Jumat, 04 Oktober 2013

PAILKEM



RESUM 2
Disusun guna memenuhi tugas:
Mata Kuliah                : Strategi Belajar Mengajar
Dosen pengampu        : Chusna Maulida, M. Pd. I


 




Oleh:
MAYDA AR RAHMAH
2021 111 272

Kelas: C





TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2013


IDENTITAS BUKU
Judul               : Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik
Pengarang       : Prof. Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd
                                    Nurdin Mohammad, S. Pd.,M.Si
Penerbit           : PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2011



















BAB I
KONSEP DASAR STRATEGI PEMBELAJARAN
YANG BERCIRIKAN PAILKEM
A.    Pendahuluan
Seiring dengan tanggung jawab profesional pengajar dalam proses pembelajaran, maka dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran setiap guru dituntut untuk selalu menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan program pembelajaran yang akan berlangsung. Tujuannnya adalah agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien, yaitu tujuan akhir yang diharapkan dapat dikuasai oleh semua peserta didik.
Dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran ini, setiap guru dituntut untuk benar-benar memahamai strategi pembelajaran yang akan diterapkannya. Sehubungan dengan hal tersebut, seorang guru perlu memikirkan strategi atau pendekatan yang akan digunakannya. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat, yaitu dengan situasi dan kondisi yag dihadapi akan berdampak pada tingkat penguasaan atau prestasi belajar yang dihadapi.
B.     Hakikat Strategi Pembelajaran
Pemilihan strategi pembelajaran pada dasarnya merupakan salah satu hal yang harus dipahami oleh setiap guru, mengingat proses pembelajaran merupakan proses komunikasi multiarah antarsiswa, guru, dan lingkungan belajar. Karena itu pembelajaran harus diatur sedemikian rupa sehingga akan diperoleh dampak pembelajaran secara langsung (instructional effect) ke arah perubahan tingkah laku sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru selayaknya didasari pada berbagai pertimbangan sesuai dengan situasi, kondisi, dan lingkungan yang akan dihadapinya. Pemilihan strategi pembelajaran umumnya bertolak dari (a) rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, (b) analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihasilkan, dan (c) jenis materi pembelajaran yang akan dikomunikasikan. Ketiga elemen yang dimaksud, selanjutnya disesuaikan dengan media pembelajaran atau sumber belajar yang tersedia dan mungkin digunakan.
C.    Berbagai Pendapat tentang Strategi Pembelajaran
Terdapat berbagai pendapat tentang strategi pembelajaran sebagaimana dikemuakakan oleh para ahli pembelajaran (instructional technologist) di antaranya akan dipaparkan sebagai berikut:
·         Kozma dan Gafur (1989) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
·         Gerlach dan Ely (1980) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran tersebut meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat meberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.
·         Dick dan Carey (1990) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mancapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas pada prosedur dan tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajarn yang akan disampaikan kepada peserta didik.
D.    Hubungan antara Strategi, Tujuan, dan Metode Pembelajaran
Pemilihan strategi pembelajaran sangatlah penting. Artinya bagaimana guru dapat memilih kegiatan pembelajaran yang paling efektif dan efisisen untuk menciptakan pengalaman belajar yang baik, yaitu yang dapat memberikan fasilitas kepada peserta didik mencapai tujuan pembeljaran (Uno, 1996).
Strategi pembelajaran yang akan dipilih dan digunakan oleh guru bertitik tolak dari tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan di awal. Agar diperoleh tahapan kegiatan pembelajaran yang berdaya dan berhasil guna, maka guru harus mampu menentukan strategi pembelajaran apa yang akan digunakan. Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah suatu rencana untuk mencapai tujuan. Terdiri dari metode, tekik, dan prosedur yang mampu menjamin peserta didik benar-benar akan dapat mencapai tujuan akhir kegiatan pembelajaran.
E.     Perbedaan antara Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran
Teknik pembelajaran seringkali disamakan artinya dengan metode pembelajaran. Teknik adalah jalan, alat atau media yang digunakan oleh guru mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang didinginkan atau dicapai (Gerlach dan Ely,1980).
Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan fungsinya dan merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Akan tetapi, di dalam pelaksanaan sesungguhnya, metode dan teknik memiliki perbedaan.
Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan-tahapan tertentu, sedangkan teknik adalah cara yang digunakan dan bersifat implementatif. Dengan perkataan lain, metode yang dipilih oleh masing-masing guru adalah sama, tetapi mereka menggunakan teknik yang berbeda.
F.     Strategi Pembelajaran PAILKEM
Strategi pembelajaran PAILKEM merupakan salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Dimaksudkan dengan strategi karena bidang garapannya tertuju pada bagaimana cara: (1) pengorganisasian materi pembelajaran, (2) menyampaikan atau menggunakan metode pembelajaran, dan (3) mengelola pembelajaran sebagaimana yang dikehendaki oleh ilmuan pembelajaran selama ini, seperti Reigeluth dan Merill yang telah meletakkan dasa-dasar instruksional yang mengoptimalkan proses pembelajaran.
PAILKEM merupakan sinonim dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, dan Menarik. Sinonim dari PAILKEM tersebut secara ringkas diuraikan berikut ini:
1.      Pembelajaran yang Aktif
Konsep pembelajaran Aktif bukanlah tujuan dari kegiatan pembelajaran, tetapi merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Aktif dalam strategi ini adalah memosisikan guru sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar, sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif.
2.      Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif juga merupakan strategi pembelajaran yang mendorong aktifitas belajar. Maksud inovatif disini adalah dalam kegiatan pembelajaran itu terjadi hal-hal yang baru, bukan saja oleh guru sebagai fasilitator belajar, tetapi juga oleh siswa yang sedang belajar.
3.      Pembelajaran yang Menggunakan Lingkungan
Strategi pembelajaran yang menggunakan lingkungan adalah salah satu strategi yang mendorong siswa agar belajar tidak  tergantung dari apa yang dalam kitab atau buku yang merupakan pegangan guru. Konsep pembelajaran ini berangkat dari belajar kontekstual dengan lebih mengedepankan bahwa hal yang perlu dipelajari terlebih dahulu oleh siswa adalah apa yang ada pada lingkungannya. Dengan mengetahui lingkungan yang ada disekitarnya, maka kelak siswa setelah selesai belajar, dia akan berusaha memanfaatkan lingkungan ini sebagai sumber daya yang akan dikelolanya sebagai sumber yang dapat memberikan nilai tambah baginya.
4.      Pembelajaran yang Kreatif
Pembelajaran yang kreatif adalah salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Pembelajaran kreatif ini pada dasarnya mengembangkan belahan otak kanan anak yang dalam teori Hemosfir disebutkan bahwa belahan otak anak terdiri dari belahan kiri dan belahan kanan. Belaha kiri sifatnya konvergen dengan ciri utamanya berpikir linier dan teratur, sementara belahan otak kanan sifatnya difergen dengan ciri utamanya berpikir konstruktif, kreatif, dan holistik.
5.      Pembelajaran yang Efektif
Pembelajaran yang efektif adalah salah satu strategi pembelajaran yang diterapkan guru dengan maksud untuk menghasilkan tujuan yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran yang efektif ini menghendaki agar siswa yang belajar dimana dia telah membawa sejumlah potensi lalu dikembangkan melalui kompetensi yang telah ditetapkan, dan dalam waktu tertentu kompetensi belajar dapat dicapai siswa dengan baik atau tuntas.
6.      Pembelajaran yang Menarik
Muara dari strategi yang digunakan dalam pembelajaran adalah bagaimana proses pembelajaran itu bisa berjalan dengan baik dan menarik bagi siswa yang belajar.
Inti dari strategi pembelajaran yang menarik terletak pada bagaimana memberikan pelayanan kepada siswa sebab posisi siswa jika diibaratkan dalam sebuah perusahaan, maka siswa merupakan pelanggan yang perlu dilayani dengan baik.










