasi, diskusi, bermain peran, memainkan alat
musik, bernyanyi, membaca puisi, atau deklamasi, dan lain-lain. Cara penilaian
ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis, karena apa yang dinilai lebih
mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.[8]
Pemantauan
didasarkan pada kinerja (performance) yang ditunjukkan dalam
menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang diberikan. Hasil yang
diperoleh merupakan suatu hasil dari unjuk kerja tersebut. Asesmen kinerja
adalah penelusuran produk dalam proses. Artinya, hasil-hasil kerja yang
ditunjukkan dalam proses pelaksanaan program itu digunakan sebagai basis untuk
dilakukan suatu pemantauan mengenai perkembangan dari satu pencapaian program
tersebut.[9]
Dalam
implementasi kurikulum 2013, sangat dianjurkan agar guru lebih mengutamakan
penilaian unjuk kerja. Peserta didik diamati dan dinilai bagaimana mereka dapat
bergaul; bagaimana mereka bersosialisasi di masyarakat; dan bagaimana mereka
menerapkan pembelajaran di kelas dalam kehidupan sehari hari.
Dalam
hubungannya dengan penilaian unjuk kerja, Leighbody mengemukakan elemen-elemen
kerja yang dapat diukur: (1) kualitas penyelesaian pekerjaan, (2) keterampilan
menggunakan alat, (3) kemampuan menganalisis dan merencanakan prosedur kerja
sampai selesai, (4) kemampuan mengambil keputusan berdasarkan aplikasi
informasi yang diberikan, dan (5) kemampuan membaca, menggunakan diagram,
gambar-gambar, dan simbol-simbol. Pengembangan elemen-elemen tersebut dapat
dikemas dalam format sebagai berikut.[10]
FORMAT PENILAIAN UNJUK KERJA
NO.
|
KINERJA YANG DINILAI
|
TANGGAPAN GURU
|
TANGGAPAN ORANG TUA
|
SIMPULAN
|
1.
|
Kualitas penyelesaian pekerjaan
|
|
|
|
2.
|
Keterampilan menggunakan alat
|
|
|
|
3.
|
Kemampuan menganalisis dan
merencanakan prosedur kerja
|
|
|
|
4.
|
Kemampuan mengambil keputusan
|
|
|
|
5.
|
Kemampuan membaca, menggunakan
diagram, gambar, dan simbol
|
|
|
|
|
Simpulan
|
|
|
|
Keterangan:
·
Tanggapan guru
adalah tanggapan dan penilaian guru terhadap kompetensi peserta didik berkaitan
dengan aspek-aspek keterampilan yang diukur.
·
Tanggapan
orangtua adalah tanggapan dan penilaian orangtua atau wali terhadap kompetensi
peserta didik berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang diukur.
·
Simpulan adalah
penilaian guru dengan memperhatikan pendapat orang tua terhadap setiap aspek
keterampilan yang diukur, bisa secara kualitatif (baik, cukup, kurang); bisa
juga secara kuantitatif, atau dikuantifikasi (9,8,7).
·
Simpulan akhir
adalah hasil kumulatif peserta didik dalam pembelajaran yang dilakukan atau
kompetensi yang dikuasai. Simpulan akhir ini merupakan akumulasi dari setiap
aspek keterampilan yang diukur.
Metode
yang dapat digunakan dalam penilaian unjuk kerja adalah daftar cek (check-list),
dan rating scale.[11]
Berikut contoh check-list:
Format Penilaian Khutbah:[12]
Nama siswa:
Tema Khutbah:
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Petunjuk:
Tuliskan centang di belakang huruf
dimana kemampuan siswa teramati pada waktu khutbah
|
2. Penugasan (Proyek/Project)
Penilaian
proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa investigasi
sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan
penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman,
kemampuan mengaplikasikan, kemampuan menyelidikan dan kemampuan mengnformasikan
peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Penilaian ini melatih
seseorang untuk kreatif dalam memilih, merancang, dan memanipulasi alat serta
bahan hingga terjadi produk yang berkaitan dengan topik atau konsep yang
dibahas.[13]
Contoh penilaian proyek mata
pelajaran Sejarah:
Mata Pelajaran : Sejarah
Nama Proyek : Perkembangan Islam di Nusantara
Alokasi Waktu : Satu Semester
Nama Siswa : ................................................... Kelas:
XI/1
No.
