READING
REPORT
Disusun
guna memenuhi tugas:
Mata
Kuliah : Sejarah Pendidikan
Islam
Dosen
Pengampu : Moch. Slamet Untung, MA

Disusun
oleh:
Mayda Ar Rahmah
2021 111 272
Kelas: G
TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PEKALONGAN
2012
IDENTITAS
BUKU
Judul Buku :
Sejarah Pendidikan Islam,
Napaktilas
Perubahan Konsep, Filsafat dan
Metodologi Pendidikan Islam dari Era Nabi SAW sampai Ulama Nusantara
Pengarang : Prof. DR. H. Ramayulis
Penerbit : Kalam Mulia, 2011: Jakarta
PENDAHULUAN
Sejarah pendidikan merupakan bagian sejarah
kebudayaan ummat manusia, karena mendidik itu berarti pula suatu usaha untuk
menyerahkan atau mewariskan kebudayaan. Proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung sepanjang sejarah dan
berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya manusia di bumi. Proses
pewarisan dan pengembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedoman pada
ajaran Islam sebagaimana termaktub dalam Al Qur`an dan terjabar dalam Sunnah
Rasul bermula sejak Nabi Muhmmad SAW menyampaikan ajaran tersebut pada umatnya.
Pembahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dibagi
dalam lima periodisasi, yaitu periode pembinaan pendidikan Islam pada masa Nabi
Muhammad SAW, periode pertumbuhan pendidikan Islam yang berlangsung sejak Nabi
Muhammad SAW wafat sampai masa akhir Bani Umayyah, periode kejayaan (puncak
perkembangan) pendidikan Islam yang berlangsung sejak permulaan Daulah
Abbasiyah sampai jatuhnya Baghdad, periode kemunduran pendidikan Islam, yaitu
sejak jatuhnya Baghdad sampai jatuhnya Mesir ke tangan Napoleon yang ditandai
dengan runtuhnya sendi-sendi kebudayaan Islam dan berpindahnya pusat-pusat
pengembangan kebudayaan ke dunia Barat dan periode pembaharuan pendidikan Islam
yang berlangsung sejak pendudukan Mesir oleh Napoleon sampai masa kini yang
ditandai dengan gejala-gejala kebangkitan kembali umat dan kebudayaan Islam.
BAB
I
PRINSIP-PRINSIP
UMUM SEJARAH
PENDIDIKAN
ISLAM
A. PENGERTIAN DAN OBJEK SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
1. Pengertian Sejarah Pendidikan Islam
Secara
etimologi, sejarah dalam bahasa Arab disebut tarikh, yang bermakna
ketentuan masa. Kata tarikh bermakna juga perhitungan tahun. Dalam al-Qur’an
sejarah disebut dengan qisash, sebagaimana firman Allah SWT: “Maka
bacalah kisah-kisah tersebut”. (Q.S. 6 : 130).
Sedangkan
menurut terminologi, sejarah berarti keterangan yang telah terjadi di kalangan
masyarakat pada masa lampau atau masa sekarang.
2. Objek Sejarah Pendidikan Islam
Sejarah
biasanya ditulis dan dikaji dari sudut pandang suatu fakta atau kejadian
tentang peradaban bangsa. Maka objek sejarah pendidikan Islam mencakup
fakta-fakta yang berhubungan dengan
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam, baik formal maupun non
formal. Dengan demikian, akan diperoleh apa yang disebut sejarah serba objek.
Dan hal ini sejalan dengan peran agama Islam sebagai agama dakwah penyeru
kebaikan pencegah kemungkaran, emnuju kehidupan yang sejahtera lahir bathin
(material dan spiritual). Namun, sebagai cabang ilmu penegtahuan, objek sejarah
pendidikan Islam umumnya tidak jauh berbeda dengan objek yang dilakukan dalam
objek-objek sejarah pendidikan Islam.
B.
METODE
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
Metode
Sejarah Pendidikan Islam dapat pula dikategorikan kepada :
1. Teknik pengumpulan Data
a. Dokumentasi
Teknik
pengumpulan data dalam bentu dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal
atau peristiwa yang berupa catatan, transkrip, buku, notulen arsip dan
sebagainya. Dokumen-dokumen tersebut dapat pula digunakan sebagai data bukti
pendukung.
b. Wawancara
Wawancara, yaitu pengumpulan data
untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara digunakan untuk
mengumpulkan data dari tokoh/pelaku sejarah, atau orang yang mengetahuo secara
mendalam tentang pelaku sejarah/tokoh.
2. Teknik Analisis Data
a. Content
Analysis
Content analysis
adalah analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi.
b. Hermeneutik
Analysis
Hermeunitik
dapat dipahami sebagai cara untuk menafsirkan teks masa silam dan menerangkan
perbuatan pelaku sejarah.
3. Metode Penulisan Sejarah
a. Metode
deskriptif
Dengan metode ini ditunjukkan untuk
menggambarkan apa adanya tentang Sejarah Pendidikan Islam, maksudnya ajaran
Islam sebagai agama samawi yang dibawa Nabi Muhammad SAW dalam kitab suci
al-Qur’an dan al-hadits terutama yang berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangannya melalui pendidikan harus dijelaskan sebagai mana adanya, dengan
tujuan untuk memahami makna yang terkandung dalam sejarah tersebut.
b. Metode
Komparatif
Metode ini metode yang berusaha
membandingkan sebuag perkembangan pendidikan Islam dengan lembaga-lembaga
lainnya.
C.
ILMU-ILMU
YANG BERKAITAN DENGAN SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
Diantara
ilmu-ilmu yang berkaitan adalah seperti:
1. Sejarah
Kebudayaan
2. Ilmu
politik
3. Ilmu
Filsafat Sejarah
D.
MANFAAT
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
1. Manfaat Umum
Sejarah Pendidikan Islam mempunyai
manfaat untuk menjadi teladan bagi umat Islam. Dengan membaca sejarah, maka
umat Islam dapat meneladani proses pendidikan Islam semenjak zaman kerasu;an
Muhammad hingga para pemuka gerakan pembaruan pendidikan Islam.
2. Manfaat Akademis
a. Mengetahui
dan memahami pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam.
b. Mengambil
manfaat dari hal-hal yang bersifat positif daripada masa lalu, untuk digunakan
dalam memecahkan problematika pendidikan Islam masa kini.
c. Memiliki
sikap positif terhadap perubahan-perubahan dan pembaharuan-pembaharuan sistem
pendidikan Islam.
BAB
II
PENDIDIKAN
ISLAM MASA RASULULLAH
A. KONDISI SOSIAL BUDAYA, EKONOMI, POLITIK,
KEBERAGAMAAN, DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT ARAB SEBELUM ISLAM
Kondisi
sosial budaya dalam masyarakat di kalangan angsa Arab, terdapat beberapa kelas
masyarakat, berbeda antara satu dengan yang lainnya. Kekuasaan yang berlaku
saat itu adalah sistem diktator. Banyak hak yang hilang terabaikan. Para budak
tidak melakukan perlawanan sedikit pun, banyak diantara mereka yang merasakan
kelaparan, penderitaan, dan kesulitan yang tidak jarang merenggut nyawanya
dengan sia-sia.
Dalam
hal perekonomian, mengikuti kondisi
sosial, yang bisa dilihat dan jalan kehidupan bangsa Arab. Mereka tidak
menguasai perindustrian dan kerajinan. Perikemanusiaan mengarah kepada sifat
kebinatangan dan kebuasan, yang kuat menindas yang lemah, yang kaya memeras
yang miskin, yang kuasa menginjak-injak yang dikuasainya, sehingga persaudaraan
menjadi permusuhan.
Kondisi
politik bangsa Arab sebelum Islam, belum mengenal sistem pemerintahan yang
lengkap seperti pada masa sekarang; kalaupun ada belumlah sempurna organisasi
politiknya.
Sedangkan
dalam hal keberagaman, mayoritas bangsa Arab Jahiliyah sudah jauh dari
keyakinan yang dibawa oleh Nabi Ibrahim yaitu meyakini adanya Allah SWT sebagai
Rabb al-Alamin.
Dalam
pendidikan, ilmu yang mereka kenal saat itu terbagi tiga bidang ilmu
pengetahuan. Pertama, ilmu tentang Nasab (Keturunan), Sejarah, dan
Perbandingan Agama. Kedua ilmu Ru’ya (mimpi). Ketiga, ilmu
tentang bertenung.
B. PELAKSANAAN PENDIDIKAN ISLAM MASA RASULULLAH SAW
Pendidikan masa Rasulullah SAW,
sesuai dengan kondisi sosial politik pada masa itu, dapat dibagi kepada dua
periode, yaitu: (1) periode Mekah, dan (2) periode Madinah.
1. Periode Mekkah
Dengan
melihat karakteristik perkembangan pendidikan Islam, maka periode Mekah dapat
dibagi kepada tiga tahapan, sesuai dengan tahapan dakwah yang dilakukan
Rasulullah di Mekah. (1) Tahapan sembunyi atau perorangan, pendidikan yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW di rumah ini dianggap sebagai masa yang penting
dalam sejarah pendidikan dan dakwah Islam di Mekkah. Pendidikan Islam ini tidak
terbatas hanya diterima oleh mereka saja, tetapi disambut juga oleh kelompok
lain dari kalangan para maula dan orang-orang fakir. Pendidikan pada fase ini
dinamai dengan pendidikan individu (perorangan), dan mereka dikenal dengan “al-Sabiqun
al-Awwalun”, yakni kelompok pertama yang masuk Islam.