BAB 2
KOMPONEN DAN KRITERIA PEMILIHAN STRATEGI
PEMBELAJARAN
A.    Komponen Strategi Pembelajaran
1.      Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari suatu sistem pembelajaran secara keseluruhan memegang peranan penting. Pada bagian ini guru diharapkan dapat menarik perhatian peserta didik atas materi pelajaran yang akan disampaikan. Karena pendahuluan yang disampaika dengan menarik akan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
2.      Penyampaian Informasi
Penyampaian informasi seringkali dianggap sebagai sesuatu kegiatan penting dalam proses pembelajaran, padahal bagian ini hanya merupakan ssalah satu komponen dari strategi pembelajaran.
3.      Tes
Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk mengetahui apakah pengetahuan, sikap, dan keterampilan telah benar-benar dimiliki oleh peserta didik atau belum.
4.      Kegiatan Lanjutan
Kegiatan lanjutan yang dikenal denga follow up dari suatu hasil kegiatan yang telah dilakukan seringkali tidak dilaksanakan dengan baik oleh guru. Dalam kenyataannya setiap kali tes dilakukan,  selalu saja terdapat peserta didik yang berhasil dengan tugas diatas rata-rata, yaitu (a) hanya menguasai atau sebagian cenderung di rata-rata tingakat penguasaan yang diharapkan dapat dicapai, (b) peserta didik seharusnya menerima tindak lajut yang berbeda sebagai kosekuensi dari hasil belajar yang bervariasi tersebut.
B.     Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran
Pemilihan strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran harus berorientasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu harus disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik peserta didik serta situasi calon, kondisi dimana proses pembelajaran tersebut akan berlangsung. Terdapat berbagai metode dan teknik pembelajaran yang akan digunakan oleh guru, tetapi tidak semuanya sama efektifnya mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu dibutuhkan aktivitas guru dalam memilih strategi pembelajaran.
Selanjutnya dijelaskan bahwa kriteria pemilihan strategi pembelajaran hendaknya diladasi prinsip efisiensi, dan efektifitas dalam mencapai tujuan pembelajaran dan tingkat keterlibatan peserta didik: strategi pembelajaran manakah yang dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan? Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat dirahkan agar peserta didik dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran secara optimal.
C.    Pendekatan Inovatif dalam Strategi Pembelajaran
Dalam pembelajaran modern sekarang ini, yang lebih dipentingkan bagaiman mengaktifkan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran secara mandiri, yaitu melalui kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada penentuan (discovery) dan pencarian (inquiry).
D.    Mendorong Siswa Belajar Secara Aktif
Dahulu kita mengenal konsep Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Konsep tersebut merupakan salah satu penerapan dari model pendekatan ini. Secara harfiah, CBSA dapat diartikan sebagai suatu sistem belajar mengajar menekankan keaktifan peserta didik secara fisik, mental, intelektual, dan emosional. Tujuannya adalah memperoleh hasil belajar yang berbentuk perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
1.      Prinsip Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa
a.       Mendesain pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif sepenuhnya dalam proses belajar. Keaktifan fisik, mental, dan emosional dapat diupayakan melibatka sebanyak mugkin indera siswa.
b.      Membebaskan siswa dari ketergantungan yang berlebihan pada guru. Cara belajar DDCH (Duduk, Dengar, Catat, Hafal) mengakibatkan siswa dalam belajar selalu di bawah arahan guru, maksudnya tanpa guru murid tidak punya inisiatif sendiri.
c.       Menilai hasil belajar dengan cara berikut, yaitu bahwa setiap  hasil pembelajaran syarat dengan berbagai macam kegiatan belajar, maka prestasi peserta didik tergambar pada kegiatan belajar itu perlu diadaka penilaian dengan ujian lisan, ujian tertulis, tes buku terbuka, tes yang dikerjakan di rumah, dan lain-lain.
2.      Prinsip-Prinsip Belajar
a.      Stimulus Belajar
Stimulus belajar hendaknya dapat benar-benar mengkominikasikan informasi atau pesan yang hendak disampaikan oleh guru jepada siswa.
b.      Perhatian dan Motivasi
Stimulus belajar yang diberikan oleh guru bukan berarti perhatian dan motivasi dari siswa tidak diperlukan lagi. Kebutuhan peserta didik untuk belajar akan mendorong timbulnya motivasi dalam diri masing-masing peserta didik. Untuk itu sangat diperlukan kreativitas guru dalam membuat inovasi-inovasi baru dalam kegiatan pembelajaran.
c.       Respons yang Dipelajari
Respons siswa terhadap stimulus guru dapat berupa perhatian, proses internal terhadap informasi tauapun tindakan nyata dalam bentuk partisipasi dan minat siswa saat mengikuti kegiatan belajar mengajar.
d.      Penguatan
Sumber penguat belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal dari luar dan dari dalam dirinya. Dari luar seperti nilai, ganjaran, hadiah-hadiah, dan lain-lain. Dari dalam diri bisa terjadi pabila respons yang dilakukan oleh siswa betul-etul memuaskan dirinya dan sesuai kebutuhan.
e.       Pemakaian dan Pemindahan
Dalam menyampaikan informasi yang jumlahnya tidak terbatas, penting sekali dilakukan pengaturan dan penempatan informasi sehingga dapat digunakan apabila diperlakukan kembali. Pengingatan kembali informasi yang telah diperoleh cenderung terjadi apabila digunakan dalam situasi serupa.
3.      Prinsip-Prinsip Mengaktifkan Siswa dalam Dimensi Program Pembelajaran
a.      Penentuan Tujuan dan Isi Pembelajaran
Prinsip ini menuntut agar dalam mengembangkan program pembelajaran hendaknya dilakukan penyesuaian antar tujuan dari isi pembelajaran dengan karakteristik siswa, sehingga dapat memenuhi kebutuhan minat dan kemampuan siswa.
b.      Pengembangan Konsep dan Aktivitas
Prinsip ini mensyaratkan agar program mampu menyajikan alternatif kegiatan yang mengarah pada pengembangan konsep aktivitas belajar siswa.
c.       Pemilihan dan Penggunaan berbagai Metode dan Media
Prinsip ini menuntut agar guru mampu memilih dan sekaligus mampu menggunakan berbagai strategi metode belajar-mengajar, sehingga dapat menciptakan kondisi belajar yang dapat membelajarkan siswa aktif dan penuh makna.
d.      Penentuan Metode dan Media
Prinsip ini mensyaratkan agar dalam proses pembelajaran diberikan alternatif metode dan media yang dapat dipilih secara luwes. Maksudnya pengembangan program hendaknya mempu memilih metode atau media sebagai alternatif memilih kesetaraan.