|
Aspek*
|
Skor
(1-5) **
|
1.
|
Perencanaan:
a. Persiapan
b. Rumusan judul
|
|
2.
|
Pelaksanaan:
a. Sistematika Penulisan
b. Keakuratan Sumber Data/ Informasi
c.
Kuantitas
Sumber Data
d. Analisis Data
e. Penarikan Kesimpulan
|
|
3.
|
Laporan
Proyek
a. Performans
b. Presentasi/ Penguasaan
|
|
|
Total
Skor
|
|
*Aspek
yang dinilai disesuaikan dengan proyek dan kondisi siswa/sekolah
**Skor
diberikan kepada peserta didik tergantung dari ketepatan dan kelengkapan
jawaban yang diberikan. Semakin lengkap dan tepat jawaban, semakin tinggi
peroleh skor.[14]
3. Hasil Kerja (Produk/Product)
Penilaian
produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk.
Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat
produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni
(patung, lukisan, gambar), barang-batang terbuat dari kayu, keramik, plastik,
dan logam. Sebagai contoh tujuan penilaian produk seni lukis adalah untuk
melihat kompetensi peserta didik dalam membuat karya cipta seni lukis. Pendidik
memfokuskan perhatiannya pada hasil karya lukis yang diciptakan oleh peserta
didik yang tentunya tidak terlepas dari proses penciptaannya.
Penilaian
pengembangan produk meliputi 3 (tiga)
tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian, yaitu:
·
Tahap persiapan,
meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, dan
mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
·
Tahap pembuatan
produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi
dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
·
Tahap penilaian
produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik
sesuai kriteria yang ditetapkan.
Penilaian
produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
a) Cara
analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap
semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
b) Cara
holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan
pada tahap appraisal.[15]
Contoh Penilaian Produk:[16]
Mata
Pelajaran : PAI
Nama
Produk : Nasi
Goreng Malaikat
Alokasi
Waktu : 1 Minggu
Aspek
: Pemahaman Materi dan Aplikasinya
Nama siswa/kelompok:
Siti Markona/Tokek Belang
No.
|
Aspek
|
Skor (1-4)
|
1
|
Perencanaan dan
pemilihan bahan
|
|
2
|
Proses pembuatan
-
Persiapan alat dan bahan
-
Teknik pembuatan dan penyajian
|
|
3
|
Hasil produk
-
Bentuk fisik
-
Inovasi
-
Rasa
|
|
Total Skor
|
4. Penilaian Tertulis (Paper and Pen)
Penilaian secara
tertulis dilakukan dengan cara tertulis. Tes tertulis merupakan tes dimana soal
dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam
menjawab soal, peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban
tetapi juga dapat dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, mengagambar,
dan lain sebagainya.
Terdapat dua
bentuk soal tes tertulis, yaitu soal dengan memilih jawaban dan soal dengan
menyupali jawaban. Masing-masing bentuk soal tertulis tersebut dapat
dikembangkan ke dalam alat atau instrumen penilaian berikut ini:
1. Soal
dengan memilih jawaban
a. Soal
pilihan ganda
b. Soal
menjodohkan
2. Soal
dengan menyuplai jawaban
a. Soal
isian singkat atau melengkapi
b. Soal
uraian terbatas
c. Soal
uraian objektif/nonobjektif[17]
Contoh penilaian tertulis:
Salah satu dari
keindahan ajaran Islam adalah bahwa Islam mengajarkan kepada setiap pemeluknya
untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan atas muslim yang kita yang kita
jumpai. Untuk itu, apa yang kita ucapkan jika kita bertemu dengan guru kita ?