(2)
Tahapan terang-terangan, perintah dakwah secara terang-terangan dilakukan oleh
Rasulullah, seiring dengan jumlah sahaat yang semakin banyak dan untuk
meningkatkan jangkauan seruan dakwah, karena diyakini dengan dakwah tersebut,
banyak kaum Quraisy yang akan masuk Islam. (3) Tahapan seruan umum, Rosulullah
mengubah strategi dakwahnya dari seruan yang berfokus kepada keluarga dekat
beralih kepada seruan umum, umat manusia secara keseluruhan.
Lembaga
Pendidikan pada periode Mekkah ini adalah rumah al-Arqam Ibn Abi Arqam. Rumah
ini merupakan lembaga pendidikan pertama atau madrasah yang pertama sekali
dalam Islam. Materi Pendidikan Islam pada periode ini adalah tentang Tauhid dan
al-Qur’an.
2. Periode Madinah
Rasulullah hijrah ke Madinah hari
Senin pada tahun 622 M. Ada dua aktivitas yang penting yang beliau lakukan
setiba di Madinah yaitu: (1) mendirikan masjid, dan (2) pembentukan negara
Madinah.
Materi Pendidikan Islam pada masa
periode ini adalah
(1) Memperdalam
dan memperluas materi yang pernah diajarkan di Mekah seperti : Hafalan dan
Penulisan al-Qur’an, pemantapan ketauhidan umat, tulisan baca al-Qur’an dan sastra
Arab.
(2) Ketertiban,
Sosial, Ekonomi, Politik, dan Kesejahteraan Umat
(3) Seluruh
Aspek Ajaran Islam
Lembaga pendidikan Islam setelah
Nabi hijrah ke Madinah, disamping kuttab adalah Masjid dan Suffah.
BAB
III
PENDIDIKAN
PADA MASA KHULAFA’ AL-RASYIDIN
A. KHALIFAH ABU BAKAR AL-SHIDDIQ (632-634)
Masa
awal kekhalifahan Abu Bakar diguncang pemberontakan oleh orang-orang murtad,
orang-orang yang mengaku sebagai nabi dan orang-orang yang enggan membayar
zakat. Berdasarkan hal ini Abu Bakar memusatkan perhatiannya untuk memerangi
para pemberontak yang dapat mengacaukan keamanan dan mempengaruhi orang-orang
Islam yang masih lemah imannya untuk
menyimpang dari ajaran Islam.
Lembaga
pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti lembaga pendidikan pada masa Nabi
yaitu seperti; Kutab, Masjid, dan Materi Pendidikan. Namun, dari segi kuantitas
maupun kualitas sudah banyak mengalami perkembangan.
B.
KHALIFAH
UMAR IBN KHATTAB (634-644)
Pada
masa khalifah Umar Ibn Khattab, kondisi politik dalam keadaan stabil, usaha
perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah Islam pada masa
Umar Ibn Khattab meliputi Semenanjung Arabia, Palestina, Syiria, Irak, Persia
dan Mesir.
Lembaga
pendidikan pada masa khalifah Umar Ibn Khattab, sama dengan masa Abu Bakar.
Namun dari segi kemajuan lembaga pendidikan begitu pesat, sebab selama Umar Ibn
Khattab memerintah negara berada dalam keadaan stabil dan aman.
Materi
Pendidikan pada masa Umar adalah Kutab. Pada masa ini tuntutan belajar bahsa
Arab juga mulai kelihatan. Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan duniawi dan ilmu
filsafat belum dikenal pada masa itu. Yang menjadi pendidik pada masa Umar
adalah beliau sendiri, serta guru-guru yang beliau angkat.
C.
KHALIFAH
USMAN IBN AFFAN (644-656 M)
Kondisi
masyarkat pada saat ini kondusif. Pelaksanaan
pendidikan pada masa ini diserahkan kepada masyarakat dan masyarakatlah yang
lebih banyak inisiatif dalam melaksanakan pendidikan termasuk pengangkatan para
pendidik.
D.
KHALIFAH
ALI IBN ABI THALIB (656-661 M )
Pemerintahannya
diguncang oleh peperangan dengan ‘Aisyah (istri Nabi) beserta Thalhah dan
Abdullah ibn Zubair. Peperangan ini disebabkan karena kesalahpahaman dalam
menyikapi pembunuhan terhadap Usman ibn ‘Affan.Pada masa ini tidak terlihat
perkembangan pendidikan yang berarti karena pada masa ini telah terjadi
kekacauan politik dan pemberontakan, sehingga dimasa ia berkuasa pemerintahan
tidak stabil.
E.
PUSAT-PUSAT
PENDIDIKAN DAN PARA ULAMA YANG TERKENAL PADA MASA KHULAFA’ AL RASYIDIN
Pusat-pusat
pendidikan pada masa Khulafa’ al-Rasyidin menurut Mahmud Yunus adalah; (1)
Madrasah Makkah, (2) Madrasah Madinah, (3) Madrasah Barsah, (4) Madrasah
Kuffah, (5) Madrasah Damsyik, (6) Madrasah Fistat (Mesir).
BAB
IV
PENDIDIKAN
ISLAM PADA MASA DAULAH UMAYYAH
Pada
masa Daulah Umayyah terdapat berbagai kebijakan yang dilakukan oleh para
khalifah, yang emnyebabkan berkembangnya sistem pemerintahan. Diantara
kebijakan yang dilakukan adalah: Pemisahan Kekuasaan, Pembagian wilayah, Bidang
administrasi Pemerintahan, Organisasi keuangan, Organisasi ketentaraan,Organisasi
kehakiman, Bidang sosial budaya yang berkembang dengan pesat, Bidang seni dan
sastra, Bidang seni rupa, dan Bidang arsitektur.
Diantara khalifah yang memberikan
dorongan dalam bidang pendidikan adalah: (1) Umayyah ibn Abu Sufyan, (2) Abdul
Malik ibn Marwan, (3) histam ibn Abdul Malik, (4) Umar ibn Abdul Aziz.
Pada masa Daulah Umayyah pola
pendidikan bersifat desentralisasi, tidak memiliki tingkatan dan standar umur.
Pendidikan tidak hanya terpusat di Madinah seperti pada masa Nabi dan Khulafaur
Rasyidin, melainkan ilmu telah mengalami ekspansi seiring dengan ekspansi
teritorial.
Diantara lembaga pendidikan yang
berkembang pada masa daulah Umayyah yaitu, Kutab, Istana, Badiah, Perpustakaan,
dan Bamaristan (Rumah sakit). Pada masa ini ilmu pengetahuan juga berkembang,
hal ini didukung oleh para khalifah dan meningkatnya oerekonomian negara.
Diantara ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu adalah:
Ilmu
Agama, Hadits, Ilmu Sejarah dan Geografi, Ilmu pengetahuan bidang bahasa,
Bidang filsafat, Seni sastra Arab, dan Seni Kaligrafi.
Demikianlah
berbagai perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan yang terjadi pada masa
Daulah Umayyah. Namun kekuasaan bani Umayyah mengalami kehancuran pada masa
kepemimpinan khalifah walid ibn Yazid karena masa itu terjadinya serangan yang
dilakukan oleh Bani Abbas yang terjadi pada 132 hijriah atau 750 Masehi, yang
menyebabkan kehancuran dan berakhirnya daulah Umayyah.
BAB
V
PENDIDIKAN
ISLAM PADA MASA DAULAH ABBASIYAH
Ada
faktor-faktor yang paling menentukan
dalam perkembangan pendidikan Islam pada masa Daulah Abbasiyah.
Diantaranya adalah:
·
Adanya kekayaan
yang melimpah dari hasil kharaj, baik pertanian maupun perdagangan.
·
Perhatian
beberapa khalifah yang besar kepada ilmu pengetahuan seperti; al-Mansyur, al-Mahdi,
Harun al-Rasyid, al-Ma’mun, al- Wathiq dan al-Mutawakkil.
·
Kecenderungan
umat Islam di dalam menggali dan mengembangkan imu pengetahuan besar sekali,
maka banyaklah ulama di setiap kota Islam pada masa itu.
Kemajuan
dalam bidang pendidikan melalui berbagai bentuk dan jenis lembaga pendidikan.
Diantara lembaga pendidikan yang berkemangan pada masa ini adalah: (1)Kutab
atau Maktab, (2) Masjid. Dalam perkembangan selanjutnya, disamping mata
pelajaran agama, mata pelajaran umum juga diajarkan, seperti bahasa, ilmu hisab,
kedokteran dan sebagainya. (3) Pendidikan rendah di istana (Qurhur), (4)
Toko-toko Buku (al-Hawarit al-Waraqin), (5) Perpustakaan, (6) Salun Kesustraan,
(7) Rumah para ilmuwan (Bait al-Ulama’), (8) Observatorium dan Rumah sakit
(al-Bimaristan), (9) al-Ribath, (10) al-Zawiyah.
Walaupun
secara fisik lembaga pendidikan belum dapat dikatakan sama dengan persekolahan
yang datang kemudian, namun dari segi hasil, justru dapat melahirkan beberapa
ilmuwa dan cendikiawan terkemuka yang sangat masyhur.
BAB
VI
PERKEMBANGAN
ILMU PENGETAHUAN
PADA
MASA DAULAH ABBASIYAH
Kemajuan
yang dicapai oleh Daulah Abbasiyah, khususnya dalam bidang ilmu merupakan
puncak kejayaan Islam sepanjang sejarah. Pada masa ini juga melahirkan banyak
ulama-ulama besar. Ilmu-ilmu yang tumbuh dan berkembang pada masa Daulah
Abbasiyah adalah Ilmu Agama dan Ilmu Umum. Ilmu-ilmu agama meliputi; Ilmu
Tafsir, ilmu Hadits, Ilmu Qiraat, Ilmu kalam, Fiqh, Tasawwuf, Tarikh, Nahwu.