e.       Komunikasi yang Bersahabat antara Guru dan Siswa
Prinsip ini mempersyaratkan agar dalam situasi belajar mengajar dapat dibangun hubungan dan personal yang setara. Komunikasi yang bersahabat antara guru dan siswa akan memperlancar jalannya proses belajar mengajar sehingga kan menigkatkan keaktifan siswa.
f.       Kegairahan dan Kegembiraan dalam Belajar
Prinsip ini mempersyaratkan berkembangnya situasi belajar mengajar sehingga akan meningkatkan kegairahan dan kegembiraan belajar.
4.      Pendekatan Keterampilan Proses
Tugas utama guru adalah menciptakan suasana kelas sedemikian rupa agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh. Keterampilan proses akan berjalan sebagaimana diharapkan apabila dalam praktiknya mampu mengembangkan keterampilan memproses perolehan. Tanpa keterampilan memproses keterampilan, pastilah hal ini tidak akan bergerak, karena keterampilan-keterampilan itu merupakan roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta pertumbuhan da pengembangan sikap dan nilai pada diri siswa.
5.      Kemampuan Dasar yang Perlu Dikembangkan
a.       Mengamati
b.      Menghitung
c.       Mengukur
d.      Mengklasifikasi
e.       Menarik hubungan antara ruag dan waktu
f.       Merumuskan Hipotesis
g.      Merencanakan penelitian atau melakukan eksperimen
h.      Mengendalikan variabel

