PRINSIP MENGAJAR DAN
PENDEKATAN
DALAM PEMBELAJARAN
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas:
Mata Kuliah : Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu : Chusna Maulida, M.Pd.I

Oleh:
MAYDA AR RAHMAH
2021 111 272
Kelas: C
TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2013
![]() |
BAB
I
PENDAHULUAN
Pembelajaran dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar
yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievalusi secara sistematis agar
subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara
efektif dan efisien.
Tugas bidang pendidikan
tidak hanya terbatas pada mengalihkan hasil-hasil ilmu teknologi. Selain itu,
bidang pendidikan bertugas pula menanamkan nilai-nilai baru yang dituntut oleh
perkembangan ilmu dan teknologi pada diri anak didik dalam kerangka nilai-nilai
dasar yang telah disepakati oleh bangsa Indonesia.
Dalam makalah ini kami
mengemukakan beberapa prinsip pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai kajian
dan pertimbangan bagi guru ataupun calon guru dalam memilih dan menentukan
teknik-teknik pemotivasian siswa serta mengenal lebih mendalam masalah-masalah
yang dihadapi siswa dalam upaya mewujudkan proses pembelajaran yang efektif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip Mengajar dalam Pembelajaran
Prinsip belajar dapat diartikan sebagai
pandangan-pandangan mendasar yang dianggap penting yang dijadikan sebagai
pegangan di dalam melaksanakan kegiatan belajar.
Prinsip belajar menunjuk kepada hal-hal penting yang
harus dilakukan guru agar terjadi proses belajar siswa sehingga proses
pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang diharapkan.
Prinsip-prinsip belajar juga memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya
dilakukan oleh guru agar para siswa dapat berperan aktif di dalam proses
pembelajaran. Bagi guru, kemampuan menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam
pembelajaran akan dapat membantu terwujudnya tujuan pembelajaran yang
dirumuskan dalam perencanaan pembelajaran. Sementara bagi siswa prinsip-prinsip
pembelajaran akan membantu tercapainya hasil belajar yang diharapkan.
Berikut ini diuraikan beberapa prinsip-prinsip
belajar yang dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran:
1. Prinsip Perhatian
dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan
yang penting dalam kegiatan belajar. Di dalam mengajar guru harus dapat
membangkitkan perhatian kepada pelajaran yang diberikan oleh guru. Perhatian
terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan
kebutuhannya.
Disamping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam
kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan
aktivitas seseorang. Motivation is the
concept we use when describe the force action on or within an organism to
intiate and direct behavior (Petri, Herbert L).[1]
Motivasi
merupakan tenaga pendorong bagi seseorang agar memiliki energi atau kekuatan
melakukan sesuatu dengan penuh semangat. Motivasi sebagai suatu kekuatan yang
mampu mengubah energi dalam diri seseorang dalam bentuk aktivitas nyata untuk
mencapai tujuan tertentu.[2]
Dalam
kegiatan belajar mengajar, peran guru sangat penting di dalam menumbuhkan
motivasi belajar siswa. Guru hendaknya berperan sebagai pendorong, motivator,
agar motif-motif yang positif dibangkitkan atau ditingkatkan dalam diri siswa.
Ada
dua jenis motivasi, yaitu motivasi internal atau motivasi intrinsik, adalah
dorongan dari dalam individu untuk melakukan suatu aktivitas. Motivasi dari dalam dapat dilakukan dengan
menggairahkan perasaan ingin tahu siswa, keinginan untuk mencoba, dan hasrat
untuk maju dalam belajar. Motivasi eksternal adalah dorongan yang berasal
dari luar diri individu. Motivasi dari luar dapat dilakukan dengan memberikan
ganjaran berupa pujian, hukuman misalnya dengan penugasan untuk memperbaiki
pekerjaan rumahnya.[3]
2. Prinsip Tranfer
dan Retensi
Dalam pembelajaran
menekankan pada kemampuan siswa untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang telah dimiliki pada situasi lain. Dengan kata lain pengetahuan
dan keterampilan yang telah dimiliki bukan sekedar untuk dihafal tetapi dapat
digunakan atau dialihkan pada situasi dan kondisi lain.[4]
Berkenaan
dengan proses transfer dan retensi terdapat beberapa prinsip, yaitu:
a. Tujuan
belajar dan daya ingat dapat menguat retensi
b. Retensi
seseorang dipengaruhi oleh kondisi psikis dan fisik dimana proses belajar itu
terjadi.
c. Penelaahan
bahan-bahan faktual, keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi
d. Proses
saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama
dipelajari mengikuti bahan yang lalu.[5]
3. Prinsip
Keaktifan
Keaktifan
anak dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus
dipahami, disadari, dikembangkan oleh setiap guru di dalam proses pembelajaran.