Sedangkan ilmu-ilmu umum meliputi; ilmu Filsafat, Ilmu Falak, ilmu kedokteran,
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, dan Fisika.
Demikianlah
perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan pada masa daulah Abbasiyah yang telah mencapai puncaknya, namun
menurut Badri Yatim, kemjaun yang dicapai Abbasiyah tidak terlepas dari usaha
Bani Umayyah sebagai perintis kemajuan, namu
usaha tersebut tidak terfokus, karena pada masa ini pusat perhatian
terfokus kepada penegmabangan wilayah Islam. Walaupun kemajuan Islam menuju
puncak keemasannya pada Daulah Abbasiyah, namun kemunduran juga terjadi pada
masa khalifah terakhir.
BAB
VII
PENDIDIKAN
ISLAM MASA DAULAH UMAYYAH
DI
ANDALUSIA (SPANYOL)
Kedatangan
Islam di Andalus (Spanyol) telah membawa perubahan yang sangat besar, terutama
di bidang sosial dan ilmu pengetahuan serta kebudayaan. Perkembangan pendidikan
Islam terbentuk bukan hanya karena sentuhan dari tradisi Arab-Islam, akan
tetapi lebih dari itu karena akibat persentuhan peradaban yang dibawa oleh
Arab.
Ada
beberapa faktor yang mendorong perkembangan Pendidikan Islam di Andalus:
a) Adanya
dukungan dari penguasa
b) Adanya
beberapa sekolah dan Universitas di beberapa kota di Spanyol yang sangat
terkenal
c) Adanya
persaingan anatara Abbasiyah di Baghdad dan Umayah di Spanyol dalam bidang olmu
pengetahuan dan peradaban.
d) Akses
untuk pendidikan bagi semua rakyat dibuka selebar-lebarnya tanpa membedakan
suku, ras, dan agama, dan golongan.
Diantara
lembaga pendidikan Islam yang berkembang di Andalusia adalah: Kutab, Madrasah,
Perguruan Tinggi, Perpustakaan sebagai sarana pendukung. Sedangkan ilmu yang
berkembang pada masa ini adalah seperti Ilmu Naqli, Bahasa dan Sastra, Musik
dan Seni, Filsafat, dan Sains.
BAB
VIII
KONTRIBUSI
PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP
KEMAJUAN
ILMU PENGETAHUAN DI EROPA
A. KONTRIBUSI PENDIDIKAN ISLAM
Bangsa
Arab dan Islam telah memberikan saham bagi kebangkitan Eropa. Sistem
pembelajaran pada sekolah dan Perguruan Tinggi, para ulama, dan buku-buku
menjadi penggerak kebangkitan Barat. Perkenalan bangsa Barat dengan dunia Islam
telah membuka mata mereka akan kemajuan peradaban Islam yang telah ditorehkan
oleh cendekiawan-cedekiawan muslim sebagai hasil dan pengalaman mereka terhadap
ajaran agama Islam.
Pada
abad XII dimulailah penterjemahan besar-besaran ilmu pengetahuan Islam. Minat
untuk menterjemahkan karya-karya tersebut meluas dan dilakukan semua golongan
masyarakat. Mulai dari ilmuwan, pendeta, maupun para bangsawan dan raja-raja.
Dengan adanya usaha penterjemahan tersebut, maka ilmu pengetahuan Islam
memberikan kontribusi yang besar terhadap kemajuan Eropa.
Bidang
ilmu yang memberikan kontribusi adalah: Bidang Sastra, bidang Asronomi, bidang
Matematika, bidang Kedokteran, dan bidang Filsafat. Selanjutnya, menurut
Nakosteen kotribusi kreatif para cendekiawan muslim di dunia Barat, bukan saja
dalam aspek pendidikan dan sains akan tetapi hampir pada semua aspek kehidupan
dan bidang keilmuan. Melalui jalur-jalur inilah akhirnya ilmu pengetahuan
berkembang pesat dan kemudian ilmu pengetahuan tersebut memberikan kontribusi
sangat besar bagi kemajuan Eropa pada era sesudahnya.
BAB
IX
PENDIDIKAN
ISLAM MASA DINASTI FATIMIYAH
Ketika kekuasaan Daulah Abbasiyah di Baghdad mulai
melemah, maka timbullah masa disintegrasi. Pada masa disintergrasi ini muncul
beberapa dinasti kecil yang berdiri sendiri dan memisahkan diri dari kekuasaan
Daulah Abbasiyah di Baghdad. Diantara
dinasti kecil yang memisahkan itu adalah dinasti Fathimiyah.
Diantara
lembaga pendidikan pada masa ini adalah: Masjid, Istana, Perpustakaan, Dar
al-Ilm, al-Azhar. Menurut Jamaluddin Surur, bahwa al-Azhar telah menduduki
posisi untuk membangkitkan kehidupan peradaban Mesir terutama hal-hal yang
berkaitan dengan dakwah Fathimiyah sejak masa khalifah al-Aziz Billah. Sistem
halaqah-halaqah yang ada saat itu merupakan dasar studi al-Azhar.
ILMU
PENGETAHUAN DAN PARA ULAMA PADA MASA DINASTI FATIMIYAH
Diantara
ilmu dan para ulama yang terkenal di masa itu adalah: (1) Filsafat, salah
satunya adalah Abu Hatim al-Razi (322 H), ia menjadi tokoh pada masa khalifah
Ubaidillah al-Mahdi dan merupakan orang yang mendalami bidang sastra dan filsafat.
(2) Kedokteran, dokter yang terkenal adalah Musa ibn al-Azhar. (3) Bahasa dan
Sastra, salah satu ulama yang terkenal pada masa ini adalah Abu Thahir
al-Nahwi. (4) Syair, diantara penhair yang terkenal adalah Ibn Hani’.
BAB
X
PENDIDIKAN
ISLAM PADA MASA DINASTI BUWAIHI
Dalam
perjalanan sejarahnya, dinasti Buwaihi mengalami masa kemajuan dan kemunduran.
Masa kemajuan mereka ditandai dengan dikembangkannya ilmu pengetahuan dan
filsafat serta didirikannya bangunan-bangunan baru, dalam rangka memakmurtkan dan
mensejahterahkan rakyatnya.
Ketika
dinasti Buwaihi menguasai al-Kharaj di Ibu Kota Baghdad terjadi kemelut antara
khalifah Muttaqi Billah dengan Amir al-Umara’ Tuzun. Dalam peristiwa khalifah
mengalami kekalahan , oleh sebab itu, ia meminta bantuan kepada dinasti Buwaihi
untuk memasuki kota Baghdad.
Adapun
hasil kemajuan yang telah dinasti Buwaihi adalah sebagai berikut:
1. Sebagai
sumber keuangan negara, bidang pertanian, perdagangan dan industri, mendapat
perhatian dari pemerintah.
2. Dalam
rangka memperlancar dunia usaha dan perdagangan, pembangunan sarana jalan dan
jembatan mendapat prioritas dari negara.
3. Untuk
menampung anak-anak terlantar, dibangun beberapa rumah yatim piatu.
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
PADA MASA DINASTI BUWAIHI
Lahirnya Organisasi Rahasia Ikhwan
al Syafa’
Tumbuhnya
organisasi ini adalah dari kaum filosof. Mereka menamakannya dengan Ikhwan
al-Syafa’. Pemimpin dari anggota ini tidak diketahui benar, sebab mereka tidak
menampakkan diri.
Kemajuan
dalam bidang pendidikan ilmu pengetahuan pada masa dinasti Buwaihi dipengaruhi
oleh beberapa faktor:
1. Pada
masa itu arah pembangunan diprioritaskan kepada masalah agama, ilmu,
kebudayaan, ekonomi, dan keamanan.
2. Para
Amir memberikan motivasi terhadap perkembangan agama, ilmu pengetahuan dan
filsafat.
3. Mereka
menganut aliran Mu’tazilah sabagai alternatif untuk pembaruan pemikiran dan
kemajuan bangsa dan negara.
BAB
XI
PENDIDIKAN
ISLAM PADA MASA
DINASTI
SALAJIQAH (SALJUQ)
Diantara
dinasti-dinasti baru yang sempat berkuasa pada waktu itu adalah Dinasti Salajiqah
(Saljuq) yang menggantikan kedudukan Dinasti Buwaihi di dalam istana para
khlaifah Abbasiyah.
PEMBENTUK
DINASTI SALAJIQAH
Kata
Salajiqah (bentuk jamak dari Saljuq) adalah gabungan dari
kabilah-kabilah Turki yang dikenal dengan nama Al-Guz, yang berasal dari
Turkestan. Nama Salajiqah berasal dari nama seorang pemimpin mereka yang
bernama Saljuq Ibn Duqaq (dalam buku lain Saljuq ibn Tuqaq); yang mengumpulkan
dan mempersatukan mereka, dan kemudian memimpinnya; sebelum itu mereka tidak
mempunyai nama tersendiri.
Keberhasilan
Dinasti Salajiqah mempertahankan kekuasaannya selama lebih kurang dua abad tak
terlepas dari peran para pejabat/wazir/menteri yang ada di lingkungan
pemerintahannya.
PERKEMBANGAN
PENDIDIKAN MASA DINASTI SALAJIQAH
Pada
masa dinasti Salajiqah, terutama pada masa pemerintahan Sultan Malik Syah
berkembang. Pada masa ini, wazir Nizam al-Mulk yang berperen besar dalam
memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Lembaga
pendidikan Islam yang terkenal pada masa itu adalah Madrasah Nizamiyah. Madrasah
ini didirikan oleh Nizam al-Mulk pada masa pemerintahan Sultan Alp Arselan
(1064-1067 M). Madrasah ini dapat disamakan dengan Perguruan Tinggi masa
sekarang.