BAB 3
KEBUTUHAN BELAJAR DAN TUJUAN PEMBELAJARAN
Pembelajaran yang merupakan perpaduan antara kebutuhan belajar dan aktivitas mengajar berjalan memenuhi harapan. Harapan tersebut adalah apa yang menjadi kebutuhan siswa yang belajar, sehingga terarah tujuan pembelajaran yang dirumuskan guru.
A.    Mengapa Kita Memulai dengan Perancangan Pembelajaran?
Beberapa alasan yang membenarkan dilaksanakan proyek perancangan pembelajaran yaitu:
1.      Tingkat hasil belajar atau siswa masih di bawah harapan;
2.      Biaya program pembelajaran terlalu tinggi
3.      Periode pelatihan atau waktu yang dibutuhkan oleh pelatihan lebih lama dari waktu yang dikehendaki;
4.      Adanya keinginan untuk mengubah metode pembelajaran
5.      Siswa atau peserta pelatihan selalu menyatakn ketidakpuasan mereka terhadap suatu pelajaran atau program.
B.     Kapan Suatu Kebutuhan dapat Dikatakan Bukan Kebutuhan atau Perancangan Pembelajaran?
Bila ada tuntutan akan perubahan atau pertumbuhan dalam ilmu pengetahuan, keterampilan atau sikap siswa atau karyawan, maka sangat diperlukan dilaksanaknnya pendidikan atau program pelatihan. Namun setelah diselidiki, adakalanya kebutuhan itu tidak dapat diidentifikasikam secara jelas sebagai kebutuhan yang memerlukan jalan keluar pembealajaran.
C.    Mengumpulkan Data untuk Membuktikan Adanya Suatu Kebutuhan
Kaufman mengelompokkan tata cara mengumpulkan informasi ini ke dalam dua kategori, yakni tata cara penilain internal dan eksternal.


1.      Tata Cara Penilaian Internal
Ada dua sumber dalam lembaga atau organisasi yang dapat mengumpulkan data dengan berbagai cara, yang mencakup:
a.       Menganalisis hasil ujian siswa dan skla penilaian prestasi siswa;
b.      Mewawancarai pengajar dan anggota staf lain mengenai amatan dan kesan mereka tentang arti dan tingkat keberhasilan;
c.       Memperoleh rekomendasi atau menerima “pesanan” dari pengelola atau staf lain untuk memulai upaya pelatihan;
2.      Tata Cara Penilaian Eksternal
Metode yang digunakan mencakup:
·         Mewawancarai mereka yang berkecimpung dalam pendidikan atau pelatihan di organisasi atau para pengelola, pengawas, dan karyawan ketika meraka sedang bekerja.
·         Menganalisis program pembelajaran pada lembaga lain atau kegiatan di tempay kerja dan membandingkan keduanya dengan kebutuhan pelatihan.
·         Menyebar kuesioner untuk menguji praktik yang berlangsung saat ini dan mengekui adanya kebutuhan di lapangan.
D.    Memilih Judul dan Menetapkan Tujuan Pembelajaran
Setelah penilaian kebutuhan selesai dikerjakan, dan setelah putusan di ambil untuk malanjutkan kegiatan perencanaan pengajaran, proyek itu sebaiknya diberi judul untuk memedakan dengan proyek lain. Kebutuhan satu tujua umum atau lebih harus ditetapkan, yang menyatakan secara ringkas tentang maksud pembelajaran atau program yang akan dapat memenuhi program teridentifikasi. Tujuan tersebut disampaikan kepada anggota tim perencanaan dan siswa yang diperkirakan mengikuti program tersebut.


BAB 4
STRATEGI PEMBELAJARAN YANG AKTIF
Suasana yang mestinya tercipta dalam proses pembelajaran adalah bagaimana siswa yang belajar benar-benar berperan aktif dalam belajar.
A.    Pembelajaran yang Aktif
Salah satu strategi yang dibuat dalam buku ini adalah bagaimana menjadikan pembelajaran berlangsung secara aktif.   Beberapa ciri dari pembelajaran yang aktif sebagaimana dikemukakan dalam panduan pembelajaran model ALIS (Actife Learning in School, 2009) adalah sebagai berikut: (1) pembelajaran berpusat pada siswa, (2) pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata, (3) pembelajaran mendorong anak untuk berpikir tingkat tinggi, (4) pembelajaran melayani gaya belajar anak yang berbeda-beda, (5) pembelajaran mendorong anak untuk berinteraksi multiarah (siswa-guru), (6) pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai media atau sumber belajar, (7) pembelajaran berpusat pada anak, (8) penataan lingkungan belajar memudahkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar, (9) guru memantau proses belajar siswa, dan (10) guru memberikan umpan balik terhadap hasil kerja anak.
B.     Bagaimana Merancang Strategi Pembelajaran yang Aktif?
Dalam panduan DBE2 melalui program ALIS beberapa hal yang harus dilakukan guru meliputi:
1)      Membuat rencana secara hati-hati dengan memperhatikan detail berdasarkan atas sejumlah tujuan yang jelas yang dapat dicapai
2)      Memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar secara aktif dan mengaplikasikan pembelajaran mereka dengan metode yang beragam sesuai dengan konteks kehidupan nyata siswa
3)      Secara aktif mengelola lingkungan belajaragar tercipta suasana yang nyaman
4)      Meniali siswa dengan cara-cara yang dapat mendorong siswa untuk menggunakan apa yang telah mereka pelajari di kehidupan nyata