Demikian pula berarti harus dapat diterapkan oleh siswa dalam setiap bentuk
kegiatan belajar. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara
optimal, baik intelektual, emosional, dan fisik jika dibutuhkan.
Bahwa selain dapat digunakan
untuk mengingat hal-hal yang sudah pernah dialami, kemampuan berpikir juga
dapat dimanfaatkan untuk merencanakan masa depan siswa. Siswa dapat menduga
bagaimana orang lain akan bereaksi terhadapnya, dapat menentukan tujuan, dan
merencanakan tindakan-tindakan yang harus diambil untuk mencapai tujuan
tersebut. Karena biasanya pikiran mengawali tindakan mereka.[6]
4. Prinsip
Keterlibatan Langsung
Keterlibatan
langsung siswa di dalam proses pembelajaran memiliki intensitas keaktifan yang
lebih tinggi. Dalam keadaan ini siswa tidak hanya sekedar aktif mendengar,
mengamati, dan mengikuti, akan tetapi terlibat langsung di dalam melaksanakan
suatu percobaan, peragaan atau mendemonstrasikan sesuatu. Dengan keterlibatan
langsung ini berarti siswa aktif mengalami dan melakukan proses belajar
sendiri. Apa yang diperoleh siswa melalui kegiatan bekerja, mencari dan
menemukan sendiri tak akan mudah dilupakan.
5. Prinsip
Pengulangan
Mengajar
pada hakikatnya adalah membentuk suatu kebiasaan, sehingga melalui
pengulangan-pengulangan siswa akan terbiasa melakukan sesuatu dengan baik
sesuai perilaku yang diharapkan. Prinsip belajar yang menekankan perlunya
pengulangan yang dikemukakan oleh teori psikolog daya adalah melatih daya-daya
yang ada pada manusia yang terdiri atas daya pengamat, menanggap, meningat,
menghayal, merasakan, berpikir dan sebagainya.[7]
Implikasi
prinsip-prinsip pengulangan bagi guru adalah:
a. Memilah
pembelajaran yang berisi pesan yang
membutuhkan pengulangan
b. Merancang
kegiatan pengulangan;
c. Mengembangkan
soal-soal latihan;
d. Mengimplementasikan
kegiatan-kegiatan pengulangan yang bervariasi
Penugasan secara
penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti
(Davies, 1987:32). Dari pernyataan inilah pengulangan masih diperlukan dalam
kegiatan pembelajaran.
Pengulangan
suatu informasi akan memperkuat kemampuan siswa untuk mengingatnya. Pengajar
dapat melakukan sendiri, tetapi bisa juga menyuruh siswa melakukannya.[8] Sedangkan
pada siswa sangat dituntut untuk memiliki kesadaran yang mendalam agar bersedia
melakukan pengulangan latihan-latihan baik yang ditugaskan oleh guru maupun
atas inisatif dan dorongan diri sendiri.
Jika
penyampaian pembelajaran berulang-ulang, maka hasil belajar akan lebih baik.
Perulangan dilakukan dengan mengulangi dengan cara yang berbeda-beda.
Pengulangan dapat pula dilakukan dengan memberikan tinjauan selintas awal pada
saat memulai pelajaran dan ringkasan atau kesimpulan pada akhir pelajaran.[9]
6.
Prinsip
Tantangan
Kurt
Lewin dalam sebuah teori yang dinamakannya “Teori Medan” (Field Theory),
mengemukakan bahwa siswa di dalam suatu situasi belajar berada dalam suatu
medan atau lapangan psikologis. Di dalam situasi belajar, siswa berhadapan
dengan cita-cita yang ingin dicapainya, akan tetapi ia selalu dihadapkan pada
hambatan yaitu mempelajari bahan belajar. Dalam kaitan dengan prinsip-prinsip
tantangan ini diharapkan guru secara cermat dapat memilih dan menentukan
pendekatan-pendekatan dan metode pembelajaran yang dapat memerikan tatangan
bagi siswa untuk belajar.
Berikut
beberapa kegiatan yang dapat dijadikan acuan bagi guru untuk menciptakan tantangan
dalam kegiatan belajar, yaitu:
1) Merancang
dan mengelola kegiatan inquiry dan eksperimen
2) Memberikan
tugas-tugas pemecahan masalah kepada siswa
3) Mendorong
siswa untuk membuat kesimpulan pada setiap sesi pembelajaran
4) Mengembangkan
bahan-bahan pembelajaran yang menarik
5) Membimbing
siswa menemukan fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi
6) Merancang
dan mengelola kegiatan diskusi
7.