Apa
yang dilakukan Nizham al-Mulk dengan membangun madrasah itu mendapat respon
dari masyarakat, khususnya kalangan penguasa, bangsawan, dan hartawan. Madrasah
Nizamiyah Baghdad mengalami pasang surut dalam perkembangannya, tapi bertahan
cukup lama. Dari catatan guru yang mengajar disana diketahui bahwa sampai
dengan awal abad ke-9 H Madrasah ini masih beroperasi.
BAB
XII
PENDIDIKAN
ISLAM PADA MASA
DINASTI
GHAZNAWIYAH
Secara
historis dinasti Ghaznawiyah diawali oleh tokohnya yang bernama Alptigin.
Adapun di bidang keuangan masa itu sudah tersusun melalui beragai bentuk
pengadministrasian negara. Perluasan daerah Ghaznawiyah yang dibawah
pemerintahan Mahmud ini meluas ke India Utara di bagian timurnya dan di bagian
baratnya meliputi Irak-Persia termasuk seluruh khurasan, Turkharistan dengan
Balkh sebagai pusatnya sedangkan bagian Transxiana merupakan batas bagian
utara, serta Sijistan batas bagian selatan kekuasaannya.
Dalam
bidang ilmu pengetahuan terdapat beberapa kemajuan yang hingga sekarang masih
mempunyai makana dan pengaruhnya diantaranya adalah di masa Sultan Mas’ud
lahirnya penemuan teori-teori dan karya ilmiah oleh ilmuan bernama Abu
al-Rayhan Muhammad al-Biruni (973-1050 M). Ia adalah seorang ilmuan Arab
keturunan Persia yang menguasai beberapa bahasa diantaranya: bahasa Turki,
Persia, Sanskerta dan bahasa Syiria. Karyanya yang terkenal yaitu di bidang
astronomi, astrologi, geografi, geometri, dan ilmu hitung.
BAB
XIII
PENDIDIKAN
ISLAM MASA KEMUNDURAN
A.
SEBAB-SEBAB
TERJADINYA KEMUNDURAN PENDIDIKAN ISLAM
1. Kejatuhan
Baghdad di Timur, dan Cordova di Barat
a. Kejatuhan
Baghdad (1258 M)
Masa daulah Abbasiyah
dikenal sebagai keemasan. Namun, dengan kejatuhan Baghdad di Timur (1258 M)
sebagai awal periode kemunduran intelektual. Menurut para sejarawan diantara
faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan daulah Abbasiyah dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu: (1) faktor internal dan (2) faktor eksternal.
Diantara faktor
internal yang menyebabkan runtuhnya Daulah Abbasiyah diantaranya adalah:
perpecahan, gaya hidup yang berlebih-lebihan, kelemahan sebagian dari para
khalifah, pada masa tertentu khalifah hanya sebagai lambang, persaingan dan
pertentangan antar unsur Arab, Persia dan Turki, perpecahan yang disebabkan
perbedaan madzhab.
Faktor-faktor
eksternal penyebab runtuhnya Daulah Abbasiyah adalah seperti: Berkembangnya
ajaran Teologi Asy’aridan tasawuf al-Ghazali, yang mengajarkan tawakkal dan
fatalisme, Dominannya pengaruh Turki di dunia Islam, Serangan Mongol ke
Baghdad, Perang Salib.
b. Kejatuhan
Cordova (1236 M)
Faktor kemunduran Islam di
Andalusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: faktor internal dan
eksternal.
Diantara faktor internal adalah:
a) Tidak
jelasnya sistem peralihan kekuasaan yang menyebabkan munculnya perebutan
kekuasaan di antara ahli waris kerajaan.
b) Lemahnya
figur dan kharismatik yang dimiliki khalifah
c) Terjadinya
perselisihan di kalangan umat Islam itu sendiri yang disebabkan oleh perbedaan
kepentingan
d) Tatkala
umat Islam menguasai Andalusia, kebijakan para penguasa Muslim tidak melakukan
Islamisasi secara sempurna.
e) Munculnya
Muluk al-thawaif (kerajaan-kerajaan kecil) yang masing-masing saling
berebut kekuasaan.
Sedangkan faktor eksternal yang
menyebabkan runtuhnya daulah Umayyah tersebut diantaranya karena munculnya
serangan dari kristen yang sudah menyatu. Akibatnya cordova jatuh di bawah
kekuasaan kristen. Dengan jatuhnya Cordova, maka daerah kekuasaan daulah
Umayyah yang lainnya dapat pula dikuasai oleh orang Kristen dengan mudah.
Pada
masa kemunduran ini kehidupan di lembaga pendidikan dan di tengah-tengah
masyarakat adalah kehidupan zuhd. Akibat kehancuran yang dialami oleh
umat Islam, terutama dalam bidang kehidupan intelektual dan material, adalah
beralihnya secara drastis pusat-pusat kebudayaan dari dunia Islam ke Eropa.
BAB
XIV
PENGERTIAN
DAN LATAR BELAKANG
LAHIRNYA
PEMBARUAN ISLAM
Secara
etimologis, pembaruan terjemahan moderisation yang dalam bahasa Indonesia
berarti proses menjadi baru. Modernisasi atau pembaruan bisa diartikan apa saja
yang belum dipahami, diterima, atau dilaksanakan oleh penerima pembaruan,
meskipun bukan hal baru bagi orang lain. Apabila pembaruan dikaitkan dengan
pendidikan Islam, maka pembaruan pendidikan Islam adalah suatu proses perubahan
dalam sistem pendidikan Islam dari sistem pendidikan tradisional ke arah
pendidikan modern sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi.
LATAR
BELAKANG LAHIRNYA PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM
Perkembangan ilmu pengetahuan di
Eropa secara berangsur-angsur membangkitkan kekuatan di Eropa. Kemajuan kebudayaan, modern di Barat memuncak
dengan timbulnya revolusi industri dan lebih jauh lagi dalam bentuk diterimanya
ekspansi mereka dalam bidang kebudayaan oleh Negara-negara yang ada di dunia,
dan tidak terkecuali dalam hal ini Negara-negara Islam.
Dalam bidang pengembangan ilmu
pengetahuan modern dari Barat, untuk pertama kali dalam dunia Islam dibuka
suatu percetaka di Istanbul pada tahun 1727 M, guna mencetak berbagai buku ilmu
pengetahuan yang diterjemahkan dari buku-buku ilmu pengetahuan Barat.
BAB
XV
PEMBARUAN
PENDIDIKAN ISLAM DI SAUDI ARABIA
Pembaruan
di Saudi Arabia dipelopori oleh beberapa orang tokoh diantaranya: (1) Ibn
Taimiyah, dan (2) Muhammad ibn Abd al-Wahab.
PEMBARUAN
PENDIDIKAN IBN TAIMIYAH
Nama
lengkapnya adalah Tagiyuddin Ahmad ibn Abd al-halim ibn Taimiyah. Namanya
dikenal luas dan mendapat tempat dan sambutan yang lebih banyak dari ulama
semasanya. Diantara pembaruan Ibnu Taimiyah dalam pendidikan Islam adalah
seperti ilmu Tafsir, Fiqh dan Ushul Fiqh, ilmu Kalam, begitu juga dalam bidang
sosial, dan politik pemerintahan.
PEMBARUAN
PENDIDIKAN ISLAM MUHAMMAD IBN ABD AL-WAHAB
Gerakan yang dilakukan oleh Muhammad
Ibn Abd al-Wahab dikenal dengan nama “Wahabiyah”. Wahabiyah ini dikenal sebagai
gerakan sosial keagamaan dan poltik. Nama Wahabiyah diberikan oleh lawan-lawan
gerakan ini pada masa hidup pendirinya dan kemudian dipakai oleh orang-orang
Eropa.
Ajaran Muhammad Ibn Abd al-Wahab
merupakan ajaran pemurnian yang ingin mengembalikan Islam sebagaimana diajarkan
oleh Nabi Muhammad; Islam mengalami penyimpangan yang membahayakan, terutama
keimanan terhadap tauhid atau keesaan Tuhan. Pembaruan pendidikan Muhammad Ibn
Abd al-Wahab ini dilanjutkan oleh Abd al-Aziz setelah ia kembali memasuki
Saiyad, yang sebelumnya dikuasai oleh Muhammad Ali yang pada waktu itu dikuasai
oleh Mesir.
BAB
XVI
PEMBARUAN
PENDIDIKAN ISLAM DI MESIR
EKSPEDISI NAPOLEON DAN PENGARUHNYA
TERHADAP PEMBARUAN MESIR
Ekspedisi
Napoleon di Aleksandria rupanya tidak lama karena situasi politik di Perancis
menyebabkan ia harus kembali pulang. Tahun 1801, semua team ekspedisi
meninggalkan Mesir. Namun demikian, ide-ide yang dibawa Napoleon tetap tinggal
di Mesir.
Ekspedisi
Napoleon terhadap Mesir memberikan pengaruh bahwa kedatangan Napoleon telah
membuka mata orang Mesir bahwa mereka terbelakang. Islam tidak lagi tinggi
sebagaimana mereka lihat selama ini.
Ada
beberapa tokoh yang ikut berperan dalam pembaruan pendidikan Islam di Mesir,
seperti: Muhammad Ali, Al-Tahtawi, Jamaluddin al-Afghani, dan Muhammad Abduh.