C.    Bagaimana Suasana Menerapkan Strategi Pembelajaran Aktif?
Suasana pengelolaan kelas dapat dilihat sebagai gabungan antara praktik dan prosedur yang digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan bersifat mengembangkan kemampuan serta memaksimalkan waktu belajar. Pengelolaan kelas merupakan segala sesuatu yang dilakukan guru untuk mengatur siswa, ruang, waktu, dan materi sehingga pembelajaran siswa dapat berlangsung dengan baik. Yang termasuk dalam praktik dan prosedur adalah perilaku, strategi pengelolaan waktu, prosedur untuk mengatur dan mengorganisir grup secara efektif, prosedur untuk membagi dan mengumpulkan materi secara efisien, serta untuk mengatur meja dan kursi, pusat belajar dan perabotan lain yang digunakan untuk belajar.
D.    Bagaimana Menilai Siswa dalam Strategi Pembelajaran yang Aktif?
Banyak cara yang dapat diterapkan dalam penilaian. Akan tetapi apapun caranya sebenarnya sistem penilaian yang efektif dan edukatif adalah sistem yang dirancang untuk meningkatkan, bukan hanya mengaudit. Penilaian tidak sekedar melihat keberhasilan tujuan, tetapi juga melihat kesungguhan siswa dalam kegiatan belajar. Ini yang disebut dengan penilaian yang bersifat diagnostik. Selain itu penilaian juga dimaksudkan untuk menentukan tingkat prestasi yang dicapai siswa, penilaian juga memberikan masukan atas keefektifan aktivitas pedagogik yang dirancang. Penilaian tidak saja menambah pemahaman guru terhadap siswa, tetapi juga mengarahkan guru dalam evaluasi program dan diri.
E.     Metode Pembelajaran Apa yang Dapat Diterapkan dalam Pembelajaran Aktif?
1.      Metode Pembelajaran dengan Audio Visual
Metode pembelajaran yang menggunakan audio visual dapat memberikan dimensi lain pada pembelajaran dan selain itu materi audio visual efektif menjangkau pelajar dengan gaya belajar yang berbeda-beda.

2.      Metode Curah Pendapat
Metode curah pendapat dapat juga digunakan dalam strategi pembelajaran yang aktif. Metode ini sangat efektif untuk mengetahui pa yang telah diketahui oleh siswa.
3.      Metode Studi Kasus
Metode studi kasus juga dapat digunakan dalam pembelajaran aktif. Strategi pembelajaran dengan memanfaatkan situasi atau kasus yang dapat memberikan siswa pembelajaran bermakna dan bermanfaat.
4.      Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi juga digunakan dalam pembelajaran yang aktif, sebab bersentuhan dengan bagaimana siswa memperagakan sesuatu. Strategi pembelajaran ini memperlihatkan bagaimana ia melakukan sesuatu yang kemudian diamati dan dibahas.
5.      Metode Penemuan
Metode penemuan merupakan metode yang mendorong siswa aktif. Metode penemuan ini merupakan metode strategi pembelajaran dimana siswa didorong untuk menemukan sendiri pngetahuan atau konsep baru.
6.      Metode Jigsaw
Metode jigsaw adalah metode yang menhendaki siswa belajar melalui kelompok. Metode ini mendorong kerja sama dalam kelompok.
7.      Metode Kegiatan Lapangan
Metode pembelajaran kegiatan lapangan adalah metode yang berusaha menelusuri dan menginvestigasi masalah tertentu di lapangan
8.      Metode Diskusi Kelompok
Metode diskusi kelompok merupakan metode yang menghendaki agar siswa dan guru serta siswa dengan siswa lainnya terjadi interaksi dan saling tukar pengalaman dan informasi dalam memecahkan masalah.