Prinsip
Balikan dan Penguatan
Prinsip
balikan dan penguatan pada dasarnya merupakan implementasi dari teori belajar
yang dikemukakan oleh Skinner melalui Teori Operant Conditioning dan
salah satu hukum belajar dari Thorndike yaitu “low of effect”. Menurut
hukum belajar ini, siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan
mendapatkan hasil yang baik. Hasil belajar, apalagi hasil yang baik merupakan
balikan yang menyenangkan dan berpengaruh positif bagi upaya-upaya belajar
berikutnya. Memberi penguatan (reinforcement) merupakan tindakan atau respon
terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong munculnya peningkatan
kualitas tingkah laku pada kualitas yang lain.[10]
Prinsip
ini bisa disebut juga dengan prinsip latihan. Pada dasarnya mempelajari sesuatu
itu perlu berulang-ulang atau diulang-ulang, baik mengetahui pengetahuan maupun
keterampilan. Makin sering diulang makin baiklah hasil belajarnya.[11]
Implikasi
prinsip-prinsip balikan dan penguatan bagi guru antara lain:
·
Memberikan
balikan dan penguatan secara tepat, baik teknik maupun bentuknya
·
Memberikan
kepada siswa jawaban yang benar
·
Mengoreksi dan
membahas pekerjaan siswa
·
Memberikan
catatan pada hasil pekerjaan siswa baik berupa angka maupun komentar-komentar
tertentu
·
Memberikan
lembar jawaban atau kerja siswa
·
Mengumumkan atau
menginformasikan peringkat secara terbuka
Pengajar perlu
mengetahui sejauh mana bahan yang telah dijelaskan dapat dimengerti oleh murid.
Umpan balik tidak sama dengan penilaian. Umpan balik hanya dimaksudkan untuk
mencari informasi sampai dimana siswa mengerti bahan yang telah dibahas. Selain
itu siswa juga diberi kesempatan untuk memeriksa diri sampai dimana mereka
mengertian bahan pelajaran tersebut.[12]
8.
Prinsip
Perbedaan Individual
Peserta
didik adalah individual yang memiliki keunikan, berbeda satu sama lain dan
tidak satupun yang memiliki kesamaan. Setiap individu pasti memiliki
karakteristik yang berbeda dengan individu lainnya. Perbedaan individual ini
merupakan kodrat manusia yang bersifat alami. Berbagai faktor dalam diri
individu berkembang melalui cara-cara yang bervariasi dan oleh karena itu
menghasilkan dinamika karakteristik individual yang bervariasi pula.
B.
Pendekatan
dalam Pembelajaran
Ada beberapa pendapat mengenai pendekatan mengajar.
Richard Anderson mengajukan dua pendekatan, yakni pendekatan yang berorientasi
pada guru atau disebut teacher centered dan pendekatan yang berorientasi
kepada siswa atau disebut student centered. Pendapat lainnya dikemukakan
oleh Massialas, yang mengajukan dua pendekatan, yakni pendekatan ekpositori
dan pendekatan inquiry.
a.
Pendekatan
Ekspositori atau Model Informasi
Pendekatan
ini bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan
dikontrol dan ditentukan oleh guru/pengajar. Hakikat mengajar menurut pandangan
ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Siswa dipandang sebagai
objek yang menerima apa yang diberikan guru.
b.
Pendekatan
Inquiry/Discovery
Pendekatan
ini menganggap bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar, mempunyai
kemampuan kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya.
Pendekatan
“inquiry” merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan
mengembangkan cara berpikir alamiah. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih
banyak belajar sendiri mengembangkan kreatifitas dalam pemecahan masalah.
Peranan guru dalam pendekatan ini adalah sebagai pembimbing belajar dan
fasilitator belajar
c.
Pendekatan
Interaksi Sosial
Pendekatan
interaksi sosial hampir memiliki persamaan dengan pendekatan inquiry terutama social inquiry. Pendekatan ini menekankan terbentuknya hubungan antara
individu/siswa yang satu dengan yang
lainnya sehingga dalam konteks yang lebih luas terjadi hubungan sosial individu
dengan masyarakat. Pendekatan ini pada hakikatnya bertolak dari pemikiran
pentingnya hubungan pribadi (interpersonal relationship) dan hubungan
sosial atau hubungan individu dengan lingkungan sosialnya.