A. Takbir
B. Salam
C. Tahlil
5. Penilaian Portofolio
Portofolio
adalah kumpulan tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik. Dengan demikian,
dapat dikemukakan bahwa penilaian portofolio adalah penilaian terhadap seluruh
tugas yang dikerjakan peserta didik dalam mata pelajaran tertentu. Penilaian
portofolio dapat dilakukan bersama-sama oleh guru dan peserta didik, kemudian
menentukan hasil penilaian atau skor.
Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam penilaian portofolio adalah sebagai berikut.
1. Karya
yang dikumpulkan asli karya yang bersangkutan.
2. Menentukan
contoh pekerjaan yang harus dikerjakan.
3. Megumpulkan
dan menyimpan sampel karya.
4. Menentukan
kriteria penilaian portofolio
5. Meminta
peserta didik untuk menilai secara terus-menerus hasil portofolionya.
6. Merencanakan
pertemuan dengan peserta didik untuk membicarakan hasil portofolio.
7. Melibatkan
orangtua dan masyarakat untuk meningkatkan efektivitas penilaian portofolio.
Penilaian
portofolio dalam Kurikulum 2013 harus dilakukan secara utuh dan
berkesinambungan, serta mencakup seluruh kompetensi inti yang dikembangkan.
Adapun format penilaiannya dapat dikembangkan sebagai berikut:[19]
FORMAT
PENILAIAN PORTOFOLIO
Mata Pelajaran:
Kelas:
7
Kompetensi:
|
Nama:
....................................
Tanggal: .................................
|
|
|
Prosedur Kegiatan
|
PENILAIAN
Jelek
/ Cukup / Baik / Sangat Baik
|
|
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
|
|
|
|
Dicapai melalui:
1.
Diri sendiri
2.
Bantuan guru
3.
Seluruh kelas
4.
Kelompok besar
5.
Kelompok kecil
|
Komentar Guru
|
Komentar Orang Tua
|
Tanggapan Siswa
|
Contohpenilaianportofolio PAI Kelas 1 SD[20]
KompetensiDasar
Hafalsurat
al-Fatihah, Al-Ikhlas, dan al-Kautsar
|
Namapesertadidik:
Harna
Tanggal: 26 Maret
2004
|
||
Indikator
· Melafalkansurat
al-Fatihah, Al-Ikhlas, dan al-Kautsar
· Menunjukkanhafalsurat
al-Fatihah, Al-Ikhlas, dan al-Kautsar
· Mendemonstrasikansurat
al-Fatihah, Al-Ikhlas, dan al-Kautsar
|
PENILAIAN
|
||
Kurangbaik
|
Baik
|
Baiksekali
|
|
|
|
|
|
Dicapaimelalui:
· Pertolongan guru
· Seluruhkelas
· Kelompokkecil
· Sendiri
|
Komentar guru:
Harnasudahsangatbaikmenghafalsurat
al-Fatihah, Al-Ikhlas, dan al-Kautsar. PertahankanprestasimuHarna!
|
||
KomentarOrangtua:
|
6. Penilaian Sikap
Sikap
bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan
seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari
nilai-nilai pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk,
sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan. Sikap terdiri dari
tiga komponen, yakni: kognitif, afektif, dan konatif. Komponen afektif adalah
perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap suatu objek.
Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek.
Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat
dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, sikap merupakan keadaan internal
seseorang, berupa kecenderungan atau kesiapan memberikan respon melalui
kognitif, afeksi, dan konatif terhadap suatu stimulus dan lingkungan
sekitarnya.[21]
Penilaian
sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik tersebut
antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, laporan pribadi, dan
skala sikap.