BAB 5
MODEL PEMBELAJARAN YANG INOVATIF
A.    Pengertian Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pemelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional).
Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada siswa. Proses pembelajaran dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk siswa agar belajar. Pembelajaran aktif merupakan proses pembelajaran dimana seorang guru harus dapat menciptakan suasana yang sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan juga mengemukakan gagasannya. Di samping aktif, pembelajaran juga harus menyenangkan.
B.     Model-model Pembelajaran Inovatif
1.      Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran secara langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah (Arends, 264). Istilah lain model pengajaran langsung dalam Arends (2001, 264) antara lain training model, active teaching model, mastery teaching, dan explicit instruction.
2.      Model Pembelajaran Diskusi Kelas
Diskusi merupakan komunikasi seseorang berbicara satu dengan yang lain, saling berbagi gagasan dan pendapat. Kamus bahasa mendefinisikan diskusi hampir identik dengan diskursus, yaitu melibatkan saling tukar pendapat secara lisan, teratur dan untuk mengekspresikan pikiran tentang pokok pembicaraan tertentu (Arends, 1977).
BAB 6
PEMBELAJARAN YANG MEMANFAATKAN LINGKUNGAN
SEBAGAI SUMBER BELAJAR
A.    Hakikat Lingkungan
Lingkungan merupakan sumber belajar yang paling efektif dan efisien serta tidak membutuhkan biaya yang besar dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
B.     Pandangan tentang Belajar
Pendidikan pada hakiaktnya adalah suatu proses pendewasaan anak didik melalui suatu interaksi, proses dua arah antara guru dan siswa. Guru dan siswa merupakan inti dari proses pendidikan, sedangkan tujuan, alat dan lingkungan lebih bersifat pengarah, penunjang, dan prasarana. Interaksi guru dan siswa disebut proses belajar mengajar. Belajar biasanya dikhususkan pada siswa sedang mengajar ditunjukkan pada guru dan siswa disebut proses belajar mengajar.
C.    Hakikat Pembelajaran
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar, dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain, sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.
Gredler (1986) menegaskan bahwa proses perubahan sikap dan tingkah laku itu pada dasarnya berlangsung pada suatu lingkungan buatan (eksperimental) dan sangat sedidkit sekali bergantung pada situasi alami (kenyataan). Oleh karena itu, lingkungan belajar yang mendukung dapat diciptakan, agar proses belajar dapat berlangsung secara optimal.
Konsep pembelajaran dengan menggunakan lingkungan memberikan peluang yang sangat besar kepada peserta didik untuk meningkatkan hasil belajarnya, dan secara umum konsep pembelajaran dengan menggunakan lingkungan dapat meningkatkan motivasi belajar dari peserta didik.
BAB 7
PEMBELAJARAN YANG KREATIF
A.    Mengapa Guru Harus Kreatif?
Guru menjadi faktor kunci untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan  Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warganegara yag berdemokratis dan bertanggung jawab. Dengan demikian peran guru menjadi utama dalam pembanguan nilai keunggulan setiap anak bangsa. Tuntutan masyarakat terhadap layanan pendidikan yang bermutu semakin mendorong guru untuk kreatif menciptakan layanan pembelajaran yang inovatif, berpusat pada siswa dan  dilandasi nilai-nilai religi dan kearifan lokal. Nilai-nilai religi dan kearifan lokal harus mnejadi “ruh” dan pendukung kekuatan (support power) bagi guru untuk lebih memerankan kedudukan dan fungsi profesionalnya serta meningkatkan layanan pendidikan yang berkualitas.
B.     Guru yang Kreatif
Dinamika lingkungan kehidupan yang berkembang dinamis dalam semua aspek menjadi tantangan bagi guru sebagai agen pembelajar sekaligus agen perubahan karena seorang guru harus profesional, yaitu bagaimana guru memerankan kedudukan dan fungsi profesionalnya untuk meningkaykan layanan pendidikan.
C.    Upaya Menjadi Guru Kreatif
Internalisasi nilai-nilai keunikan berupa keunggulan sebagai perwujudan kreativitas dapat dilakukan melalui kegiatan berbagi gagasan dan ide serta pengalaman. Seperti kegiatan “Training dan Workshop Writing Skill”, khususnya untuk guru SD/MI. Kegiatan ini merupakan langkah positif untuk membangun kreativitas pembelajaran dalam konteks kasus yang berbeda dan khas untuk setiap lingkungan dan peserta didik.
D.    Guru Perlu Kreatif untuk Meredam Kebosanan
Mengikuti program penyegaran dalam bentuk kegiatan penataran, musyawarah kerja, dan program peningkatan kualitas lain sungguh tepat.
Melatih diri untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dalam bentuk berpidato atau berceramah untuk masyarakat dan menyempatkan diri untuk menulis artikel-artikel adalah bentuk lain dari pengembangan kreativitas guru. Mendalami psikologi remaja sehingga guru dapat memahami meningkatkan kreativitas guru dalam bertindak. Rata-rata guru yang kreatif adalah guru yang kaya akan ide-ide dan menerapkan bentuk nyata. Dalam realita tampak  bahwa kreativitas dapat mengatasi rasa bosan.
E.     Kegunaan Guru Kreatif
Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam proses pembelajaran di sekolah karena di masa mendatang guru tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling pintar di tengah-tengah siswanya. Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang semakin kompleks. Sehingga guru dituntut untuk senantiasa melakukan peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya. Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan tertinggal secara profesioanal.
F.     Berpikir Lebih Kreatif
Berpikir kreatif berarti berusaha untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan melibatkan segala tampakan dan fakta pengolahan data di otak. Proses kreatif tidak akan dapat dilaksanakan tanpa adanya pengetahuan yang di dapat melalui membaca, berbahasa, dan aspek-aspek lain. Oleh sebab itu seorang mahasiswa dituntut untuk dapat mengembangkan dan melatih pola pikirnya untuk lebih kreatif.  Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran dan pengembangan pemikiran dengan baik dan membuktikan bahwa strategi belajar yang dipilihnya sudah tepat dan berhasil.



BAB 8
PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF
A.    Hakikat Pembelajaran Efektif
Yusuf Hadi Miarso (1993) memandang bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat menghasilkan belajar yang bermanfaat dan terfokus pada siswa (student centered) melalui penggunaan prosedur yang tepat. Definisi ini mengandung arti bahwa pembelajaran yang efektif terdapat dua hal penting, yaitu terjadinya belajar pada siswa dan apa yang dilakukan oleh guru untuk membelajarkan siswanya.
Suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil baik, jika kegiatan belajar mengajar tersebut dapat membangkitkan proses belajar. Penentuan atau ukuran dari pembelajaran yang efektif terletak pada hasilnya.
Bagaimana kita dapat menentukan pembelajaran yang efektif? Tentunya memerlukan indikator untuk mengukurnya. Menurut Wotruba dan Wright (1985) berdasarkan kajian dan hasil penelitian, mengidentifikasi 7 (tujuh) indikator yang dapat menunjukkan pembelajaran yang efektif.
1.      Pengorganisasian Materi yang Baik
Pengorganisasian adalah bagaimana cara mengurutkan materi yang akan disampaikan secara logis dan teratur, sehingga dapat terlihat kaitan yang jelas antara topik satu dengan topik lainnya selama pertemuan berlangsung.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam penyajian materi adalah bagaimana kemampuan daya serap peserta didik. Daya serap tersebut bertalian erat dengan motivasi dan kesiapan belajar mereka.
Kesiapan belajar individu ditentukan oleh penguasaan pengetahuan yang telah dipelajari sebe;umnya, keterampilan membaca dan mendengar tingkat pendidikan yang telah dicapai, dan tingkat kesulitan materi. Pengorganisasian materi juga mencakup faktor penunjang lainnya yang digunakan selama proses penyajian. Faktor penunjang tersebut antara lain, yaitu penggunaan media, sikap, gerak-gerik mengajar, dan cepat lambat penyajian.
2.      Komunikasi yang Efektif
Kecakapan dalam penyajian materi termasuk pemakaian media dan alat bantu atau teknik lain untuk menarik perhatian siswa, merupakan salah satu karakteristik pembelajaran yang baik. Komunikasi yang efektif dalam pembelajaran mencakup penyajian yang jelas, kelancaran berbicara, interpretasi gagasan abstrak dengan contoh-contoh, kemampuan wicara yang baik (nada, intonasi, ekspresi), dan kemampuan untuk mendengar.
Kemampuan berkomunikasi tidak hanya diwujudkan melalui penjelasan secara verbal, tetapi dapat juga berupa makalah yang ditulis, rencana pembelajaran yang jelas dan mudah dimengerti.
Jenis komunikasi lain yang sangat penting adalah komunikasi interpersonal. Bagi seorang guru, membangun suasana hangat dengan para siswa dan antara sesama siswa sangatlah penting. Suasana saling menerima, saling percaya akan meningkatkan efektivitas komunikasi.
3.      Penguasaan dan Antusiasme terhadap Materi Pelajaran
Seorang guru dituntut untuk menguasai materi pelajaran dengan benar, jika telah menguasainya maka materi dapat diorganisasikan secara sistematis dan logis. Penguasaan kan materi saja tidak cukup, penguasaan itu pula harus diiringi dengan kemauan dan semangat untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada para siswa.
4.      Sikap Positif terhadap Siswa
Sikap positif dapat ditunjukkan baik dalam kelas kecil maupun kelas besar. Dalam kelas kecil ditunjukkan dengan cara memberikan perhatian pada orang per orang, sedangkan dalam kelas besar diberikannya kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Bantuan kepada para siswa diberikan apabila mereka sudah berusaha sendiri.