Langkah
yang ditempuh guru dalam pendekatan ini adalah:
a) Guru
melemparkan masalah dalam bentuk situasi sosial kepada siswa
b) Siswa
dengan bimbingan guru menelusuri berbagai jawaban masalah yang terdapat dalam
situasi tersebut
c) Siswa
diberi tugas atau permasalahan untuk dipecahkan dianalisis, dikerjakan yang
sesuai dengan situasi dan kondisi
d) Dalam
memecahkan masalah tersebut siswa diminta untuk mendiskusikannya
e) Siswa
membuat kesimpulan dari hasil diskusinya
f) Pembahasan
kembali hasil-hasil
kegiatannya
Sosiodrama atau role playing merupakan contoh
pendekatan ini. Keterlibatan siswa dalam elakukan kegiatan belajar cukup tinggi
terutama dalam bentuk partisipasi dalam kelompoknya.
d.
Pendekatan
Tingkah Laku (Behavioral Models)
Pendekatan
ini menekankan kepada teori tingkah laku individu pada dasarnya dikontrol oleh
stimulus dan respon yang diberikan individu.
Dalam
pendekatan ini langkah guru mengajar adalah sebagai berikut:
·
Guru menyajikan
stimulus belajar kepada siswa
·
Menyediakan atau
memberikan latihan-latihan kepada siswa dalam memberikan respon terhadap
stimulus
·
Memperkuat
respon siswa yang dipandang paling tepat sebagai jawaban terhadap stimulus
Aspek penting dari pendekatan ini ialah melatih siswa
dan memperkuat respon siswa yang paling tepat terhadap stimulus.[13]
BAB III
KESIMPULAN
Prinsip
belajar dapat diartikan sebagai pandangan-pandangan mendasar yang dianggap
penting yang dijadikan sebagai pegangan di dalam melaksanakan kegiatan belajar.
Prinsip-prinsip belajar bermanfaat untuk memberikan arah tentang apa saja yang
sebaiknya dilakukan oleh guru agar para siswa dapat berperan aktif dalam proses
pembelajaran.
Beberapa
prinsip belajar yang dapat dijadikan pegangan guru di dalam pelaksanaan proses
pembelajaran dan diyakini memberikan pengaruh bagi pencapaian hasil belajar
diantaranya adalah: (1) prinsip perhatian dan motivasi, (2) prinsip transfer
dan retensi, (3) prinsip keaktifan, (4) prinsip keterlibatan langsung, (5)
prinsip pengulangan, (6) prinsip tantangan, (7) prinsip balikan dan penguatan,
(8) prinsip perbedaan individual.
Dalam
uraian mengenai tahapan intruksional telah dijelaskan bahwa dalam proses
pengajaran, intinya adalah kegiatan belajar para siswa. Tinggi rendahnya kadar
kegiatan belajar banyak dipengaruhi oleh pendekatan mengajar yang digunakan
guru.
Pendekatan
mengajar mana yang akan dipilih guru diserahkan sepenuhnya kepada guru dengan
mempertimbangkan kondisi dan suasana belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. Belajar
dan Pembelajaran.2009. Bandung: Alfabeta
Komalasari, Kokom. Pembelajaran
Kontekstual, Konsep dan Aplikasi.
2011.
Bandung: Refika Aditama
Riyanto,
Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran.
2009. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Prawiradilaga,
Dewi Salma. Eveline Siregar. Mozaik
Teknologi Pendidikan. 2005.
Jakarta: Prenada Media
Rooijakkers.
Ad. Mengajar dengan Sukses: Petunjuk
untuk Merencanakan dan
Menyampaikan Pengajaran. 1991. Jakarta: PT. Grasindo
Sabri, Ahmad. Strategi Belajar
Mengajar dan Micro Teaching.2005. Ciputat:
Quantum Teaching
Semiawan, Conny, dkk. Pendekatan
Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. 1992.
Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia
Winataputra,
Udin S. Teori Belajar dan Pembelajaran.
2007. Jakarta: Universitas
Terbuka
[1]
Yatim Riyanto, Paradigma Baru
Pembelajaran. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 72-73
[2]
Aunurrahman,
Belajar dan Pembelajaran,(Bandung:
Alfabeta, 2010), hlm. 114
[3] Conny Semiawan,
Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar.
(Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), hlm.10
[4] Dewi Salma Prawiradilaga, Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan, (Jakarta:
Prenada Media, 2004), hlm.18
[5] Ibid, hlm. 118-119
[6] Udin S. Winataputra. Teori Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Universitas Terbuka,
2007), hlm. 4.9
[7]
Riyanto, Yatim. Op.cit., hlm.
76
[8] Ad Rooijakkers. Mengajar dengan Sukses: Petunjuk untuk
Merencanakan dan Menyampaikan Pengajaran. (Jakarta: PT. Grasindo, 1991), hlm.
19
[10] Aunurrahman, Op.Cit., hlm. 127-128
[11]
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual, Konsep dan Aplikasi,
(Bandung: Refika Aditama, 2011), hlm.3
[13]
Ahmad Sabri, Srategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, (Ciputat:
Quantum Teaching, 2005), hlm.10-16