Contohnya skala sikap terhadap
kegiatan Ramadhan di sekolah.[22]
No.
|
Pernyataan
|
Pilihan Sikap
|
||||
SS
|
S
|
N
|
TS
|
STS
|
||
1.
|
Kegiatan sekolah pada bulan ramadhan
perlu dilakukan
|
|
|
|
|
|
2.
|
Usaha pengaktifan kegiatan Ramadhan
merupakan usaha yang kurang menyenangkan
|
|
|
|
|
|
3.
|
Kegiatan Ramadhan perlu didukung oleh
guru dan orangtua murid
|
|
|
|
|
|
4.
|
Kegiatan Ramadhan diselenggarakan
untuk mengisi waktu luang
|
|
|
|
|
|
5,
|
dst.
|
|
|
|
|
|
7. Penilaian Diri (Self Assesment)
Penilaian diri di tingkat kelas
(PDK) atau Classroom Self Assesment (CSA) adalah penilaian yang
dilakukan sendiri oleh guru atau siswa yang bersangkutan untuk kepentingan
pengelolaan kegiatan belajar mengajar (KBM) di tingkat kelas. Penerapan konsep
PDK adalah sejalan dengan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang
menerapkan penilaian berbasis kelas atau Classroom Self Assesment. Hasil
PDK merupakan masukan bagi guru di kelas dan bagi pimpinan sekolah untuk
meningkatkan kinerja semua staf dan guru-guru di sekolah di masa datang.
v Ciri
Penilaian Diri
·
Termotivasi sendiri,
sekolah melihat PDK sebagai upaya untuk mengenal kekuatan dan kekurangan diri.
Karena guru dan siswa mengenal kekuatan dan kelemahannya, diperlukan usaha
perencanaan untuk melakukan perbaikan kegiatan pengajaran dan pembelajaran di
masa yang akan datang.
·
Adanya komitmen
kepala sekolah. Bila PDK dipersepsi sebagai bagian dari perencanaan sekolah,
maka pimpinan sekolah, staf dan guru-guru serta siswa akan sungguh-sungguh
melaksanakan PDK. Sebaliknya, bila pimpinan sekolah tidak menyakini manfaat
PDK, mustahil kegiatan PDK akan berjalan dengan baik.
·
Tersosialisasi
dengan baik. Pentingnya penyelenggaraan PDK harus diyakini oleh semua pengelola
sekolah karena PDK menyangkut kinerja sekolah.
·
Berlangsung
berkesinambungan. PDK disadari sebagai bagian dari manajemen sekolah yang
berlangsung secara berkesinambungan dalam kerangka pengelolaan kegiatan PBM
yang bermutu oleh peningkatan mutu sekolah.
·
Transparansi.
Pengungkapan hasil PDK dimungkinkan terjadi mekanisme cross-check bagi
data yang dikumpulkan. Transparansi dapat dicapai jika semua pihak perlu
mengenali diri sendiri sebelum merencanakan kegiatan di masa datang.
v Kriteria
Penilaian Diri
Kriteria penilaian diri meliputi:
1) Isi
materi yang diajarkan
2) Presentasi
apa yang telah diajarkan
3) Kerjasama
diantara pimpinan sekolah, guru, dan siswa.[23]
v Contoh
Penilaian Diri
Berikut contoh penilaian terhadap
diri guru dan siswa.
Formasi Penilaian Diri Guru PAI
Nama Guru:
...........................................
1.
Tujuan saya menjadi guru PAI awalnya...............................
2.
Pada satu semester ini, saya merasakan suasana yang
berbeda
tentang..................................................................................
3.
Keinginan saya adalah membuat bidang studi PAI yang saya
ajarkan menjadi pelajaran yang.............................................
4.
Hal-hal menakjubkan yang berpengaruh besar pada saya di
sekolah
adalah......................................................................
5.
Pada tahun ini sikap para siswa...........................................
6.
Saya belajar dari anak-anak
tentang.....................................
7.
Menurut saya, kurikulum mata pelajaran PAI yang saya
sajikan mengalami............karena....................
8.
Dalam kurikulum yang sekarang, pengaruhnya pada kegiatan
saya mengajar...................
|
Formasi
Penilaian Diri Siswa
dalam
Mata Pelajaran PAI
Nama
Siswa: ...........................................