5.      Pemberian Nilai yang Adil
Keadilan dalam pemberian nilai tercermin dari adanya:
a.       Kesesuaian soal test dengan materi yang diajarkan merupakan salah satu tolak ukur keadilan;
b.      Sikap konsisten terhadap pencapaian tujuan pembelajaran;
c.       Usaha yang dilakukan siswa untuk mencapai tujuan;
d.      Kejujuran siswa dalam memperoleh nilai;
e.       Pemberian umpan balik terhadap hasil pekerjaan siswa;
6.      Keluwesan dalam Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan yang luwes dalam pembelajaran dapat tercermin dengan adanya kesempatan waktu yang berbeda diberikan kepada siswa yang memang mempunyai kemampuan yang berbeda. Kepada siswa yang mempunyai kemampuan yang rendah diberikan kesempatan untuk memperoleh tambahan waktu dalam kegiatan remedial. Sebaliknya kepada siswa yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata diberikan kegiatan pertanyaan. Dengan demikian, siswa memperoleh pelayanan yang sesuai dengan kemampuan mereka.
7.      Hasil Pembelajaran Siswa yang Baik
Indikator pembelajaran efektif dapat diketahui dari hasil belajar siswa yang baik. Petunjuk keberhasilan belajar siswa dapat dilihat bahwa siswa tersebut menguasai materi pelajaran yang diberikan.
B.     Prinsip-Prinsip Belajar pada Pembelajaran
Berikut beberapa prinsip belajar dalam pembelajaran yang efektif:
1.      Perhatian
2.      Motivasi
3.      Keaktifan
4.      Keterlibatan Langsung atau pengalaman
5.      Pengulangan
6.      Tantangan
7.      Balikan atau penguatan
8.      Perbedaan individual
C.    Beberapa Faktor yang Memengaruhi Keefektifan Belajar Siswa
1.      Faktor Internal Siswa
a.      Aspek Fisiologis
Kondisi kesehatan tubuh secara umum memengaruhi semangat dan konsentrasi belajar siswa dalam mengikuti belajar siswa dalam mengikuti pelajaran. Faktor kelemahan fisik yang terdapat pada siswa yang dapat memengaruhi efektivitas pembelajaran (Abin Syamsuddin, 1999), yaitu:
1)      Pusat susuna syaraf tidak berkembang secara sempurna karena luka atau cacat atau sakit sehingga membaca gangguan yang cenderung menetap;
2)      Pancaindera (mata, telinga, alat bicara) berkembang kurang sempurna sehingga menyulitkan proses interaksi secara efektif;
3)      Ketidakseimbangan perkembangan dan reproduksi serta berfingsinya kelenjar tubuh, sehingga mengakibatkan kelainan perilaku dan gangguan emosional;
4)      Cacat tubuh atau pertumbuhan yang kurang sempurna, yang dapat menyebabkan kurang percaya diri siswa;
5)      Penyakit menahun yang dapat mengakibatkan hambatan pada siswa dalam belajar secara optimal.
b.      Aspek Psikologis
1)      Tingkat kecerdasan dan inteligensi siswa
Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) berpengarih terhadap keberhasilan siswa. Hal ini dapat diartiakn bahwa semakin tinggi tingkat inteligenisi siswa, maka semakin besar kemampuan siswa tersebut untuk mencapai hasil yang optimal.
2)      Sikap Siswa
Siswa yang memiliki sikap yang positif terhadap pelajaran dan guru yang menyampaikan pelajaran merupakan suatu awal yang baik bagi proses pembelajaran selanjutnya.

3)      Bakat siswa
Setiap anak memiliki bakat dalam arti berpotensi dalam mencapai prestasi sampai dengan tingkat tertentu sesuai dangan kapasitasnya masing-masing.
2.      Pendekatan Belajar
a.      Pengertian Belajar
Kemampuan siswa untuk mengorganisasikan belajar turut mempengaruhi efektivitas belajarnya. Kemampuan siswa da memprosesnya menjadi sesuatu yang bermakna dapat dilakukan dengan mengorganisasi waktu belajar.
b.      Hambatan Mengorganisasikan Belajar
Di dalam kenyataan sehari-hari seringkali kita jumpai banyak hal yang telah kita pelajari tidak dapat kembali kita reproduksi. Peristiwa ini biasa disebut dengan lupa.
Selain faktor lupa, hal lainnya yang cukup mempengaruhi efektifitas pembelajaran ditinjau dari siswa adalah adanya kejenuhan belajar, artinya adanya ketidakmampuan individu untuk mengakomodasikan informasi atau pengalaman baru.
Hambatan yang dapat ditemui siswa dalam proses diminimalkan melalui pengorganisasian belajar dan mendorong mereka untuk mampu mengatur (meregulasi) sendiri belajarnya (self regulated learning) dan tidak bergantung dengan sumber yang ada di luar dirinya. Usaha ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa
1)      Siswa dapat memperbaiki kemampuan belajarnya sendiri melalui refleksi dan monitoring belajarnya
2)      Siswa mampu untuk dapat memilih, menyusun, dan bahkan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, dan
3)      Mampu secara aktif memilih bentuk dan materi pembelajaran yang sesuai.