BAB
XVII
PEMBARUAN
PENDIDIKAN ISLAM DI TURKI UTSMANI
Pembaruan
di Turki Usmani ada dua periode yaitu: (1) sebelum Periode Modern dan (2)
periode Modern.
PEMBARUAN
SEBELUM PERIODE MODERN
Kemajuan-kemajuan
yang dicapai kerajaan Turki Usmani yang dicapainya terutama dalam lapangan
militer, politik, dan arsitektur.
Wilayah kekuasaan Turki Usmani mencakup sebelah Timur sampai keperbatasan
Iran dan Uni Soviet, sebelah Barat sampai ke Jabar Tariq (Selat Gebraltar) dan
sebelah utara mulai dari Budapest terus ke selatan sampai ke Mesir dan
negeri-negeri Islam lainnya, semua itu termasuk daerah kerajaan Turki Usmani.
Langkah-langkah Pembaruan yang pertama dilakukan adalah bidang militer.
PEMBARUAN
PERIODE MODERN
Pembaruan
pada periode modern di Turki Usmani dipelopori oleh beberapa orang tokoh
diantaranya yang terkenal yaitu:
1. Sultan
Mahmud II
Usaha
keras yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II ia telah berhasil mencanangkan
tonggak pembaruan dinegerinya. Walaupun pada masa itu belum terlihat hasilnya
secara nyata namun inilah awal dari kebangkitan rakyat Turki, dan sudah dapat
menyadari akan kekurangan dan kelemahannya dari segi ilmu pengetahuan.
Sesudah
Sultan Mahmud II muncul pula beberapa pembaruan yang dilakukan oleh Tanzimat,
Usmani Muda, dan Turki muda. Pembaruan yang dilakukan tokoh ini lebih banyak
dalam bidang diluar pendidikan seperti pemerintahan, ekonomi, hukum, dan
lain-lainnya.
2. Mustafa
Kemal Attartuk
Dalam
bidang pendidikan beliau melakukan pembaruan dengan mengganti madrasah dengan
Sekolah ala Barat. Metode Barat tentang pendidikan agama direflesikan dalam
sajak-sajak dan cerita-cerita. Beliau juga berpendapat bahwa Barat maju karena
adanya sekularisasi. Sekularisasi yang dijalankan Mustafa Kemal adalah tidak
sampai meninggalkan agama akan tetapi sekularisasinya berpusat pada
menghilangkan campur tangan golongan ulama dalam soal Negara dan politik.
Politik
pendidikan Kemal Attartuk mengakibatkan generasi muda Turki menjauhi dan
memandang rendah agama Islam. Jiwa Islam dicabut dari rakyat Turki. Rukun Islam
yang lima yang banyak dipegangi dan dikerjakan adalah syahadat dan zakat,
shalat, puasa, dan haji sudah banyak ditinggalkan. Turki menjadi negara sekuler
akibat pendidikan sekuler yang dilaksanakan Kemal Attartuk.
BAB
XVIII
PEMBARUAN
PENDIDIKAN ISLAM DI INDIA
PEMBARUAN PENDIDIKAN
SYAH WALIYULLAH
Nama
aslinya adalah Kutb al-Din, dan karena kedalaman ilmu beliau dalam bidang keagamaan,
beliau diberi gelar Syah Waliyullah. Usaha dan pemikiran Syah Waliyullah adalah
beliau berusaha mengkompromikan ajaran-ajaran yang bersifat mistik. Dan
konsepsi waliyullah tentang Ketuhanan pada dasarnya merupakan Sintesa antara
pandangan al-farabi dengan Ibnu Sina. Tuhan merupakan realitas, sifat Tuhan
tidak lain hanyalah merupakan modus dirinya.
PEMBARUAN
PENDIDIKAN SAYYID AHMAD KHAN
Sayyid
Ahmad Khan lahir di Delhi pada tahun 1889. Beliau terkenal dengan loyalitasnya
kepada penguasa Inggris di masa itu. Salah satu usaha dan pemikiran Sayyid
Ahmad Khan tidak terbatas pada pendidikan di Sekolah Aligarh saja. Bersama
kawan-kawannya, ia melembagakan Komperensi Pendidikan Islam, Komperensi ini
mengadakan sidangnya diberbagai tempat di anak benua India dan terbukti
merupakan inspirasi yang efektif untuk menangani pendidikan dengan
sungguh-sungguh.
Ide-ide
dan usahanya dalam pembaruan pendidikan dilanjutkan oleh para tokoh sesudahnya,
yaitu sayyid Amir Ali, Muhammad Iqbal, dan Muhammad Ali Jinnah. Dan masa
Muhammad Ali Jinnah terlihat kemajuan umat Islam dan terutama dalam bidang
poltik dan pemerintahan, sehingga terwujudlah Negara Pakistan, terlepas dari
negara India.
BAB
XIX
PENDIDIKAN
ISLAM MASA AWAL MASUKNYA
ISLAM
KE INDONESIA
Penyebaran
Islam di Indonesia dilakukan secara damai dan Islam yang dikembangkan adalah
bermadzhab Syafi’i. Dalam hal tempat pertama kali Islam masuk ke Indonesia
masih terdapat perbedaan pendapat. Ada yang mengatakan di Jawa, dan ada yang
mengatakan di Barus, namun demikian ahli sejarah umumnya sependapat bahwa Islam
yang masuk ke Nusantara langsung dari tanah Arab melalui Pesisir Sumatera
Utara.
Mengenai
cara masuknya agama islam ke Indonesia adalah dengan dibawa para saudagar yang
beragama Islam, baik mereka yang berkebangsaan Arab, Persia, India, maupun
Indonesia, karena bangsa Indonesia juga adalah bangsa pelaut dan perdagang
terkenal sejak dahulu kala di Asia Tenggara.
Dibandingkan
dengan perkembangan agama lain, perkembangan agama Islam benar-benar
mengagumkan karena pengembangan dan penyiaran agama Islam termasuk paling
dinamis dan cepat dibandingkan dengan agama-agama yang lainnya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi cepatnya
penyebaran Islam, seperti: faktor dalam ajaran Islam itu sendiri bahwa Islam
merupakan agama yang bersifat Rahmatan li al-alamin, agama yang tidak
mengenal adanya perbedaan status dalam masyarakat. Baik dalam bidang akidah,
syari’ah, dan akhlaqnya, agama Islam mudah dipahami dan dimengrti oleh semua
lapisan masyarakat, dapat diamalkan secara luas dan ringan, selalu memberikan
jalan keluar dari kesulitan. Begitu juga
dengan faktor tempat lahirnya, bersamaan dengan perjalanan dagang yang
dilakukan oleh orang Arab itulah agama islam ikut tersiar keluar dari daerah Makkah.
Pengembangan
masyarakat Islam yang pertama di Indonesia dilakukan dengan cara: kontak jual
beli, kontak perkawinan, kontak kepribadian, kontak Dakwah bi al-Hal,
dan kontak kekuasaan.
Sejak
awal berkembangnya ajaran Islam, pendidikan mendapat prioritas utama masyarakat
muslim Indonesia. Kebudayaan terhadap pendidikan mendorong masyarakat Islam
diIndonesia mengadopsi dan mentransfer lembaga keagamaan dan sosial yang sudah
ada (indegenous religius and social institition) ke dalam lembaga
pendidikan Islam di Indonesia.
Hal
ini dapat dilihat pada beberapa daerah di Nusantara yang telah mengembangkan
pendidikan Islam. Misalnya: kerajaan Perlak, kerajaan Pasai, Aceh, Kerajaan
Siak (Riau), Minangkabau (Sumatera Barat), Sriwiya, Jawa dan Madura.
BAB
XX
PENDIDIKAN
ISLAM MASA KOLONIAL BELANDA
Sebagai
penjajah, pemerintah kolonial Belanda, bagaimanapun harus berupaya menanamkan
kekuasaan kekuasaan politik yang dapat mencerminkan dirinya sebagai penguasa di
wilayah jajahannya. Untuk mencapai tujuan yang dimaksud mereka menggunakan
berbagai jalur yang memungkinkan. Dan diduga, jalur pendidikan mereka nilai
sebagai jalur yang paling efektif.
Hubungan
antara sistem pendidikan dan kepentingan politik itu, diperkirakan tetap
dipedomani oleh para penguasa kolonial di Hindia Belanda selama penjajahan
mereka.
Penyelenggaraan
pendidikan di sekolah-sekolah pemerintah di Hindia Belanda, pada dasarnya
merupakan cerminan dari sistem pendidikan kolonial Belanda. Tujuan, ciri-ciri
umum dan bentuk kelembagaan yang diterapkan di sekolah-sekolah tersebut, adalah
merupakan realisasi dari sistem pendidikan yang diprogramkan.
Adanya
kaitan antara politik dan pendidikan, agaknya ikut menjadikan sistem pendidikan
kolonial Belanda menjadi rumit. Keinginan untuk menerapkan prinsip
deskriminasi, menyebabkan penjenisan sekolah menjadi banyak. Penjenisan sekolah
tersebut menunjukkan kenyataan akan adanya sikap deskriminatif dalam sistem
pendidikan kolonial Belanda.
Lebih
jauh tindakan deskriminatif dalam bidang pendidikan juga diterapkan dengan
membedakan sekolah-sekolah menjadi sekolah untuk orang Eropa, Cina dan
Bumiputera. Dengan demikian, dari berbegai segi, kesempatan untuk belajar bagi
penduduk pribumi si sekolah-sekolah pemerintah senantiasa mendapat hambatan.
Pada masa kolonial Belanda pendidikan Islam
disebut juga dengan pendidikan Bumiputera, karena yang memasuki pendidikan
Islam diseluruhnya orang pribumi Indonesia.