Hari/Tanggal:...........................................
1.
Yang membuat seseorang menjadi muslim yang mukmin
yaitu..........
2.
Terhadap pelajaran PAI, saya........................
3.
Tujuan mempelajari atau memahami PAI adalah.......
4.
Menurut saya, PAI merupakan mata pelajaran yang....
5.
Semester ini, pokok bahasan yang paling saya sukai dari
PAI adalah...............
6.
Terakhir saya melakukan kegiatan ibadah praktek pada
pelajaran PAI...............
7. Cara-cara
yang telah saya lakukan untuk mempelajari PAI adalah........................
|
BAB III
KESIMPULAN
Asesmen
didefinisikan sebagai proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi
tentang hasil belajar peserta didik yang diperoleh melalui pengukuran untuk
menganalisis atau menjelaskan unjuk kerja/kinerja atau prestasi peserta didik
dalam mengerjakan tugas-tugas terkait. Dengan demikian, berbeda dengan istilah
evaluasi (evaluation) yang kita pahami selama ini yaitu proses pemberian
penafsiran dan keputusan atas suatu informasi.
Sifat Asesmen Autentik
1.
berbasis
kompetensi
2.
asesmen kinerja
3.
individual
4.
berpusat pada
peserta didik
5.
tak terstruktur
dan open-ended,
6.
autentik (nyata,
real seperti kehidupan sehari-hari)
7.
terintegrasi
dalam proses pembelajaran.
8.
langsung dan berkelanjutan
Fungsi
penilaian otentik:
1. Fungsi
pembelajaran
2. Fungsi
administrasi
3. Fungsi
pembimbingan
Jenis
penilaian
otentik:
1. Unjuk
kerja (performance)
2. Penugasan
(Proyek/Project)
3. Hasil
kerja (Produk/Product)
4. Tertulis
(Paper & Pen)
5. Portofolio
6. Sikap
7. Diri
(self assesment)
DAFTAR PUSTAKA
Komalasari,
Kokom. 2011. PembelajaranKontekstual: KonsepdanAplikasi. Bandung: PT.
RefikaAditama
Mulyasa, E. 2013.PengembangandanImplementasiKurikulum
2013. Bandung: PT. RemajaRosdakarya
Muslich, Masnur.
2010. Authentic Assesment PenilaianBerbasisKelasdanKompetensi. Bandung: PT. RefikaAditama
Sudaryono.
2012. Dasar-dasarEvaluasiPendidikan. Yogyakarta:
GrahaIlmu
Surapranata,
Sumarna& Muhammad Hatta. 2004. PenilaianPortofolio:
ImplementasiKurikulum 2004. Bandung: PT. RemajaRosdakarya
Widoyoko, S.
EkoPutro. 2011. Evaluasi Program Pembelajaran.Yogyakarta :PustakaPelajar
[1] Masnur Muslich, Authentic Assessment:
Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. (Bandung: PT. Refika Aditama,
2010), h. 2
[4]http://www.slideshare.net/dnzohari/23-konsep-penilaian-autentik-pada-proses-dan-hasil-rev-27958136, diakses 26-03-2014, pukul 11. 40 WIB
[10]E. Mulyasa, PengembangandanImplementasiKurikulum
2013, (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2013), h. 144-145
[16]http://masoviq.blogspot.com/2012/12/penilaian-produk.html, akses pada 26-03-2014 pukul 12: 51 WIB
[17] Kokom
Komalasari, Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT.
Refika Aditama, 2011), h. 162
[18]http://alfykdr.blogspot.com/2013/07/contoh-contoh-instrumen-penilaian.html, akses 26-03-2014
pukul 12:31 WIB
[20]SumarnaSurapranata& Muhammad Hatta, PenilaianPortofolio:ImplementasiKurikulum
2004, (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2004), h. 133
Tidak ada komentar:
Posting Komentar