BAB 9
PEMBELAJARAN YANG MENARIK
A.    Pembelajaran yang Menarik
Pembelajaran yang menarik lebih pada variabel hasil belajar. Ada 3 indikator yang masuk dalam variabel hasil belajar, yakni:
1)      Keefektifan yang diukur dengan presentase yang diperoleh siswa berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan
2)      Efisiensi yang diukur dengan keberhasilan yang dicapai tidak terlalu memikirkan waktu dan biaya yang terlalu besar
3)      Menarik yang diukur dengan makin tinggi keefektifan pembelajaran
B.     Mengapa Pembelajaran Harus Menarik?
Dalam merancang teknik mengajar, aktivitas-aktivitas yang dipilih perlu mempunyai urutan yang baik. Ia perlu diselaraskan dengan isi kemahiran dan objektif pembelajaran. Penggunaan kaidah dan teknik yang bervariasi akan menjadikan sesuatu pembelajaran itu menarik dan akan memberi ruang untuk membolehkan pelajar terlibat secara aktif sepanjang sesi pembelajaran tanpa merasa jemu dan bosan.
Dalam pembelajaran, terdapat beberapa kaidah dan teknik yang berkesan boleh digunakan oleh guru. Dari segi penggunaan teknik, guru boleh menggunakan apa saja teknik yang dipikirkan, misalnya teknik menerangkan, teknik mengkaji, teknik penyelesaian masalah dengan cara yang mudah, dan teknik bercerita.
C.    Model Pembelajaran yang Menarik
1.      Model Role Playing dalam Aktivitas Pembelajaran
Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran adalah model belajar role playing. Menurut Zuhaerini (1983), model ini digunakan apabila pelajaran dimaksudkan untuk:
a)      Menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak dan bedasarkan perkembangan didaktik lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas.
b)      Melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial-psikologis, dan
c)      Melatih anak-anak agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.
2.      Model Pembelajaran Creative Problem Solving
Model “Creative Problem Solving” (CPS) adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pembelajaran dan  keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan.
Adapun proses dari model pembelajaran CPS, sebagai berikut:
a.       Klarifikasi masalah
b.      Evaluasi dan pemilihan
c.       Implementasi
3.      Model Group Investigation
Dalam pembelajaran kooperatif, model Group Investigation, interaksi sosial menjadi salah satu faktor penting bagi perkembangan skema mental yang baru. Dimana dalam pembelajaran ini memberi kebebasan kepada pembelajar untuk berpikir secara analitis, kritis, kreatif, reflektif dan produktif.
Yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran menarik adalah:
1.      Memahami sifat yang dimiliki anak
2.      Mengenal anak secara perorangan
3.      Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
4.      Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan kemampuan memecahkan masalah
5.      Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
6.      Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
7.      Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental
ANALISIS
Konsep dasar penerapan strategi pembelajaran berawal dari tanggung jawab dan profesionalisme seorang guru. Pembelajaran harus diatur sedemikian rupa sehingga akan diperoleh dampak pembelajaran secara langsung (instructional effect) ke arah perubahan tingkah laku sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.
Sebagaimana yang diungkapkan penulis dalam buku ini, beliau menyebutkan bahwa strategi pembelajaran dilakukan ke arah perubahan tingkah laku yang lebih baik. Strategi pembelajaran yang akan dipilih dan digunakan oleh guru bertitik tolak dari tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan di awal. Agar diperoleh tahapan kegiatan pembelajaran yang berdaya dan berhasil guna, maka guru harus mampu menentukan strategi pembelajaran apa yang akan digunakan.
Dalam teori pembelajaran kreatif, penulis juga mengisahkan bahwa seorang mahasiswa dituntut untuk dapat mengembangkan dan melatih pola pikirnya untuk lebih kreatif.  Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran dan pengembangan pemikiran dengan baik dan membuktikan bahwa strategi belajar yang dipilihnya sudah tepat dan berhasil.













KESIMPULAN
PAILKEM merupakan sinonim dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, dan Menarik. Strategi pembelajaran PAILKEM merupakan salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Dimaksudkan dengan strategi karena bidang garapannya tertuju pada bagaimana cara: (1) pengorganisasian materi pembelajaran, (2) menyampaikan atau menggunakan metode pembelajaran, dan (3) mengelola pembelajaran sebagaimana yang dikehendaki oleh ilmuan pembelajaran selama ini.
Pemilihan strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran harus berorientasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu harus disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik peserta didik serta situasi calon, kondisi dimana proses pembelajaran tersebut akan berlangsung.
Kriteria pemilihan strategi pembelajaran hendaknya diladasi prinsip efisiensi, dan efektifitas dalam mencapai tujuan pembelajaran dan tingkat keterlibatan peserta didik: strategi pembelajaran manakah yang dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan? Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat dirahkan agar peserta didik dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran secara optimal.