Pendidikan
Islam pada masa penjajahan Belanda ada tiga macam, yaitu: (1) Sistem pendidikan
peralihan Hindu Islam, (2) Sistem pendidikan surau (Langgar), dan
(3) Sistem pendidikan Pesantren.
BAB
XXI
PENGARUH
KEBIJAKAN KOLONIAL BELANDA
TERHADAP
PENDIDIKAN ISLAM
Pengadaan
Departemen Pendidikan, Agama, dan Pemerintahan di Hindia Belanda memberi
gambaran secara resmi akan tugas dan tanggung jawab moral pemerintahan
(kolonial) bagi pembinaan pendidikan rakyat di wilayah kekuasaannya.
Secara
konsep, poltik Etis sangat baik karena adanya keberpihakan kepada kaum pribumi.
Namun dalam pelaksanaannya kolonial Belanda bekerja sama dengan kaum Liberal
(pemegang saham), tetap mengeksplotir daerah jajahannya untuk kepentingan
ekonominya.
Sehubungan
dengan berdirinya madrasah dan sekolah agama yang diselenggarakan oleh kalangan
Islam pembaharu, agaknya kekhawatiran pemerintah tersebut cukup beralasan.
Semula memang pemerintah membiarkan kehidupan Islam pada batas-batas tertentu,
sepanjang tidak mengganggu kehadiran Belanda.
Pada
lahirnya, ordonansi itu diperuntukkan bagi seluruh sekolah swasta tetapi dalam
prakteknya sasaran yang dituju adalah madrasah dan sekolah-sekolah Islam. Arah
sasaran ordonansi itu semakin bertambah jelas terlihat pada kasus pungutan
pajak bagi guru (loan blasting).
Di
sisi lain, dalam prakteknya, ordinansi yang dirasa oleh sekolah-sekolah swasta
cukup berat. Terutama sekolah-sekolah Islam yang memiliki keterbatasan dalam
berbagai bidang, boleh dikatakan sangat terpukul oleh adanya ordonansi itu.
Apalagi ordonansi tersebut digunakan untuk tujuan menekankan agama Islam,
karena dikaitkan dengan ketertiban dan keamanan.
BAB
XXII
PENDIDIKAN
ISLAM MASA PEMBARUAN
Awal
abad XX pendidikan Islam di Indonesia mulai memasuki pembaruan. Gerakan
pembaruan ini di latar belakangi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan
eksternal.
1. Faktor
Internal
a. Dorongan
untuk meningkatkan perlawanan terhadap kolonial Belanda
b. Rasa
tidak puas terhadap sistem pendidikan kolonial Belanda
c. Rasa
tidak puas terhadap pengamalan Islam dan Penerapan adat di tengah-tengah
masyarakat.
d. Keinginan
kalangan kaum muda untuk memurnikan ajaran Islam.
Dalam
hal ini usaha pembaruan dimaksudkan untuk melakukan pemurnian ajaran Islam
dengan mengembalikan praktek-praktek keagamaan itu kepada sumber utamanya dan
memisahkannya dari adat dan kebiasaan lokal.
2. Faktor
Eksternal
Gerakan
pembaruan di Indonesia agaknya dipengaruhi secara kuat oleh pemikiran dan usaha
tokoh-tokoh pembaruan Timur Tengah pada akhir abad 19 khususnya Jamal al-Din
al-Afghani dan Muhammad Abduh.
Gerakan pembaruan yang datang dari
Timur Tengah ini masuk ke Indonesia melalui dua jalur yaitu: (1) jalur publikasi,
dan (2) jalur pendidikan.
GERAKAN PEMBARUAN
PENDIDIKAN ISLAM
1. Pembaruan Pendidikan Islam Kaum Muda di Minangkabau
(Sumatera Barat)
Tokoh-tokoh
pembaharu pendidikan Islam tersebut pada awalnya didiknya di lingkungan surau,
kemudian melalui penggambaran intelektualnya baik belajar di lembaga formal
maupun autodidak menawarkan ide-ide segarnya demi kemajuan pendidikan Islam
yang bisa bersaing dengan lembaga sekuler sekaligus mampu menjawab kebutuhan
masyarakat.
2. Pembaruan Pendidikan Islam Jami’at Khair di Jakarta
Pada
awalnya organisasi ini dimaksudkan sebagai wadah kerjasama dan perlindungan
terhadap anggota mereka, tetapi mencerminkan pula sentimen keagamaan yang kuat
dari pendirinya yang selalu siap memberikan bantuan kepada setiap organisasi
yang condong kepada Islam.
Berdasarkan
pengelolaan dan sistem yang digunakan dalam menyelenggarakan pendidikan,
nampaknya jami’at Khair telah berupaya untuk sekolah-sekolahnya dengan sekolah
pemerintah yang ada ketika itu. Ataupun paling tidak, sistem pembelajaran
klasikal yang merupakan ciri komponen dari sistem pendidikan modern yang
dikembangkan sekolah-sekolah Belanda di Indonesia telah mempengaruhi Jami’at
Khair.
3. Pembaruan Pendidikan Islam Al-Irsyad
Pembaruan
pendidikannya berkaitan erat dengan tujuan organisasi yang dirumuskannya.
Al-Irsyad mempunyai dua tujuan utama yaitu: (1), mengubah tradisi kebiasaan
orang-orang Arab tentang kitab suci, bahasa Arab, bahasa Belanda, dan bahasa
lainnya, dan (2) membangun dan memelihara gedung-gedung pertemuan, sekolah dan
unit pencetakan.
Salah
satu pembaruan yang dilakukan oleh Al-Arsyad adalah bahwa beliau mendirikan
sekolah guru untuk melatih dan mendidik calon-calon guru bagi kebutuhan sekolah
Al-Arsyad sendiri di Jakarta dan Surabaya.
4. Pembaruan Pendidikan Islam Muhammadiyah di Yogyakarta
Salah
satu faktor yang memotivasi Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah
adalah adanya munculnya tantangan dari kegiatan Missie dan Zending yang dinilai
dapat mengancam masa depan kehidupan agama Islam.
Adanya
pemikiran Muhammad Abduh juga ikut mendorong Dahlan untuk mengadakan pembaruan.
Sebagaimana diketahui pengaruh pemikiran Muhammad Abduh di dunia Islam ketika
itu cukup besar. Gagasan dan pemikirannya tentang pembaruan dalam Islam tersiar
melalui majalah al-Manar. Majalah itu menjadi bacaan para tokoh
pembaharu, di dunia Islam termasuk di Indonesia.
5. Pembaruan Pendidikan Islam Persatuan Islam di
Bandung
Pada
awalnya PERSIS mendirikan madrasah, untuk anak-anak yang dari anggota PERSIS
tetapi kemudian, madrasah ini terbuka bagi anak-anak lainnya, sehingga banyak
anggota masyarakat yang memasukkan anak mereka madrasah tersebut.
Di
dalam lembaga pendidikan PENDIS Muhammad Natsir melaksanakan ide pembaruan
pendidikannya yang disebut dengan pendidikan yang Integralistik, yaitu suatu
sistem pendidikan yang terpadu yang tidak memisahkan pengetahuan agama dan
umum.
6. Pembaruan Pendidikan Persyarikatan Ulama di Jawa
Barat
Salah
satu gerakan pembaruan pendidikan yang lahir di Jawa Barat adalah
“Persyarikatan Ulama” pada tahun 1911, atas inisiatif K.H Abdul Halim. Walaupun
pada awalnya ia mendirikan madrasah dan sekolah agama, di lingkungan
Persyarikatan Ulama, tampaknya cita-cita pembaruan pendidikannya belum
sepenuhnya dapat dilaksanakan.
K.H
Abdul Halim melihat kenyataan di kalangan umat Islam ketika itu hanya
memfungsikan ajaran agama bagi kepentingan akhirat saja. Padahal menurutnya
Islam justru menyerukan umatnya untuk tidak melupakan kehidupan mereka di dunia
di samping kehidupan mereka di akhirat. Sehubungan dengan hal tersebut, tujuan
pendidikan sudah sepantasnya di ubah.
7. Konsep Santi Asromo
Konsep
Asromo merupakan kelanjutan dari pemikiran K.H Abdul Halim tentang perbaikan
pendidikan (Ishlah al-Tarbiyah), seperti yang termuat dalam rumusan konsep
al-Salam. Dilihat dari sudut pandang pendidikan, tampaknya Santi Asromo
mencakup bagian yang termasuk milieu (lingkungan) pendidikan, yaitu lingkungan
keluarga, sekolah,dan masyarakat.
8. Konsep Santri Lucu
Santri
Lucu
(Santri Terampil) menurut K.H Abdul Halim adalah seorang santri yang memiliki
keterampilan dan ilmu pengetahuan, serta dapat bekerja dalam lapangan kehidupan
secara mandiri dan mampu membantu .orang lain yang memerlukan.
Tujuan
pendidikan harus diarahkan kepada usaha mendidik anak-anak agar dapat mandiri
di masyarakat, dapat memberikan kemampuan kepada mereka untuk mencari rezeki
yang halal serta mampu memberikan kepada orang lain yang membutuhkannya.
9. Pembaharuan Pendidikan Nahdatul Ulama di Surabaya
Di
antara organisasi Islam lain yang mementingkan masalah pendidikan dan
pengajaran adalah Nahdatul Ulama. Nahdatul Ulama (NU) didirikan di Surabaya
tahun 1926.
Paling
sedikit ada dua faktor yang menyebabkan lahirnya organisasi Nahdatul Ulama, yaitu: (1) situasi internal
dalam negeri, dan (2) masalah khilafah dan perkembangan situasi Hijaz.
Organisasi
Nahdatul Ulama ini bertujuan memperkuat ikatan salah satu dari empat madzhab
serta untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat untuk anggota, sesuai dalam
Islam. Nahdatul ulama memberikan perhatian yang besar bagi pendidikan,
khususnya pendidikan tradisional yang harus dipertahankan keberadaannya.
BAB
XXIII
PENDIDIKAN
ISLAM MASA PENJAJAHAN JEPANG
KONDISI PENDIDIKAN MASA PENJAJAHAN JEPANG
Sistem
Pendidikan Belanda yang selama ini berkembang di Indonesia, semuanya diganti
oleh Bangsa Jepang sesuai dengan sistem pendidikan yang berorientasi kepada
kepentingan perang.
Karakteristik sistem pendidikan
Jepang adalah sebagai berikut:
1. Dihapusnya
“Dualisme Pendidikan”
2. Berubahnya
tujuan pendidikan
3. Proses
pembelajaran di sekolah diganti dengan kegiatan yang tak ada kaitannya dengan pendidikan.
4. Pendidik
dilatih agar mempunyai semangat perang
5. Pendidikan
pada masa Jepang sangat memprihatinkan
6. Pemakaian
bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
KEBIJAKAN JEPANG
TERHADAP AGAMA ISLAM
Walaupun
kondisi pendidikan pada masa Jepang sedemikan parahnya, namun bagi pendidikan
Islam ada sedikit nilai positifnya. Dari pihak Jepang sendiri pun tidak kalah
kepentingannya terhadap umat Islam di Indonesia, sebab jumlah kekuatan umat
Islam yang mayoritas di Indonesia dapat dijadikan modal dasar kekuatan umat
Islam yang mayoritas di Indonesia dapat dijadikan modal dasar kekuatan untuk
menghadapi perang Pasifik, perang Asia Timur Raya. Karena itu Jepang selalu
mengulang-ulang menyampaikan maksudnya menghormati dan menghargai Islam.
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM MASA PENJAJAHAN
JEPANG
Sikap penjajah Jepang terhadap
pendidikan Islam ternyata lebih lunak, sehingga ruang gerak pendidikan Islam
lebih bebas daripada masa pemerintahan kolonial Belanda. Hal ini memberikan
kesempatan bagi pendidikan Islam untuk berkembang.
BAB
XXIV
PERKEMBANGAN
MADRASAH DAN
PERGURUAN
TINGGI ISLAM
Perkembangan
Madrasah Masa Awal Kemerdekaan sampai Orde Baru
Perkembangan
madrasah terkait erat dengan peran Kementrian agama RI sebagai andalan politis
yang dapat mengangkat posisi Madrasah sehingga memperoleh perhatian yang terus
menerus di kalangan pengambil kebijakan.
Perkembangan
madrasah yang cukup penting pada masa Orde Lama adalah berdirinya Pendidikan
Guru Agama (PGA) dan Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN). Tujuan pendirian
lembaga ini adalah untuk mencetak tenaga profesional yang siap mengembangkan
madrasah sekaligus ahli dalam bidang keagamaan.
PERKEMBANGAN
PERGURURUAN TINGGI ISLAM
Pendidikan
Tinggi (PT) merupakan jenjang pendidikan yang dilaksanakan setelah Sekolah
Menengah Atas. Dalam merespon perkembangan zaman IPTEK dan masyarakat sekarang
ini banyak IAIN dan STAIN telah berubah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN).
Perubahan tersebut dilakukan karena beberapa hal.
BAB
XXV
PERKEMBANGAN
PESANTREN
Sesuai
dengan kemajuan dan perkembangan zaman, terutama setelah Indonesia merdeka,
telah timbul perubahan-perubahan dalam dunia Pesantren. Telah banyak di antara
Pesantren yang menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman tersebut, kendatipun disana
sini masih ditemukan juga pesantren yang masih bersifat konservatif.
Pondok
pesantren selain mengembangkan aspek pokok yaitu pendidikan Islam dan dakwah,
juga mengembangkan hampir semua aspek kemasyarakatan, terutama yang baerkaitan
dengan ekonomi dan kebudayaan.
BAB
XXVI
MATA
PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI
SEKOLAH DAN PERGURUAN TINGGI ISLAM
PERKEMBANGAN MATA
PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
Upaya-upaya
untuk melaksanakan pendidikan agama di sekolah umum, telah dimulai sejak adanya
rapat Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP), di antara usul
Badan tersebut kepada Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, adalah
termasuk masalah pengajaran agama, madrasah dan pesantren.
Pendidikan
agama diberikan di sekolah di sekolah rendah dan sekolah lanjutan. Di sekolah
rendah pendidikan agama di mulai di kelas 4 sebanyak 2 jam dalam 2 Minggu.
Sedangkan di lingkungan istimewa pendidikan agama dapat dimulai dari kelas satu
dan lama belajarnya tidak boleh lebih dari 4 jam seminggu.
Selama
berlangsung pendidikan agama, murid yaang beragama lain boleh meninggalkan
kelas. Guru-guru agama di angkat oleh Menteri Agama dan begitu juga pembiayaan
menjadi tanggungjawab Kementerian Agama. Bahan pelajaran ditetapkan oleh
Kementerian Agama setelah mendapat persetujuan dari Kementerian Pendidikan,
Pengajaran dan Kebudayaan.
PERKEMBANGAN
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PERGURUAN TINGGI UMUM
1. Status Mata Kuliah PAI
Pendidikan
Agama Islam (PAI) di Perguruan Tinggi Umum (PTU) adalah merupakan kelanjutan
dari pengajaran yang diterima oleh peserta didik mulai dari tingkat SD sampai
SMA. PAI merupakan salah satu dari
komponen Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK).
PAI
mempunyai peranan strategis untuk mengembangkan potensi peserta pendidik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak dan
berilmu seperti yang tercantum dalam butir Tujuan Pendidikan Nasional dan
menjadikan ajaran Islam sebagai landasan berpikir, bersikap dan berperilaku
dalam pengembangan ilmu dan profesinya.
Pendidikan
Agama Islam mengandung arti yang luas karena tidak hanya menyangkut pendidikan
dalam arti pengetahuan, namun juga pendidikan dalam arti pembentukan karakter.
Pendidikan dalam arti pengetahuan tidak akan ada artinya kalau tidak melibatkan
pendidikan karakter, karena pendidikan agama tidak cukup di ukur dengan ranah
kognitif semata, namun juga melibatkan psikomotor karakter dibentuk melalui
ranah afiktif.
2. Pengembangan Mata Pelajaran PAI di PTU
Dalam
pembelajaran digunakan pendekatan student centered, dimana tenaga
pengajar akan mengubah perannya dari seorang “Instructor” (pemberi
pemerintah) manjadi “Fasilitator”.
Pengajar hanya akan memfasilitasi proses belajar mengajar sedemikian
rupa sehingga setiap mahasiswa dapat menjalankan peran aktifnya dalam membangun
pengetahuan.
BAB
XXVII
PENDIDIKAN
PEREMPUAN DALAM
PENDIDIKAN
ISLAM
A. Perempuan Masa Jahiliyah
Berita
kelahiran anak perempuan pada masa jahiliyah memberi kesan tentang sikap suami
yang enggan menerimanya. Ada dua pilihan
yang timbul dalam pikirannya menghadapi anak perempuan itu, yaitu dibiarkan
hidup-hidup.
B.
Perempuan
dalam Pandangan Islam
Setelah
Islam datang, maka ajaran Islam berupaya meningkatkan derajat perempuan.
Al-Qur’an menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai kedudukan yang sama.
Mengingat tugas pokok baik laki-laki maupun perempuan di muka bumi ini sama,
yaitu sebagai khalifah Allah, maka keduanya dibekali pengetahuan yang sama, dan
dalam pelaksanaan tugas keduanya diberi hak dan kewajiban yang saling melegkapi
dan tidak bisa hidup sendiri-sendiri. Keduanya memiliki peran dan tugas yang
sejajar sebagai mitra sejajar dala kehidupan sosial.
Oleh
karena itu, manusian dalam pandangan Islam baik laki-laki maupun perempuan
memiliki kedudukan yang sama. Maka Islam juga tidak membedakan antara amal
perbuatan yang dilakukan oleh laki-laki dengan perempuan.
C.
PENDIDIKAN
PEREMPUAN PADA MASA KLASIK
Pada
hakikatnya, penanaman ajaran Islam yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dalam
rangka mengembangkan dan menyebarkan ajaran Islam di permukaan bumi melalui
dakwah, pada hakikatnya adalah sebuah kegiatan atau proses pendidikan, dan hal
ini dilakuakn tidak hanya terbatas bagi kau laki-laki saja, tetapi juga pada
kaum perempuan. Rasulullah telah memberikan kesempatan dan meluangkan waktunya
untuk mengajar para perempuan.
Pendidikan
bagi perempuan dalam ajaran Islam termasuk kewajiban agama karena pengetahuan
tidak terbatas pada pendidikan agama saja, tetapi meliputi juga pendidikan
rumah tangga, (cara mendidik dan membesarkan anak), pendidikan sosial
kemasyarakatan dan pendidikan intelektual.
D.
PENDIDIKAN
PEREMPUAN PADA MASA KEMUNDURAN
Pada
masa kemunduran ini para perempuan tidak hanya dibatasi dalam mengikuti
pendidikan bahkan juga dipingit. Perempuan dianggap sebagai pembawa fitnah yang
selalu membawa kekacauan dalam masyarakat.
E.
PENDIDIKAN
PEREMPUAN PADA MASA PEMBARUAN
Secara
khusus al-Qur’an memerintahkan laki-laki dan perempuan untuk melaksanakan
ibadah, membayar zakat, mengerjakan yang baik dan meningglkan perbuatan buruk
dalam semua kegiatan. Untuk melakukan semua perintah tersebut, maka mereka
mempunyai akses yang sama dala kesempatan memperoleh pendidikan. Oleh karena
itu pendidikan perempuan sangat vital dalam masyarakat, karena perempuan
sebagai orang yang melahirkan dan guru pertama bagi anak-anaknya. Perempuan
memiliki hak yang sama dengan laki-laki untuk dapat membaca, menulis, dan
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
F.
PENDIDIKAN
PEREMPUAN DI INDONESIA
1. Pendidikan Perempuan Masa Sebelum Kemerdekaan
Pada
masa awal kolonial Belanda bahwa keadaan dan kedudukan perempuan Indonesia
waktu itu sangat terbelakang, karena adat istiadat yang mengukung, kurangnya
pendidikan dan pengajaran, kesewenanga-wenangan dala perkawinan dan sebagainya.
2. Pendidikan Perempuan masa Masa Kemerdekaan
Dalam
kaitannya dengan pendidikan, perempuan mempunyai arti penting terutama dalam
peranannya sebagai ibu rumah tangga. Peranan perempuan sangat nyata dalam
pembentukan pribadi seseorang karena
sebagai ibu rumah tangga mereka merupakan pendidik pertama bagi anak-anak sebelum
mendapatkan pendidikan formal di luar rumah.
BAB
XXVIII
DIKOTOMI
PENDIDIKAN DI DUNIA ISLAM
DAN
DI INDONESIA
A. DIKOTOMI PENDIDIKAN DI DUNIA ISLAM
1. Pendidikan Islam Integralistik dan Tidak Dikotomik
Penyatuan
ilmu pengetahuan dan agama serta penyatuan antara kedua sistem pendidikan
adalah tuntutan aqidah Islam itu sendiri. Allah dalam doktrin ajaran Islam
adalah pencipta alam semesta termasuk manusia. Dia pula yang menurunkan
hukum-hukum untuk mengelola dan melestarikannya. Hukum-hukum mengenai alam
fisik termasuk fisik manusia dinamakan sunnatullah (sunnah Allah).
Sedangkan pedoman hidup dan hukum-hukum untuk kehidupan manusia telah
ditentukan pula dalam ajaran agama yang dinamakan dinullah (din Allah)
yang mencakup aqidah dan syariah.
Dengan
demikian, penyatuan kedua sistem pendidikan tersebut merupakan tuntutan akidah
Islam, tuntutan sejarah klasik, dan tugas manusia sebagai khalifah Allah
di bumi ini.
2. Pelaksanaan Pendidikan Islam yang Integralistik
Dalam Rentang Sejarah
Lembaga
pendidikan yang ada baru lembaga pendidikan lembaga keluarga. Pada mulanya
pendidikan Islam dilaksanakan oleh Nabi secara sembunyi dan disampaikan melalui
individu ke individu. Tetapi setelah pemeluk Islam bertambah banyak, arulah
pendidikan Islam dilaksanakan secara terang-terangan.
Dengan
hijrahnya Nabi Muhammad ke Madinah, merupakan pertanda bagi terbukanya lembaga
pendidikan yang baru dalam sejarah pendidikan Islam, disamping keluarga.
Lembaga pendidikan yang baru adalah masjid.
3. Sebab-sebab timbulnya Dikotomi Pendidikan
Menurunnya
kebudayaan Islam pada periode ini karena sikap umat Islam terhadap pendidikan
semakin berkurang. Al-Qur’an dan Hadits sudah mulai ditinggalkan sebagai sumber
pemikiran dan sikap hidup, pintu ijtihad dianggap tertutup, pemikiran membeku,
pandangan sempit, orientasi buat ke akhirat dan dunia dianggap tidak perlu,
ilmu dan agama terpisah, umat bersikap tradsisonal, taqlid dan fatalistik.
Keadaan
lembaga pendidikan pada masa ini mundur dan bahkan mengalami kehancuran. Di
lain pihak sistem pendidikan Barat sekuler mendidik manusia menjadi liberal,
rasional, pragmatis dan berorientasi kepada kenyataan obyektif dalam kehidupan
sehari-hari. Namun menjauhkan peserta didik dari visi agamanya, karena bersifat
sekuler. Pendidikan Barat ini dijadikan model di Negeri-negeri Islam, karena
dipandang sebagai lambang kemajuan. Sedangkan sistem pendidikan tradisional
menaruh curiga terhadap segala apa yang datang dari Barat dan tetap
mempertahankan pendidikan agama dengan sistem tradisionalnya.
B. DIKOTOMI PEDNDIDIKAN DI INDONESIA
1. Penyebab Timbulnya Dikotomi Pendidikan di Indonesia
Di
penghujung abad yang lalu (1901) pemerintah Belanda melalui Eithische Politik
mulai memperkenalkan sekolah-sekolah kepada kelompok Bumi Putra. Belanda
berusaha melaksanakan dikotomi pendidikan dengan menggunakan outhouding
politiek untuk memisahka ilmu agama dari kurikulum sekolah hingga dalam
sistem pendidikan pada masa itu pendidikan agama tidak diajarkan sama sekali di
sekolah-sekolah karena dianggap tanggung jawab orangtua.
2. Munculnya Dikotomi Pendidikan di Indonesia
Sistem
Pendidikan Agama Islam lebih memberikan penekanan pengembangan sikap dan
amaliah, sedangkan pengembangan intelektual kurang diperhatikan, Sistem
Persekolahan lebih mengutamakan pengembangan intelektual sedangkan pengembangan
sikap dan amaliah hampir tidak terjangkau.
Di
awal lahirnya, pesantren berfungsi sebagai lembaga pengembangan keagamaan,
pendidikan dan kemasyarakatan. Oleh karena itu sifat pesantren sesuai dengan
fungsinya di atas adalah elastis, individual dan populis, sedangkan tujuan “belajar
agama di pesantren adalah untuk ibadah.”
Berdasarkan
Peraturan pemerintah tersebut madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah
menjadi bagian dari program pendidikan dasar sembilan tahun.
Dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan agama di sekolah umum maka pemerintah
berusahan pula untuk melakukan peningkatan dalam bidang kurikulum, yaitu dengan
dikeluarkannya Keputusan Menteri Agama No. 68 tanggal 31 Oktober 1974, yang
menetapkan; kurikulum pendidikan Agama Islam untuk SD, SMP, dan SMA dengan nama
Kurikulum 1975. Suatu keistimewaan dari kurikulum ini adalah bahwa seluruh
perencanaan program pengajaran disusun dengan berorientasi kepada tujuan
pendidikan.
3. Usaha yang dilakukan untuk menghilangkan Dikotomi
Pendidikan
Dari
perkembangan kebijaksanaan pemerintah terhadap pendidikan agama Islam baik yang
terdapat pada lembaga pendidikan agama maupun pada lembaga pendidikan umum
terlihat dari trennya bahwa proyeksinya adalah ke arah penyatuan dan
penyeragaman secara lengkap dan menyeluruh.
ANALISIS
Sebagaimana yang diungkapkan oleh penulis, beliau
menyebutkan bahwa sejarah tidak terlepas
dari sifat science conjecturale (pengetahuan dugaan), bahwa sejarah itu
merekam fakta-fakta dalam perubahan. Jika dikaitkan fenomena pendidikan Islam era
klasik dengan era kontemporer di Indonesia terkesan adanya perubahan yang
sangat fundamental di Indonesia, salah satu di antaranya menyangkut eksistensi
Pendidikan Agama Islam (PAI) di lembaga umum.
Beliau juga mengisahkan, bahwa beberapa dekade sejak
revolusi fisik sampai era Orde Baru, perjuangan umat Islam sering mengalami
kegagalan dalam memperjuangkan pendidikan Islam. Kenyataannya bahwa Negara
Islam itu sendiri hanya mengurus dunia, bukan mengurus Islam. Selanjutnya,
beliau menyebutkan bahwa Negara Islam hanya ditemukan dalam realitas sejarah
Umat Islam dan bukan perintah al-Qur’an maupun hadits.
Fenomena tentang strategi Harun Nasution dalam
melakukan perubahan IAIN, yang sebelumnya terfokus pada Fiqh Centris, menjadi
Islam Komprehensif lewat pendidikan
ternyata berhasil. Melalui fenomena ini beliau berpendapat bahwa, orang yang
berjiwa evolusi melakukan perjuangan memajukan Islam, melalui pendidikan, dan
bukan ke politik yang tergesa hendak
berubah, sering mengalami kegagalan.
Menurutnya, Indonesia juga harus berjuang dalam
mengemban visi-misi dan komitmen Islam yang kuat, yang mempunyai kekuasaan dan
memberi peluang dalam pembuatan kebijakan pendidikan Islam.
SIMPULAN
Berdasarkan isi buku tersebut, nampak jelaslah bahwa
Sejarah Pendidikan Islam dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di dunia Islam
baik dari segi ide dan konsepsi maupun segi institusi dan operasional sejak
masa Rasulullah hingga sekarang.
Dengan membaca sejarah, maka umat Islam dapat
meneladani proses pendidikan Islam semenjak zaman kerasulan Muhammad., zaman
Khulafaur Rasyidin, zaman ulama-ulama besar dan para pemuka gerakan pembaruan
pendidikan Islam. Karena secara global, proses pendidikan Islam pada hakikatnya
merupakan pengejawantahan (manifestasi) dari pemikiran mereka tentang konsep
Islam di bidang pendidikan baik dalam tataran teoritis maupun dalam tataran
praktis (semenjak nabi Muhammad SAW sampai masa sekarang).
.